Anda di halaman 1dari 48

PEMAHAMAN DASAR

PERPAJAKAN PPAT, UPDATE


KETENTUAN DAN SISTEM
PERPAJAKAN, SERTA DISKUSI
PERSOALAN PAJAK DALAM
TUGAS JABATAN PPAT

Oleh : Arief Hidayat


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Notaris adalah Pejabat umum yang menjalankan sebagian
dari fungsi publik dari negara, khususnya di bagian hukum
perdata

PPAT adalah Pejabat Umum yang diberikan kewenangan


untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun; Biasanya jabatan ini dirangkap
oleh Notaris.
Dasar Kewajiban Perpajakan PPAT

Menyangkut
BPHTB Pajak Klien
PPh
PHTB
(PPh
Final)
Dasar Kewajiban Perpajakan PPAT

PPh Pasal 21 Menyangkut


PPh Pasal 23 Pajak Pribadi
PPh Pasal 4(2)
PPh Pasal 25
PPh Pasal 29
PPN ( Jika sudah PKP)
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana
telah diubah dengan Nomor 2 Tahun 2014.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No­mor 23 Tahun 2018 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata Cara
Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan perjanjian
pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan
Pengusaha Kecil PPN sebagaimana telah diubah dengan Peratur­an Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 197/PMK.03/2017
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang Surat
Pemberitahuan (SPT) sebagaimana telah diubah dengan Pera­turan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehu­bungan Dengan
Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata
Cara Pemoton­gan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghas­ilan Pasal 21
Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan
Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 Tentang Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-21/PJ/2019 Tentang Tata Cara Penelitian
Bukti Pemenuhan Kewajiban Penyetoran PPh
BPHTB
Dasar hukum: UU No 28 tahun 2009
Definisi
Adalah pajak yang dikenakan atas
sebuah peristiwa hukum berupa
perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
Objek pajak: perolehan hak atas
tanah dan bangunan, bukan tanah
atau bangunannya sendiri.
Subjek Pajak/Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan yang
menerima atau memperoleh hak
atas tanah dan atau bangunan.

Tarif Pajak
Paling tinggi 5% dari Dasar Pengenaan
Pajak (DPP)
DPP = Nilai Perolehan Objek Pajak
Kena Pajak (NPOPKP)
Nilai Perolehan Objek Pajak Kena
Pajak(NPOPKP)dihitung berdasarkan:
NPOP – NPOPTKP.
NPOPTKP
 Jika NPOP tidak diketahui/ lebih rendah
dari NJOP PBB pada tahun perolehan
maka DPPnya adalah NJOP PBB.
 NPOPTKP: Paling rendah Rp 60juta
 NPOPTKP untuk perolehan karena
waris/hibah wasiat: Paling rendah Rp 300
juta  hub. Sedarah dalam garis lurus satu
derajat ke atas/ bawah dengan pemberi
hibah, termasuk suami/istri
SAAT TERUTANG
Saat terutangnya pajakdan/atau Bangunan ditetapkan untuk:
a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta;
b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
c.hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya
akta;
e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke kantor bidang pertanahan;
f. pemasukan dalam perseroan atau badan hokum lainnya adalah
sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak
tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
i. pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari
pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan
pemberian hak;
j.pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah
sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan
pemberian hak;
k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat
dan ditandatanganinya akta;
l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta; dan
o. lelang adalah sejak tanggal penunjukkan
pemenang lelang.
Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat
terjadinya perolehan hak sebagaimana dimaksud
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris
hanya dapat menandatangani akta
pemindahan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan
bukti pembayaran pajak.
(2) Kepala kantor yang membidangi
pelayanan lelang negarahanya dapat
menandatangani risalah lelang Perolehan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah
Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran
pajak.
(3) Kepala kantor bidang pertanahan hanya
dapat melakukan pendaftaran Hak atas
Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas
Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan
buktipembayaran pajak.
Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris
dan kepala kantor yang membidangi
pelayanan lelang negara melaporkan
pembuatan akta atau risalah lelang
Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan kepada Kepala Daerah paling
lambat pada tanggal 10 (sepuluh)
bulan berikutnya.
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan
kepala kantor yang membidangi pelayanan
lelang negara, yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1)
dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif
berupa denda sebesar Rp7.500.000,00 (tujuh
juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap
pelanggaran.
(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan
kepala kantor yang membidangi pelayanan
lelang negara, yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat
(1)dikenakan sanksi administratif berupa denda
sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) untuk setiap laporan.
(3) Kepala kantor bidang pertanahan yang
melanggar ketentuan dikenai sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan
Danny adalah seorang notaris. Danny mendapatkan fee sebesar
Rp450.000.000,00 dari PT Manis Manja atas pembuatan akta.
Perhitungan dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21:
50% x Rp 450.000.000,00 = Rp 225.000.000,00
Besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar:
5% x Rp 50.000.000,00 : Rp 2.500.000,00

15% x Rp 175.000.000,00 : Rp 26.250.000,00

Rp 28.750.000,00

Dalam hal Danny tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang
menjadi sebesar:
120% x 5% x Rp 50.000.000,00 : Rp 3.000.000,00
120% x 15% x Rp 175.000.000,00 : Rp 31.500.000,00
Rp 34.500.000,00
Fadly, S.H.,M. Kn selaku Notaris mengadakan kerja
sama dengan PT. BCD, suatu perusahaan pengembang
perumahan untuk membuat akta notariil Perjanjian
Pengikatan Jual Beli (“PPJB”) antara PT. BCD dengan
konsumennya. Disepakati honorarium jasa Notaris atas
pembuatan 1 (satu) buah PPJB adalah sebesar
Rp2.000.000,00. Selama 1 tahun, jumlah PPJB yang
telah ditandatangani adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah PPJB Jumlah Honorarium Notaris

Januari 40 Rp80.000.000

Februari 45 Rp90.000.000

Maret 32 Rp64.000.000

April 25 Rp50.000.000

Mei 25 Rp50.000.000

Juni 18 Rp36.000.000

Juli 18 Rp36.000.000

Agustus 33 Rp66.000.000

September 45 Rp90.000.000

Oktober 50 Rp100.000.000

November 50 Rp100.000.000

Desember 10 Rp20.000.000

391 Rp782.000.000
Fadly, S.H., M.Kn, belum menikah dan telah menyerahkan fotokopi kartu NPWP
kepada PT. BCD dan Fadly, S.H., M.Kn tidak memperoleh penghasilan lain selain
dari PT. BCD. Berikut perhitungan PPH Pasal 21 yang dipotong oleh PT. BCD atas
honorarium Fadly, SH., M.Kn:

Bulan Ph Bruto 50% Ph PTKP Penghasilan Komulatif Tarif PPh PPh


Bruto Kena Pajak Penghasilan Pasal 17 Pasal21
kena pajak Ayat 1 Terutang
huruf a UU
PPh

Januari
80.000.000 40.000.000 4.500.000 35.500.000 35.500.000 5% 1.775.000

Februari 14.500.000 50.000.000 5% 725.000


90.000.000 45.000.000 4.500.000
26.000.000 76.000.000 15% 3.900.000

Maret
64.000.000 32.000.000 4.500.000 27.500.000 103.500.000 15% 4.125.000

April
50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 124.000.000 15% 3.075.000

Mei
50.000.000 25.000.000 4.500.000 20.500.000 144.500.000 15% 3.075.000
Bulan Ph Bruto 50% Ph PTKP Penghasila Komulatif Tarif PPh PPh
Bruto n Kena Penghasila Pasal 17 Pasal21
Pajak n kena Ayat 1 Terutang
pajak huruf a UU
PPh

Juni
36.000.000 18.000.000 4.500.000 13.500.000 158.000.000 15% 2.025.000

Juli
36.000.000 18.000.000 4.500.000 13.500.000 171.500.000 15% 2.025.000

Agustus
66.000.000 33.000.000 4.500.000 28.500.000 200.000.000 15% 4.275.000

September
90.000.000 45.000.000 4.500.000 40.500.000 240.500.000 15% 6.075.000

Oktober 9.500.000 250.000.000 15% 1.425.000


100.000.000 50.000.000 4.500.000
36.000.000 286.000.000 25% 9.000.000

Nopember
100.000.000 50.000.000 4.500.000 45.500.000 331.500.000 25% 11.375.000

Desember
20.000.000 10.000.000 4.500.000 5.500.000 337.000.000 25% 1.375.000
Harry, S.H., M.Kn adalah Notaris yang berkantor di Ibukota
Jakarta. Fadly memiliki status K/2, selama tahun 2018
peredaran bruto dari profesinya sebagai Notaris adalah
sebesar Rp4.250.000.000,00 (empat miliar dua ratus lima
puluh juta Rupiah). Harry, S.H.,M.Kn telah mengangsur PPh
Pasal 25 sebesar Rp5.225.300,00 per bulan, dengan total
selama tahun 2018 sebesar Rp62.704.000,00. Harry, S.H.,
M.Kn memiliki bukti potong PPh Pasal 21 atas penghasilan
yang telah dipotong oleh kliennya sebesar Rp52.500.000,00.
Besarnya PPh terutang yang masih harus dibayar oleh Harry,
S.H., M.Kn adalah sebesar:
A. Peredaran Bruto Rp.4.250.000.000,00

B. Persentase NPPN 51%

C. Penghasilan Netto (huruf A x huruf B) Rp.2.167.500.000,00

D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Wajib Pajak Rp.54.000.000,00

2. Wajib Pajak Kawin Rp.4.500.000,00

3. Anak 2 Orang Rp.9.000.000,00

Total PTKP Rp.67.500.000,00

E. Penghasilan Kena Pajak (huruf C - huruf D) Rp.2.100.000.000,00

F. PPh terutang Tarif Pasal 17 UU PPh:

5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00

15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00

25% x Rp.250.000.000,00 = Rp.62.500.000,00

30% x Rp.1.600.000.000,00 = Rp.480.000.000,00 Rp.575.000.000,00

Kredit Pajak:
G.
1. Angsuran PPh Pasal 25: Rp.62.704.000,00

2. PPh Pasal 21 yang sudah dipotong:


Rp.52.500.000,00
Rp.115.204.000,00
Total Kredit Pajak

H. PPh terutang Pasal 29 (huruf F - huruf G) Rp.459.796.000,00

PPh Pasal 29 tersebut wajib dibayarkan oleh Harry, SH., M.Kn sebelum Harry, SH., M.Kn menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh-nya
Gunawan, S.H., M.Kn adalah Notaris yang berkantor di Ibukota Jakarta.
Gunawan memiliki status K/2, selama tahun 2018 peredaran bruto fiskal
dari profesinya sebagai Notaris adalah sebesar Rp5.250.000.000,00 (lima
miliar dua ratus lima puluh juta Rupiah) dan karenanya Gunawan,
S.H.,M.Kn menyelenggarakan pembukuan. Biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilannya (biaya 3M) selama tahun 2018
yang dapat menjadi pengurang peredaran bruto fiskal adalah sebesar
Rp2.000.511.000,00 (dua miliar lima ratus sebelas ribu Rupiah).
Gunawan, S.H., M.Kn telah mengangsur PPh Pasal 25 sebesar
Rp5.225.300,00 perbulan, total selama tahun 2018 sebesar
Rp62.704.000,00. Gunawan, S.H., M.Kn memiliki bukti potong PPh
Pasal 21 atas penghasilan yang telah dipotong oleh kliennya sebesar
Rp52.500.000,00. Besarnya PPh terutang yang masih harus dibayar oleh
Gunawan, S.H., M.Kn adalah sebesar:
A. Peredaran Bruto Fiskal Rp.5.250.000.000,00

B. Biaya 3M Rp.2.000.511.000,00

C. Penghasilan Netto (huruf A - huruf B) Rp.3.249.489.000,00

D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Wajib Pajak Rp.54.000.000,00

2. Wajib Pajak Kawin Rp.4.500.000,00

3. Anak 2 Orang Rp.9.000.000,00

Total PTKP Rp.67.500.000,00

E. Penghasilan Kena Pajak (huruf C - huruf D) Rp.3.181.989.000,00

F. PPh terutang Tarif Pasal 17 UU PPh:

5% x Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00

15% x Rp.200.000.000,00 = Rp.30.000.000,00

25% x Rp.250.000.000,00 = Rp.62.500.000,00

30% x Rp.2.681.989.000,00 = Rp.804.596.700,00 Rp.899.596.000,00

G. Kredit Pajak:

1. Angsuran PPh Pasal 25: Rp.62.704.000,00

2. PPh Pasal 21 yang sudah dipotong: Rp.52.500.000,00

Total Kredit Pajak Rp.115.204.000,00

H. PPh terutang Pasal 29 (huruf F - huruf G) Rp.784.392.000,00

PPh Pasal 29 tersebut wajib dibayarkan oleh Gunawan, SH., M.Kn sebelum menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh-nya.

Anda mungkin juga menyukai