TYPHOID
Chika Ramadhani
Fransisca Miranda
Laetitia Ayesha Camil
Novita
Nurul Asti. P
Riski Maulina
Yolanda Aprilia
kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
810/100.000 (perkotaan)
Salmonella typhi
Salmonella paratyphi
Demam
Diet
Obat
Ampicillin dan Amoksisilin.
Sefalosforin generasi ketiga.
Fluorokinolon.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan leukosit
Didalam beberpa literatur dinyatakan bahwa typoid terdapat leukopenia dan
limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidak sering di jumpai.
Pada kebanyakan kasus
2.typhoid fever
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada typhoid fever sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid fever.
Lanjutan
3.Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan typhoid fever, tetapi bila
biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi typhoid
fever
4. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi
(agglutinin). Agglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah di vaksinasikan. Antigen yang di gunakan pada uji widal adalah
suspense salmonella yang sudah dimatikan dan di olah di laboratorium
tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum klien yang di sangka menderita typhoid.
PENATALAKSANAAN
Antibiotik
Terapi penyulit
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan.
2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari,
nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.
3. Pada pengkajian anak dengan typhoid seperti ditemukan timbulnya demam yang
khas yang berlangsung selama kurang lebih 3 minggu dan menurun pada pagi hari
serta meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah kotor ujung dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus,
terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan bisa terjadi
gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya bradikardia,
kemungkinan terjadi komplikasi seperti pendarahan pada usus halus, adanya
perforasi usus, peritonitis, peradangan pada meningen, bronkhopneumonia, dan
lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan
limfositosis relatif, pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urin, feses,
dan uji serologis widal menunjukkan kenaikan pada titer antibodi O lebih besar atau
sama dengan 1/200 dan H 1/200.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
http://eprints.ums.ac.id/34514/6/BAB%20I.pdf
https://www.mag.co.id/demam-tifoid-typhoid-fever/
http://repository.ump.ac.id/1448/3/ROHMAT
%20HIDAYAT%20BAB%20II.pdf
file:///C:/Users/novita/Downloads/jtptunimus-gdl-
shanandber-5156-1-babi.pdf
TERIMAKASIH