Anda di halaman 1dari 16

LAYANAN JEJARING

KOLABORASI TB-HIV
RS BETHESDA TOMOHON

Christian Berhandus
 
2017
WHY?? Di Indonesia
penyakit TB merupakan penyebab 20% dari 1,6 juta kematian
dan HIV merupakan penyebab 25% dari 1,3 juta kematian TB
TB & HIV 10 juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133
kasus (rentang, 120-148) per 100.000 penduduk.
Kolaborasi HIV & TB,
HARUS!!!
Pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik tanpa
keberhasilan pengendalian HIV.

Sebaliknya TB merupakan infeksi oportunistik terbanyak dan


penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/ AIDS (ODHA).
WHO & StopTB

TB-HIV
• (2004) Provinsi DKI Jakarta
• (2006) Kabupaten Merauke Provinsi Papua dan di Kota Denpasar Provinsi
Bali (Daerah epidemi HIV AIDS yang terkonsentrasi)
• (2008-2010) diperluas ke Provinsi (Sumatera Utara, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa
Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua).
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
no: 1278/MENKES/SK/XII/2009
tentang Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi
Pengendalian Penyakit TB dan HIV.

(2013) telah diterbitkan Permenkes No. 21


tentang Penanggulangan HIV AIDS di Indonesia.
pasien TB merupakan salah satu kriteria pasien yang perlu mendapat
perhatian untuk dilakukan penawaran tes HIV dan perlu dilakukan
percepatan pemberian ARV bagi pasien ko-infeksi TB-HIV.
TUJUAN KOLABORASI
TB-HIV di fasyankes
MENJAMIN KESINAMBUNGAN PERAWATAN PASIEN
YANG BERKUALITAS

MENGURANGI ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN


AKIBAT INFEKSI GANDA DAN MASALAH RESISTENSI
OBAT.
TUJUAN KHUSUS
1. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program
TB dan HIV/AIDS.
2. Menurunkan beban TB pada ODHA.
3. Menurunkan beban HIV pada pasien TB.
MODEL LAYANAN kolaborasi TB-HIV yang dapat
diterapkan, yaitu:

a. Model Layanan Paralel


Yaitu layanan TB dan layanan HIV yang berdiri sendiri-sendiri di
Fasyankes yang sama atau berbeda. Masing-masing layanan
melaksanakan kolaborasi melalui system rujukan yang
disepakati.

B. Model Layanan Terintegrasi


Yaitu layanan TB dan layanan HIV terpadu dalam satu unit di
satu Fasyankes.
ALUR PELAYANAN KOLABORASI TB-HIV RS
BETHESDA

SUSPEK TB DX TB PASIEN TB TX TB

HIV -
KLINIK
RISTI HIV
PITC
TX TB & ART
HIV +
MENURUNKAN BEBAN TB PADA ODHA
Skrining TB pada ODHA
Skrining TB harus dilakukan secara rutin pada semua klien dan ODHA yang datang di
layanan KT HIV dan PDP dengan menggunakan serangkaian pertanyaan sederhana
untuk mengidentifikasi secara dini pasien TB yaitu:
– batuk lebih dari 2 minggu
– demam
– kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas
– pembesaran kelenjar getah bening > 2 cm
– berkeringat malam tanpa aktifitas
MENURUNKAN BEBAN HIV PADA PASIEN TB

Menyediakan layanan KT HIV untuk pasien TB


Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui
status HIV-nya dan mereka akan
mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan umum.
Konseling dan tes HIV merupakan
pintu masuk yang penting bagi pasien TB untuk
mendapatkan pelayanan HIV.
Kriteria penilaian untuk menawarkan tes HIV pada pasien TB:
1) Faktor risiko HIV (pasien atau pasangan)

2) Penilaian klinis HIV

3) Penilaian klinis TB
– Kasus sulit (komplikasi) atau tidak adanya respons terhadap pengobatan,
– Pasien TB yang dirawat inap,
– Pasien TB ekstra paru,
– Bila hasil pemeriksaan dahak BTA negatif dan ada keraguan dalam penilaian faktor
risiko HIV maka menjadi alasan kuat untuk menawarkan KT HIV karena sebagian
besar kasus TB-HIV ditemukan dengan hasil pemeriksaan dahak BTA negatif.

Jika ditemukan salah satu kriteria tersebut di atas maka pasien TB tersebut ditawarkan
untuk tes HIV.
RS BETHESDA
155 PASIEN on ARV

TB JULI 9 PASIEN 2 REAKTIF


TB AGUSTUS 10 PASIEN 0 REAKTIF
PESAN !!!!
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai