INFERTILITAS
Februari 2019
Pendahuluan
Penyebab
infertilitas : Faktor Setiap pasangan Beban fisik,
laki-laki dan atau ingin memiliki ekonomi dan
perempuan, anak psikologis
idiopatik
Definisi
Infertilitas sekunder
ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau
mempertahankan kehamilannya. Sebelumnya pasangan
tersebut telah hamil atau memiliki anak.
Klasifikasi
Infertilitas idiopatik
Pasangan infertil yang telah menjalani
pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi
tuba, dan analisis semen dengan hasil normal
Epidemiologi
WHO
Indonesia
Infertilitas pada 8-10%
3,5 juta pasangan (7 juta
pasangan, sekitar 50 juta
orang) yang infertile
hingga 80 juta pasangan
Usia
Frekuensi senggama
Vagina Uterus
Dispareunia Faktor serviks
Vaginismus Faktor kavum uteri
Vaginitis Faktor miometrium
Tuba Ovarium
Diagnosis
Faktor Istri
Tahap pertama
• Pemeriksaan riwayat infertilitas
• Faktor-faktor :usia, riwayat kehamilan, panjang siklus haid,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat operasi, frekuensi koitus,
dan waktu koitus.
• Pola hidup -> konsumsi alkohol, merokok, dan stress.
• Indeks Massa Tubuh (IMT), pemeriksaan kelenjar tiroid,
hirsutisme, akne, sebagai pertanda hiperandrogenisme.
• Pemeriksaan pelvik -> kelainan di vagina, serviks, dan uterus.
Diagnosis
Penilaian ovulasi
•Suhu Badan Basal
•Pemeriksaan USG transvaginal -> pertumbuhan folikel. Bila diameter
mencapai 18-25 mm, berarti menunjukkan folikel matur dan akan terjadi
ovulasi.
•Pemeriksaan hormon progesteron darah.
Tahap ketiga
Laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi tuba
fallopi, melihat kelainan yang mungkin terdapat dalam rongga
peritoneal, seperti endometritis, perlengketan pelviks, dan
patologi ovarium,
Diagnosis
Faktor Suami
Anamnesis.
• Merokok
• Riwayat infeksi kelenjar parotis -> orchitis
• Kesulitan ereksi
• Stress
Pemeriksaan fisik
• IMT
• Penyakit sistemik
• Genitalia
Pemeriksaan Penunjang
Suhu Basal Badan (SBB)
• SBB meningkat selama fase progesterone dari siklus
haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah
terjadi ovulasi. Jika wanita ovulasi, grafik akan
memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal).
Pemeriksaan Penunjang
Uji Pakis
• Getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass
akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu
pola daun pakis
• Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23
menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hormon
• Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar
progesteron fase luteal dijumpai lebih besar dari 9,4
mg/ml (30 nmol/l).
• Pemeriksaan kadar luteinizing hormone (LH) dan
follicles stimulating hormone (FSH) dilakukan pada
fase proliferasi awal (hari 3 - 5)).
Pemeriksaan Penunjang
ANALISIS SPERMA
Pemeriksaan Makroskopis
• Warna: normal adalah putih/agak keruh
• Volume: normalnya 2-6 ml, aspermi bila tidak keluar sperma
pada waktu ejakulasi. Hiperspermi bila volume > 6 ml.
Hipospermi bila volume <1 ml
• Bau: Semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi infeksi.
• PH: Biasanya sifatnya sedikit alkalis. WHO memakai kriteria
yang normal yang lazim, yaitu 7,2-7,8
Pemeriksaan Penunjang
•Viskositas:
Pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Dengan pipet pastur: Semen diisap ke dalam pipet tersebut,
pada waktu pipet diangkat maka akan tertinggal semen
berbentuk benang pada ujung pipet. Panjang benang
diukur, normal panjangnya 3-5 cm.
Menggunakan pipet yang sudah mengalami standarisasi
(Elliaon). Pipet dalam posisi tegak, lalu diukur waktu yang
diperlukan setetes semen untuk lepas dari ujung pipet tadi.
Angka normal adalah 1-2 detik.
Pemeriksaan Penunjang
• Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami
likuefaksi dalam waktu 60 menit, walau pada umumnya
sudah terjadi dalam 15 menit.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis
•Jumlah spermatozoa per ml
Normal: >60 juta/ml
Subfertil: 20-60 juta /ml
Steril: 20 juta atau kurang/ml
•Kecepatan
Semen yang tidak diencerkan diteteskan ke dalam titik
hitung, tentukan waktu yang dibutuhkan satu spermatozoa
untuk menempuh jarak 1/20 mm
Normal nya dibutuhkan 1-1,4 detik = normokinetik
Pemeriksaan Penunjang
• Morfologi ditentukan oleh bentuk kepala, leher, tanpa adanya
sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor.
Oligozoospermia
•Spermatozoa <20 juta/ml disebut oligozoospermia dan jika
kurang dari 5 juta/ml disebut olgozoospermia berat.
Terapi medikamentosa yaitu :
• Klomifen sitrat dengan dosis 1 x 50 mg selama 90 hari atau
1 x 50 mg 3 x 25 hari dengan interval antara terapi 5 hari.
•Tamoxifen, dapat diberikan dengan dosis 2 x 1 tablet selama
60 hari.
• Kombinasi HMG dan hCG; HMG (Pergonal®) diberikan
dengan dosis 150 IU 3 x/ minggu dan hCG (Profasi®)
dengan dosis 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16 minggu.
• Kombinasi FSH (Metrodin®) dan hCG; dosisFSH 75IU 3
x/minggu dan dosis hCG 2000 IU 2 x/minggu selama 12-
16 minggu. Selain medikamentosa, terapi dapat
dilakukan dengan AIH(IBS) dengan atau tanpa treated
sperm
TERIMAKASIH
Any questions?