Anda di halaman 1dari 31

RINITIS ALERGI

OLEH :
PUTRI LARA SATI
1610070100008

PRESEPTOR :
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL
ANATOMI HIDUNG

• ANATOMI HIDUNG LUAR


ANATOMI HIDUNG
• ANATOMI HIDUNG DALAM

Sinus frontal

Concha nasalis superior

Concha nasalis media

Concha nasalis inferior

vestibulum

Palatum Palatum molle


durum
RINITIS ALERGI
• DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut.
RINITIS ALERGI
• DEFINISI
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinore (keluar ingus), rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh
IgE.
RINITIS ALERGI
• ETIOLOGI
RINITIS ALERGI
• PATOFISIOLOGI
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit
inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
dan diikuti dengan tahap provokasi/ reaksi alergi.
PATOFISIOLOGI

Tahap sensitisasi
Reaksi alergi : 1. fase cepat
( < 1 jam )
2. fase lambat
( 6-8 jam  24- 48 jam)
PATOFISIOLOGI
Fase sensitisasi
RINITIS ALERGI
• GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi


pembuluh (vascular bad) dengan pembesaran sel
goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat juga
pembesaran ruang interseluler dan penebalan
membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel
eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa
hidung.
RINITIS ALERGI
• GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat


serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa
kembali normal. Akan tetapi serangan dapat
terjadi terus-menerus (persisten) sepanjang
tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan
yang ireversibel, yaitu terjadi proliferasi jaringan
ikat dan hiperplasia mukosa, sehingga tampak
mukosa hidung menebal
RINITIS ALERGI
• KLASIFIKASI
WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya
dibagi menjadi : 5
• Intermiten (kadang-kadang)
Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
• Persisten/menetap
Bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu.
RINITIS ALERGI
• KLASIFIKASI
Menurut tingkat ringan-beratnya :
• Ringan
Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas
harian,bersantai, berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain
yang mengganggu.
• Sedang-berat
Bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.
RINITIS ALERGI
• DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN
FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS - ANAMNESA
Bersin berulang
Rinore encer Hidung dan
> 5 kali setiap
dan banyak mata gatal
kali serangan

Keluhan
Gejala
Kadang kadang tunggal 
konjungtivitis
lakrimasi Hidung
alergi
tersumbat

Riwayat atopi
dalam keluarga
GEJALA SPESIFIK PADA ANAK
Allergic
shiner

Geographic Aleergic
tounge salute

Ana
k
Cobblestone Aleergic
appearance crease

Facies
adenoid
RINITIS ALERGI
• PEMERIKSAAN FISIK

Aleergic crease
RINITIS ALERGI
• PEMERIKSAAN FISIK

Aleergic salute Facies adenoid Geographic tounge


RINITIS ALERGI
• PEMERIKSAAN PENUNJANG

IN
VITRO IN VIVO
RINITIS ALERGI
• DIAGNOSIS BANDING

RINITIS NON-
ALERGIC Immotile cilia
syndrome (ciliary
dyskinesis)
TATALAKSANA
 Non-farmako
 Farmako

1. Non-farmako dalam bentuk edukasi


- Meminta pasien menjauhi allergen yang dapat mengakibatkan munculnya
gejala.
- Eliminasi
TATALAKSANA
1. AVOIDANCE
2. MEDIKA MENTOSA
2.1 Antihistamin

Gen-1(klasik) Gen-2(non-sedatif)
Lipofilik Lipofobik
Menembus sawar otak dan Sulit menembus sawar darah otak
plasenta
Efek kolinergik Tidak ada efek antikolinergik
Difenhidramin, klorfeniramin, Kel-1 Kel-2
prometasin, siproheptadin
astemisol dan loratadin, setirisin,
terfenadin fexofenadin,
desloratadin, dan
levosetirisin
TATALAKSANA
2.2 Dekongestan
pseudoephedrine HCL
phenylpropanolamin HCl
2.3 Anti kolinergik
hidroklorida oxymetazoline
ipratropium bromide
TATALAKSANA
2.4 Kortikosteroid Topikal
Beklometason, Budesonid,
Flutikason, Mometason Dan Triamsinolon

3. Operatif
 Konkotomi Parsial
 Inferior Turbinoplasty
 Kaeuterisasi Memakai Agno3 25% Atau Triklor Asetat
TATALAKSANA
4. IMUNOTERAPI

• Sublingual
• Intradermal
• Menginduksi igG blocking yang bersaing dengan igE, menurunkan
igE, memodulasi sel mast dan basofil dan peningkatan aktivitas
limfosit T supresor, sehingga terjadi penurunan respons alergi.
RINITIS ALERGI
• KOMPLIKASI
1. Polip hidung. Beberapa peneliti mendapatkan, bahwa alergi
hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip
hidung dan kekambuhan polip hidung.

2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

3. Sinusitis paranasal.
 
KESIMPULAN
• Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi
dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan
lingkungan. Gejala utama pada hidung yaitu hidung gatal,
tersumbat, bersin-bersin, keluar ingus cair seperti air bening.
Seringkali gejala meliputi mata, yaitu : berair, kemerahan dan
gatal
KESIMPULAN

• Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna


pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila
gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi. Gejala
spesifik lain pada anak adalah terdapatnya allergic shiner,
allergic salute dan allergic crease
KESIMPULAN

• Pengobatan paling efektif dari rinitis alergi adalah menghindari


faktor penyebab yang dicurigai (avoidance), dimana apabila
tidak dapat dihindari dapat dibantu dengan terapi medika
mentosa hingga pembedahan. Pasien dengan rinitis alergi tanpa
komplikasi yang respon dengan pengobatan memiliki prognosis
baik.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai