Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan Fraktur

Nama Kelompok 4 :

Winanda Al-meihesi M 1911311027


Indah Febriyana 1911312021
Salsabila Dwiyona 1911313005
Umniatul Azizah 1911313017
Definisi dan Etiologi Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Fraktur merupakan kontinuitas
tulang atau kesatuan struktur tulang terputus yang dapat merupakan retak, remah, atau bagian korteks
pecah.

Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan
perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa
memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur
yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai
fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).

Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan menjadi:
1. Cedera traumatic
2. Fraktur patologik
.
Klasifikasi Fraktur

01 Fraktur Terbuka
03 Fraktur Kompleksitas

02 Fraktur Tertutup
Fraktur Berdasarkan Radiologisnya
Fraktur transversal Fraktur kuminutif Fraktur oblik
Fraktur kuminutif adalah Fraktur oblik adalah fraktur
Fraktur transversal adalah frktur
terputusnya keutuhan yang garis patahnya
yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. jaringan yang terdiri dari membuat sudut terhadap
dua fragmen tulang. tulang.

Fraktur segmental Fraktur impaksi


Fraktur segmental adalah dua Fraktur impaksi atau fraktur
fraktur berdekatan pada satu tulang kompresi terjadi ketika dua tulang
yang menyebabkan terpisahnya menumbuk tulang yang berada
segmen sentral dari suplai darahnya diantara vertebra.
Patofisiologi
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya
retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil,
maka tulang dapat pecah berkeping- keping. Fragmen fraktur dapat bergeser ke
samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain.
Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.

Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon
peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri,
kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon patofisiologis juga
merupakan tahap penyembuhan tulang.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya fraktur :
1. Deformitas
2. Pembengkakan
3. Memar
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Ketegangan
7. Kehilangan fungsi
8. Gerakan abnormal dan krepitasi
9. Peribahan neurovaskular
10. Syok
Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi
dan luasnya fraktur.
2. Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB
untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada
tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi
mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan selain itu peningkatan leukosit
mungkin terjadi sebagai respon terhadap
peradangan.
Penatalaksanaan Medis
Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
• Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya
menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada
anak.
• Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah
tulang tungkai bawah tanpa dislokasi.
• Cara ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi,
biasanya dilakukan pada patah tulang radius distal.
• Cara keempat adalah reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa
tertentu. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi
di dalam gips.
• Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar.
• Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator
tulang secara operatif.
• Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna yang biasa
disebut dengan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Cara yang terakhir berupa
eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi setelah fraktur antara lain :
a. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan cedera saraf.

b. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi oleh
jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar jika
otot mengalami pembengkakan.

c. Kontraktur Volkman
Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma
kompartemen yang tak tertangani.

d. Sindroma Emboli Lemak


Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang panjang seperti
femur, tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul.
WOC
Asuhan Keperawatan
Ny. H (41 tahun) dibawa ke IGD RSUP. Dr. M.Djamil Padang setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien seorang
pengendara sepeda motor mengalami kecelakaan lalu lintas, tertabrak sepeda motor lain dari arah samping kiri kemudian
pasien jatuh ke kanan dan menabrak pembatas jalan. saat kejadian penderita dalam kondisi sadar, tanpa disertai tanda cidera
kepala. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan : TD :120/70 mmHg, Pernapasan :20x/I, Nadi :82 x/i Suhu :36,8 ºC . Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi humerus kanan didapatkan deformitas dan jejas, tanpa adanya vulnus apertum. Pada
palpasi terdapat krepitasi disertai nyeri tekan. Pergerakan range of motion (ROM) terbatas. Pada status lokalis cruris kanan,
inspeksi terdapat swelling dan deformitas tetapi tidak tampak jejas maupun vulnus apertum. Pada palpasi terdapat nyeri tekan
dan krepitasi. Pasien tidak mampu melakukan knee fleksi, dan ROM terbatas. Pemeriksaan x-ray humerus kanan ditemukan
fraktur tertutup humerus 1/3 tengah. Pemeriksaan x-ray dan CT Scan genu kanan ditemukan tampak gambaran fraktur
kominutif bicondylar dari tibial plateau posterior.3 hari setelah masuk rumah sakit (MRS) pasien menjalani operasi open
reduction Internal fixation (ORIF) humerus dan tibial. Hasil pengkajian post-op didapatkan Pasien mengatakan nyeri menusuk
dan panas di bagian kaki yang siap operasi dan lamanya nyeri ±5 menit. Kaki klien tampak dibalut dengan tensocrepe dan
ferbam di sebelah kanan. Dari observasi pasien tanpak meringis dan menahan nyeri, pasien tanpak merasakan nyeri di bagian
kaki sebelah kanan yang siap operasi dengan skala nyeri 6, lmanya nyeri ±5 menit, luka tertutup perban, keadaaan perban
tanpak berdarah dan luka klien terdapat luka lembab, dengan panjang luka ± 9 cm, kulit klien tanpak memerah di bagisn luka
yang siap operasi dan terasa panas. Klien beraktifitas dibantu keluarga. Klien tampak terpasang infus RL dengan 20 tetes/menit.
Kulit terasa panas di sekitar luka bekas operasi.
Pengkajian
Identitas
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. H Nama : Tn.R
Umur : 41 Tahun Umur : 45 Tahun
Agama : Islam Hub. Dengan Pasien : Suami
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :-
Status : Menikah Alamat : Jl.X No.2 Padang
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Jl.X No.2 Padang
Tanggal Masuk : 28 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 29 Agustus 2021
No. Register : RM008029021
Diagnosa Medis : fraktur
2. Status Kesehatan Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural- spiritual)

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


Pasien mengatakan nyeri menusuk dan panas di bagian kaki yang siap operasi dan lamanya nyeri ±5
menit.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
•Sebelum sakit : normal
•Saat sakit : normal

c. Pola Eliminasi
1) BAB
•Sebelum sakit : tidak ada keluhan
•Saat sakit : tidak ada keluhan
2) BAK
•Sebelum sakit : tidak ada keluhan
•Saat sakit : tidak ada keluhan
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum   √    
Mandi   √    
Toileting   √    
Berpakaian   √    
Berpindah   √    

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang


lain dan alat, 4: tergantung total

2) Latihan
•Sebelum sakit : tidak ada keluhan
•Saat sakit : Pasien melakukan aktifitas dibantu oleh keluarga
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien tampak meringis dan menahan nyeri, pasien tanpak merasakan nyeri di bagian kaki sebelah
kanan yang siap operasif.

f. Pola Persepsi-Konsep diri :-

g. Pola Tidur dan Istirahat


• Sebelum sakit : normal
• Saat sakit :-

h. Pola Peran-Hubungan
hubungan klien dengan keluarga baik, klien beraktivitas dibantu oleh keluarga

i. Pola Seksual-Reproduksi
• Sebelum sakit : Tidak ada gangguan
• Saat sakit : Tidak ada gangguan

j. Pola Toleransi Stress-Koping : tidak ada gangguan

k. Pola Nilai-Kepercayaan : tidak ada gangguan


Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : Sakit sedang


• Tingkat kesadaran : komposmetis
• GCS :Verbal 5 ; Psikomotor:6 ;Mata:4

b. Tanda-tanda Vital : TD :120/70 mmHg, Pernapasan :20x/I, Nadi :82 x/i Suhu :36,8 ºC

c. Keadaan fisik

• Kepala dan leher :-


• Dada 
• Paru : -
• Jantung :-
• Payudara dan ketiak : Tidak dikaji
• Abdomen :-
• Genitalia : Bersih
Lanjutan …
f. Ekstremitas dan neurologis

Inspeksi humerus kanan didapatkan deformitas


dan jejas, tanpa adanya vulnus apertum. Pada
palpasi terdapat krepitasi disertai nyeri tekan.
Pergerakan range of motion (ROM)
terbatas.Pada status lokalis cruris kanan,
inspeksi terdapat swelling dan deformitas tetapi
tidak tampak jejas maupun vulnus apertum.
Pada palpasi terdapat nyeri tekan dan krepitasi.
Pasien tidak mampu melakukan knee fleksi, dan
ROM terbatas.
Pemeriksaan
Penunjang
A. Data laboratorium yang berhubungan : Tidak dikaji

B. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan x-ray humerus kanan ditemukan fraktur tertutup humerus
1/3 tengah. Pemeriksaan xray dan CT Scan genu kanan ditemukan
tampak gambaran fraktur kominutif bicondylar dari tibial plateau
posterior.

c. Pemeriksaan penunjang diagnosticlain : Tidak dilakukan


Analisis Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:
- Klien mengatakan merasakan nyeri
Agen cidera fisik Nyeri Akut
dan menusuk durasi + 5 menit
DO :
- Terlihat adanya balutan tensocrepe
dan perban pada kaki sebelah kanan
klien
- Pasien tampak meringis dan
menahan nyeri
- Klien tampak merasakan nyeri pada
kaki bagian kanan setelah operasi
dengan skala nyeri 6
- Hasil pemeriksaan TTV
TD: 120/70
RR : 20X/I
Nadi: 82x/menit
Suhu :36,8 C
DS:
- Klien mengatakan merasakan Efek prosedur Invasif Resiko Infeksi
nyeri menusuk dan panas
diabgian kaki yang siap
operasi
DO :
- Pasien tampak meringis dan
menahan nyeri
- Keadaan perban pada kaki
klien tampak berdarah
- Terlihat adanya luka lembab
pada kaki klien
- Panjang luka klien + 9 cm
- Kulit klien tampak memerah
disekitar bagian luka pasca
operasi dan terasa panas
DS :
Kerusakan Integritas pada Gangguan Mobilitas Fisik
- Dalam beraktivitas klien
struktur tulang dan nyeri
dibantu oleh keluarga
DO:
- Hasil pemeriksaan
menunjukan ROM
terbatas pada Klien
- Klien tidak mampu
melakukan knee fleksi
- Hasil pemeriksaan X-ray
menunjukan fraktur
tertutup humerus 1/3
tengah
 
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen cidera fisik d.d
klien mengeluh nyeri dan tampak
meringis

2. Resiko Infeksi b.d efek prosedur


invasive

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d


kerusakan integritas struktur tulang
dan nyeri d.d menegeluh sulit
menggerakan ekstremitas, ROM
menurun dan nyeri saat bergerak
INTERVENSI KEPERAWATAN 3S
SDKI SLKI SIKI
Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Nyeri akut b.d
Observasi
- Keluhan nyeri menurun (5)
Agen cidera fisik  Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi, kualitas,
- meringis menurun (5)
intensitas nyeri,.
d.d klien - Kesulitan tidur menurun (5)  Identifikasi skala nyeri.

mengeluh nyeri    Identifikasi respon nyeri non verbal.

Luaran tambahan :  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri


dan tampak  Identifikasi penegetahuan dan keyakinan tentang nyeri
kontrol nyeri
 Monitor efek samping penggunaan analgetik.
meringis - Melaporkan nyeri terkontrol
 
  meningkat (5) Terapeutik
- Kemampuan mengunakan teknik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

non-farmakologis meningkat (5) (mis.tarik napas dalam, kompres hanagat/dingin).


 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri .
- Dukungan orang terdekat meningkat
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
(5)
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
- Pengunaan analgetik menurun (5) meredakan nyeri.
Edukasi
  • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri.
• Jelaskan strategi meredakan nyeri.
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat.
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Resiko Infeksi b.d Tingkat Infeksi 1.Pencegahan Infeksi


- Nyeri menurun (5) Observasi
efek prosedur - Kemerahan menurun (5) • Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
invasif - Bengkak menurun(5) sistemik.
- kultur area luka membaik (5)
 
Terapeutik
  Kontrol Risiko • Batasi jumlah pengunjung.
• Berikan perawatan kulit pada area edema.
- kemampuan mencari • Tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
informasi tentng faktor • Pemberian teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi.

risiko meningkat(5) Edukasi


• Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
- kemampuan • Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
• Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
mengidentifikasi faktor • Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
risiko meningkat (5)

-kemampun menghindari

faktor risiko mingkat (5)


2. Perawatan Luka
  Observasi
• Monitor karakteristik luka
(mis:drainase,warna,ukuran,bau)
• Monitor tanda –tanda infeksi

Terapeutik
• Alaskan balutan dan plester secara perlahan
• Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
perlu Bersihkan dengan cairan NACL atau
pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
• Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika
perlu
• Pasang balutan sesuai jenis luka
• Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan
luka
• Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
• Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam
atau sesuai kondisi pasien
• Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis
vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai
indikasi
Edukasi
  • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium
dan protein
• Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

Gangguan Mobilitas Fisik


Mobilitas Fisik Dukungan Ambulansi
b.d kerusakan integritas Observasi :
- Pergerakan ektremitas meningkat
struktur tulang dan nyeri
(5) • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
d.d mengeluh sulit - kekuatan otot meningkat (5) lainnya
menggerakan - Rentang Gerak (ROM) meningkat • Identifikasi toleransi fisik melakukan
(5) ambulansi
ekstremitas, ROM
- nyeri menurun (5) • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
menurun dan nyeri saat
- gerakan terbatas menurun (5) sebelum memulai ambulasi
bergerak • Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulansi.
Terapeutik :
  • Fasilitasi aktivitas ambulansi
dengan alat bantu (mis, tongkat kru)
• Fasilitasi melakukan mobilitas fisik,
jika perlu
• Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
ambulansi

Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulansi
• Anjurkan melakukan ambulansi dini
• Anjurkan ambulansi sederhana
yang harus dilakukan (mis, berjalan
dari tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur kekamar
mandi,berjalan sesuai toleransi
TERIMAKASIH !

Anda mungkin juga menyukai