Anda di halaman 1dari 26

DISTRIBUSI OBAT

Apt Amir Kemal M.Farm


DRUG DISTRIBUTION

Where do DRUGs go?

►Merupakan langkah yang menggambarkan


transfer obat yang reversibel dari satu lokasi
ke lokasi lain di dalam tubuh.

►Perpindahan obat dari darah ke seluruh cairan


tubuh setelah proses absorbsi.
Drug distribution and Body water
Total body water
plasma volume
extracellular
plasma
3 liters
5%
interstitial
volume
interstitial volume
15 liters
25%
intracellular
volume
intracellular 12 liters
42 liters 20%
70%

Water composition in
60 Kg Body Weight
27 liters 45%
Cairan badan (60%)

1. Cairan intraselular (33%)


Cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh

2. Cairan ekstraselular (27%)


Cairan yang berada di luar sel
a. Plasma (4,5%) : cairan di dalam sistem vaskuler
b. Cairan interstisial (20%) : cairan yang
terletak diantara sel
c. Cairan transelular (2,5%) : cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler,
dan sekresi saluran cerna.
PROSES DISTRIBUSI

► Berlangsung sangat cepat dan reversibel


►Obat terdistribusi dalam jaringan
berkeseimbangan dgn kadar obat dlm darah
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DISTRIBUSI OBAT :
 Sifat fisikokimiawi obat, terutama
koefisien partisi lipid-air
 Vaskularisasi jaringan. Aliran darah yang
memasok ke jaringan (distribusi
regional)
 Pengikatan obat oleh material hayati
 Mekanisme transport
TOLOK UKUR
• Tolok ukur distribusi adalah Volume Distribusi (Vd)

amount of drug in body


Vd 
plasma drug concentration
VOLUME OF DISTRIBUTION FOR SOME DRUGS
DRUG Vd (L)
cocaine 140
clonazepam 210
amitriptyline 1050
amiodarone ~5000
VOLUME DISTRIBUSI

 Vd bukan volume sebenarnya ruangan


yang ditempati obat ----» Vd semu

 Misal :
Vd = 50 L bukan berarti obat menempati
ruangan bervolume 50 L, karena tidak
semua obat berada dalam darah.
VOLUME DISTRIBUSI
(Vd)
 Dari definisi tsb jelaslah bahwa Vd tidak
menunjukkan volum ruangan dalam tubuh yang
ditempati oleh obat, kecuali jika obat hanya
terdistribusi dalam darah.

 Obat yang hanya terdistribusi dalam darah adalah


merah tripan dan biru evans.

 Dalam patologi klinik biru evans digunakan untuk


mengukur volume plasma.
Vd bisa digunakan utk mengetahui sejauh
mana distribusi obat dalam tubuh.
Contoh Obat X diberikan pd orang dewasa normal dgn
BB = 70 Kg
 Vd = ± 3 L (4,3%BB) ----»terdistribusi dalam
sirkulasi sistemik
 Vd= 10-20L (15-27%BB) ----»terdistribusi dalam
cairan ekstraseluler (CES)
 Vd = 25-30 L (35-42%BB) ----» terdistribusi dalam
cairan intraseluler (CIS)
 Vd = 40 L (60%BB) ----» terdistribusi dalam seluruh
cairan badan
 Vd > 100-200 L, ----» terdistribusi sampai pada
jaringan sekunder
 Vd merupakan parameter individual obat
pada pasien dengan BB tertentu.
 Jika Vd dinyatakan L/Kg BB adalah koefisien
distribusi.

Koefisien distribusi berlaku umum untuk :


 Postur tubuh normal
 Tidak obesitas
 Tidak udema
Pengikatan Obat Oleh Material Hayati

SIFAT :
 Reversibel : Mudah lepas karena ikatannya

lemah (ikatan : ionik, hidrofobik, hidrogen, Van


der walls)

 Non Spesifik : Obat dapat diikat oleh molekul


protein pada tempat yang sama
FUNGSI KOMPLEKS OBAT-PROTEIN antara
lain :

►Transport senyawa biologis,


Contoh : pengangkutan O2 oleh Hb. Fe oleh transferin
►Detoksifikasi keracunan logam berat
Contoh : pada kasus keracunan Hg, Hg diikat secara kuat oleh gugus SH
protein sehingga efek toksiknya dapat dinetralkan.
►Mempengaruhi sistem distribusi obat  membatasi interaksi
obat reseptor, menghambat metabolisme dan ekskresi obat 
memperpanjang masa kerja obat
Contoh : Suramin, obat antitripanosoma yang diberikan dosis tunggal IV
mencegah serangan penyakit tidur 2-3 bulan, karena ukuran molekul besar
tidak dapat melewati filtrasi glomerulus dan ikatan kompleks Suramin-Protein
plasma cukup kuat  kompleks terdisosiasi sangat lambat melepas obat bebas
sedikit demi sedikit.
Derajat pengikatan obat oleh protein
tergantung :

1. Jumlah tempat pengikatan


● Semakin banyak tempat pengikatan pada molekul
protein ----» Semakin banyak pula obat yang
mampu diikat.
● Pada umumnya 1 tempat pengikatan dapat
ditempati oleh 1 atau 2 molekul obat.
nD + P ↔ D(n)-P
2. Kadar protein

Fraksi obat terikat (fb)


Jika kadar protein
meningkat, maka jumlah
obat yang diikat oleh
protein juga meningkat
sampai suatu saat
peningkatan kadar protein
tidak lagi berpengaruh
terhadap jumlah obat yang
diikat.

Plasma albumin
(g/100ml)
 Jika kadar protein
dalam darah turun,
maka jumlah obat
yang terikat juga
turun dan hal ini
mengakibatkan Keadaan Mekanisme
kadar obat bebas
naik. Penyakit hati Menurunnya sintesis protein
 Berkurangnya kadar Trauma Meningkatnya katabolisme protein
protein dalam
plasma dijumpai Luka bakar Distribusi albumin ke dalam ruang
pada : ekstravaskuler
Penyakit ginjal Eliminasi protein berlebihan
3. Kadar Obat

Pada kadar protein

Fraksi obat terikat (fb)


tetap, peningkatan
kadar obat akan
menurunkan fraksi
obat yang terikat

Kadar Obat
4. Afinitas Obat-Protein
K1
D + P « -----------» D-P
K2

KA 
K1

 DP 
K 2  D  P 
K 2  D  P 
KD  
K1  DP
KA dan KD adalah ukuran afinitas
KA adalah tetapan Kecepatan asosiasi,
KD adalah tetapan kecepatan disosiasi
jika KA naik, maka [DP] juga meningkat.
 fu : fraksi obat unbound (bebas)
fu 
 D

 D
 DT  D   D - P 

 fb : fraksi obat bound (terikat)

fb 
 D - P

 D - P
 DT  D   D - P 
5. Penyimpanan obat dalam jaringan

 Suatu obat dapat disimpan dalam jaringan khusus, penyimpanan


ini bersifat reversibel.
 Banyaknya obat yang tersimpan tergantung pada afinitas
konstituen sel jaringan terhadap obat dan suplai darah ke
jaringan.
 Contoh :
 Vitamin B12 disimpan di dalam hati.
 Iodium diambil dari darah oleh kelenjar gondok kemudian
disimpan sebagai hormon tiroid.
 Turunan barbiturat disimpan dalam jaringan lemak, yang
nantinya akan dilepaskan secara perlahan-lahan.
6. Perpindahan obat menembus plasenta

 Perpindahan obat menembus plasenta terutama


terjadi secara difusi sederhana.
 Faktor penentu kecepatan dan banyaknya obat yang
ditransfer ke dalam janin ditentukan oleh :
 Kelarutan obat dalam lipid
 pKa
 Pengikatan obat oleh protein baik dalam ibu (induk)
ataupun dalam janin.
7. Distribusi obat ke SSP

♣ Otak merupakan organ yang sulit ditembus oleh obat,


karena ada semacam penghalang yaitu Blood-Brain-
Barrier (BBB).
♣ Penghalang ini sebenarnya perpanjangan sel khusus
di dalam otak yang disebut : astrosit.
♣ Obat-obat yang sangat larut lipid dengan mudah
menembus penghalang masuk ke otak dan
menimbulkan efek, contoh : barbiturat, anestetika.
♣ Glukosa sangat sukar larut dalam lipid, sehingga
masuk ke dalam sel otak melalui transport aktif.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai