Anda di halaman 1dari 62

PERPAJAKAN DAN PSAK TERKAIT

Presentation by Hendrik Sagita


AGENDA

• Pajak di dalam laporan keuangan


• Withholding tax
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Pajak Penghasilan – PSAK 46 (IAS 12)
• Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) Perpajakan
PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pajak Dalam Laporan Keuangan
1. ASET
Pajak Dibayar Dimuka
Piutang Restitusi Pajak
Aset pajak tangguhan
2. LIABILITAS
Hutang Pajak
Liabilitas pajak tangguhan
3. BEBAN PAJAK
Pajak Kini
Pajak Tangguhan
4. ARUS KAS
Pembayaran Pajak Penghasilan
WITHHOLDING TAX
Withholding Tax

Withholding System

Official Assessment

Self Assessment
Withholding Tax

Apa itu Withholding Tax?


•Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di
Indonesia.
•Pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk
melaksanakan kewajiban memotong atau memungut
pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas
Negara.
Jenis – Jenis Withholding Tax
Withholding Tax – PPh 4 (2)

PPh yang dikenakan atas penghasilan penghasilan tertentu yang diatur oleh
Peraturan Pemerintah.

Di antaranya penghasilan-penghasilan berikut:

•Jasa konstruksi; PP 140/2000 jo PP 51/2008 jo PP 40/2009


•Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; PP No 34/ Tahun 2016
•Penghasilan dari penjualan saham di bursa efek; PP 41/1994 jo PP 14/1997
•Sewa tanah dan/atau bangunan;
•Dividen yang diterima atau diperoleh orang pribadi;
•Hadiah undian; PP 132/2000
•Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya; PP 15/ 2009
•Bunga obligasi;
•Bunga deposito & tabungan serta Diskonto Sertifikat BI; PP 131/ 2000
•Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
Withholding Tax – Contoh Akuntansi Pajak PPh 4 (2)
Contoh Kasus: Jawaban
PT X mendapatkan penghasilan bunga deposito 1. PPh yang terutang adalah 20% x Rp
sebesar Rp 20 juta dari Bank Y. 20.000.000 = Rp 4.000.000
1. Berapa PPh yang terutang? 2. Pencatatannya :
2. Bagaimana pencatatannya? Bank 16,000,000
Tax Expense 4,000,000
Other Income 20,000,000

PT A membayar sewa tanah dan bangunan 1. PPh yang terutang adalah 10% x Rp
sebesar 50 juta. 50.000.000 = Rp 5.000.000
1. Berapa PPh yang terutang? 2. Pencatatannya :
2. Bagaimana pencatatannya? Rent Expense 50,000,000
ITA 4(2) 5,000,000
Bank 45,000,000
3. Ketika PPh Pasal 4(2) dibayar dan dilaporkan :
ITA 4(2) 5,000,000
Bank 5,000,000
Withholding Tax – PPh Pasal 22

PPh yang dipungut oleh Pemungut PPh Pasal 22 atas


transaksi-transaksi tertentu:

• Impor barang
• Penjualan hasil produksi tertentu di dalam negeri
• Pembelian barang tertentu di dalam negeri
• Penjualan barang sangat mewah
• Ekspor Barang-barang Tertentu
Withholding Tax – Pemungut PPh Pasal 22

• Bendaharawan Pemerintah : Pusat/Daerah, KPA, Instansi/lembaga


Pemerintah.
• Badan-badan tertentu: Bank Devisa/DJBC, BUMN anak
Perusahaanya, Badan usaha bidang tertentu, Produsen/importir BBM

PMK-107/PMK.10/2015 & PMK-16/PMK.010/2016


Withholding Tax – Objek PPh 22 Impor Barang

NILAI IMPOR = Harga Patokan Impor (CIF) + Bea

Masuk + Pungutan Pabean yang

lain.

Penghitungan Nilai Impor dilakukan dgn menggunakan

kurs Keputusan Menkeu, bukan kurs BI!


Withholding Tax – Tarif PPh 22 Impor Barang
Impor Tarif
a. Barang tertentu sebagaimana tercantum dalam 10% X Nilai Impor
Lampiran I PMK-107/2015

b. Barang tertentu lainnya sebagaimana tercantum dalam 7,5% X Nilai Impor


Lampiran II PMK-107/2015
c. Kedelai, Gandum, dan/atau Tepung Terigu, yang 0,5% X Nilai Impor
menggunakan Angka Pengenal Impor (API)

d. Selain barang sebagaimana huruf a, b dan c yang 2,5% X Nilai Impor


menggunakan API
e. Selain barang sebagaimana huruf a, b dan c yang tidak 7,5% X Nilai Impor
menggunakan API
f. Barang yang tidak dikuasai 7,5% X Harga Jual Lelang

(PMK-107/PMK.010/2015 &
PMK-16/PMK.010/2016)
Withholding Tax – Objek PPh 22 Pembelian Barang dalam Negeri

(PMK-107/PMK.010/2015 dan PMK-16/PMK.010/2016)


Withholding Tax – Tarif PPh 22 Pembelian Barang dalam Negeri

Baru (PMK-
107/2015)

Baru (PMK-
107/2015)
Withholding Tax – Objek PPh 22 Penjualan Barang

(PMK-107/PMK.010/2015 dan PMK-16/PMK.010/2016)


Withholding Tax – Tarif PPh 22 Penjualan Barang

(PMK-107/PMK.010/2015 dan PMK-16/PMK.010/2016)


Withholding Tax – Objek PPh 22 Penjualan Barang Sangat Mewah

PEMUNGUT OBJEK PPh PASAL 22

WP Badan Penjual barang


Penjualan barang sangat mewah
sangat mewah

1) Pesawat terbang atau helikopter pribadi;


2) Kapal pesiar dan sejenisnya;
3) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual/pengalihan > Rp5 Milyar
atau luas bangunan > 400m2;
4) Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual/pengalihannya
> Rp5 Milyar atau luas bangunan > 150m2;
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang < 10 orang berupa
sedan, jeep, sport utility vehicle (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus
dan sejenisnya dengan harga jual > Rp2 Milyar atau dengan kapasitas
silinder lebih dari 3.000 cc;
6) Kendaraan bermotor roda dua dan tiga dengan harga jual >Rp300 juta
atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.

(PMK-253/PMK.03/2008 yang telah diubah terakhir


dengan PMK-90/PMK.03/2015
Withholding Tax – Tarif PPh 22 Penjualan Barang Sangat Mewah

Penjualan barang 5 % X Harga Jual,


sangat mewah tdk termasuk PPN dan PPn BM

Yang tdk ber-NPWP dikenakan tarif yg lbh tinggi 100%


Withholding Tax – Sifat Pemotongan PPh 22

TIDAK FINAL FINAL

Angsuran pajak yang boleh Angsuran pajak yang


dikreditkan terhadap tidak boleh
PPh yang terutang untuk dikreditkan terhadap
tahun pajak yang PPh yang terutang untuk
bersangkutan, tahun pajak yang
bersangkutan.

Yang tdk ber-NPWP dikenakan tarif lebih tinggi 100%


Withholding Tax – Contoh Akuntansi Pajak PPh 22
Contoh Kasus: Jawaban
PT Wahana adalah distributor tunggal PT Wahana

semen Tiga Roda menjual semen senilai Saat terjadi transaksi:


Rp. 400.000.000 kepada PT Sarana Jaya Kas & Bank 401.000.000
PPh Pasal 22 Terutang 1.000.000
secara tunai. Penjualan 400.000.000

Saat penyetoran PPh 22:


Bagaimana ayat jurnal yang disusun oleh PPh Pasal 22 terutang 1.000.000
PT Wahana dan PT Sarana Jaya? Kas & Bank 1.000.000

PT Sarana

Saat membeli barang:


Pembelian 400.000.000
PPh Pasal 22 1.000.000
Kas & Bank 401.000.000

Saat pengkreditan pajak:


PPh terutang 1.000.000
PPh Pasal 22 1.000.000
Withholding Tax – PPh Pasal 23
mengatur mengenai pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak  atas
penghasilan yang diperoleh dari modal (dividen, bunga, royalti dll.), penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang dipotong dalam Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh yang dipotong atas:

ACTIVE INCOME: PASSIVE INCOME:


- Bunga;
- Imbalan pekerjaan; -- Royalti;
- Imbalan jasa; -- Sewa (selain sewa
- Imbalan kegiatan; - tanah/bangunan);
- Penghargaan atau -- Dividen, kecuali yang
 bonus. - diterima WP OP

WP DALAM NEGERI
WP BADAN DLM NEGERI
(BADAN MAUPUN ORANG PRIBADI)
Withholding Tax – Objek dan Tarif PPh 23

Objek Tarif

• Bunga 15% dari jumlah bruto


• Dividen, kecuali yang diterima WP OP
• Royalti
• Hadiah/penghargaan/bonus

• Sewa harta 2% dari jumlah bruto


• Imbalan jasa teknik, manajemen,
konstruksi, konsultasi, dan dan jasa
lain
Withholding Tax – Tambahan Jenis Jasa lain PPh 23

Sejak 24 Agustus 2015, sesuai Peraturan Menkeu No.


141/PMK.03/2015)
Withholding Tax – Tambahan Jenis Jasa lain PPh 23
Withholding Tax – Contoh Akuntansi Pajak PPh 23
Contoh Kasus: Jawaban

PT Nakoda
PT Naroda membayar bunga pinjaman
Saat pembayaran bunga:
kepada PT Nakula sebesar Rp. Biaya Bunga 200.000.000
200.000.000. PPh Pasal 23 terutang 30.000.000
Kas & Bank 170.000.000

Bagaimana ayat jurnal yang dibuat oleh Saat menyetor ke Kas Negara:
PPh Pasal 23 terutang 30.000.000
PT Naroda dan PT Nakula? Kas & Bank 30.000.000

PT Nakula

Saat menerima bunga:


Kas & Bank 170.000.000
PPh Pasal 23 30.000.000
Penghasilan Bunga 200.000.000

Saat pengkreditan:
PPh terutang 30.000.000
PPh Pasal 23 30.000.000
Withholding Tax – PPh Pasal 26

Adalah PPh yang di potong atas Penghasilan yang dibayarkan kepada


Wajib Pajak Luar Negeri

Tarif PPh Pasal 26:

sesuai Tax
20% atau Treaty)
Withholding Tax – Dasar Pengenaan PPh Pasal 26
I. Pemajakan dari Jumlah Bruto II. Pemajakan dari Jumlah Neto

PPh Pasal 26 = 20% X Penghasilan NETO


Withholding Tax – Dasar Pengenaan PPh Pasal 26
III. Pemajakan dari Jumlah Neto IV. Pemajakan dari Laba Setelah Pajak

B. Penjualan /pengalihan saham perusahaan antara


(perusahaan conduit company/special purpose
company) yang didirikan/berkedudukan di negara
tax heaven country yang mempunyai hubungan
istimewa dengan badan yang berkedudukan/
didirikan di Indonesia: 20% x 25% x Harga Jual

Keterangan:
Tarif di atas hanya berlaku jika P3B menentukan hak pemajakan
berada di Indonesia
Withholding Tax – PPh Pasal 25

• Angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
• Digunakan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun payak yang dilaporkan
dalam SPT tahunan
• Cara menghitung: PPh terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu
dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut serta PPh yang dibayar
atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan. Kemudian dibagi 12.

Jurnal Pencatatan saat penyetoran setiap bulan;

PPh Pasal 25 4.000.000


Kas & Bank 4.000.000

Saat diperhitungkan dengan PPh terutang:


PPh terutang 48.000.000
PPh Pasal 25 48.000.000
Withholding Tax – PPh Pasal 25
No   Description         Amount
   
1 Income as the basis of installment ITA25 calculation 114.054.672.000
   
  (+) Irregular Expense -
   
  Account No Account Name   Amount  
   
   
   
  (-) Irregular Income -
   
  Account No Account Name   Amount  
   
   
   
                 
  Total 114.054.672.000
   
2 Loss Compensation  
   
3 Taxable Income 114.054.672.000
   
4 Income Tax Due 28.513.668.000
   
5 Last year's tax credit 3.579.764.000
   
6 Income Tax should be paid 24.933.904.000
               
7   Installment of Income Tax Art. 25 per month year 2016     2.077.825.333
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
Objek Pajak Pertambahan Nilai

Note:
BKP = Barang Kena Pajak
JKP = Jasa Kena Pajak
Objek Pajak Pertambahan Nilai

PPN menganut UU PPN pada prinsipnya menganut prinsip negative list,


artinya semua barang pada prinsipnya merupakan Barang
negative list Kena Pajak (dikenai PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh
UU.

Kenali bukan BKP &


bukan JKP  Pasal 4A UU
PPN
Objek Pajak Pertambahan Nilai Lainnya
1. Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan (Pasal
16D)

PPN dikenakan atas penyerahan seluruh aktiva yang semula tidak untuk diperjualbelikan, kecuali :
 aktiva yang tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha;
 sedan; dan
 station wagon.

2. Kegiatan membangun sendiri (Pasal 16C)

Terutang pada saat mulai dilakukannya pembangunan bangunan di tempat bangunan didirikan.

Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap sebagai satu kesatuan
jika tenggang waktu antar tahapan tidak > 2 tahun.

PPN = 20% x Jumlah biaya yg dikeluarkan utk membangun, tdk termasuk harga perolehan.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai

PPN PPn BM
10% x Harga
Jual/Penggantian/Nilai Impor Minimal10%, Maksimal
0% khusus ekspor 200%

Kode dan No Seri Faktur Pajak


0 0 0.000–00.00000000
 Kode Faktur Pajak secara elektronik akan
terdiri
Kode Kode Faktur Pajak Nomor Seri Faktur Pajak
dari:
Transaksi
a. 2 (dua) digit Kode Transaksi; dan
b. 1 (satu) digit Kode Status.

Kode
 Nomor Seri Faktur Pajak: status
13 digit berikutnya, yang diterbitkan oleh Dirjen
Pajak.
Pajak Pertambahan Nilai – Contoh Akuntansi PPN
Contoh Kasus: Jawaban

PT A melakukan pembelian Inventory Inventory 100.000.000


dengan harga 100 juta rupiah. Prepaid VAT In 10.000.000
Bagaimana pencatatan nya? Bank 110.000.000

PT B melakukan penyerahan jasa Bank 216.000.000


konsultasi dengan harga 200 juta Rupiah Prepaid ITA 23 4.000.000
Bagaimana pencatatan nya? Income 200.000.000
VAT Out 20.000.000
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
(PSAK 46)
Perubahan PSAK 46 tahun 2014
Hal PSAK 46 2014 PSAK 2009
Aset dan liabilitas Mengatur aset dan liabilitas pajak Tidak diatur
pajak tangguhan tangguhan yang berasal dari aset yang
dari aset yang tidak disusutkan yang di ukur dengan
tidak disusutkan menggunakan model revaluasi

Pajak tangguhan Mengatur aset dan liabilitas pajak Tidak diatur


dari properti tangguhan yang berasal dari properti
investasi investasi yang diukur dengan
menggunakan model nilai wajar
Pajak final Tidak diatur Memberikan
pengaturan tentang
pajak final
Pengaturan hal Tidak diatur Memberikan
khusus pengaturan tentang
Surat Ketetapan Pajak
Perbedaan Pajak dan Akuntansi

PSAK Undang-Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer
BOOK TAX GAP/ DIFFERENCE

Tax Planning atau
Tax Avoidance Pajak Tangguhan:
 Aset / Liabilitas
 Beban/Pendapatan
Tujuan PSAK 46
• Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
• Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi
pajak :
- pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di
masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.
- transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini
yang diakui pada laporan keuangan entitas.
• Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang
berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun
berikut.
• Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP,
penambahan kesesuaian dengan peraturan perpajakan
untuk definisi aset pajak tangguhan
Definisi

• Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan


yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai
akibat adanya: Laba Pajak >
a) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; Laba Akuntansi
b) akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
c) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal
peraturan perpajakan mengizinkan.

• Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak


penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai
akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Laba Akuntansi
>
Laba pajak
Definisi

• Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah gabungan pajak kini


dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau
rugi pada satu periode  dipadankan dengan dengan laba akuntansi

• Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum
dikurangi beban pajak.

• Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba
(rugi) selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang
ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang
(dilunasi).

• Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan


perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.
Definisi

• Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi)


atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode.
Untuk entitas konsolidasi termasuk laba atas anak perusahaan
• Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset
atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya.
Perbedaan temporer dapat berupa:
- Perbedaan temporer kena pajak – liabilitas
Perbedaan temporer menimbulkan jumlah kena pajak dalam penentuan laba kena pajak
(rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau
diselesaikan.
- Perbedaan temporer dapat dikurangkan – aset
Perbedaan temporer menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba
kena pajak (rugi pajak) periode masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas
dipulihkan atau diselesaikan
Pengakuan Pajak Kini
• Jumlah pajak kini, yang belum dibayar harus diakui
sebagai liabilitas.

• Apabila jumlah pajak yang telah dibayar melebihi jumlah


pajak terutang, maka selisihnya, diakui sebagai aset.

• Manfaat dari rugi pajak yang dapat ditarik kembali untuk


memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya diakui
sebagai aset.
• Beban Pajak Kini
• Pajak dibayar dimuka = pajak kini < jumlah yang
dibayarkan (PPh 28)
• Utang pajak = pajak kini >jumlah yang
dibayarkan (PPh 29)
• Kompensasi kerugian yang dapat digunakan
untuk memulihkan pajak = aset
Pajak Kini

• Pajak kini = semua pajak terutang atas penghasilan


yang diakui perusahaan pada peride tersebut:
- Pajak yang dibayarkan sesuai dengan SPT  hanya
atas laba dari induk perusahaan
- Pajak atas penghasilan yang dikenakan pajak final
- Pajak atas anak perusahaan dan pajak atas dividen
dari inverstasi yang dicatat dengan metode ekuitas
- Pajak yang telah dibayarkan namun menurut
ketentuan pajak tidak boleh sebagai kredit pajak 
pajak LN tidak dapat dikreditkan
Pajak Tangguhan
• Pada saat entitas memiliki Laba sebelum pajak > Penghasilan kena
pajak  ada pengakuan pajak menurut akuntansi sehingga diakui
beban pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan.
• Pada saat entitas memiliki Laba sebelum pajak < Penghasilan kena
pajak  pajak yang dibayarkan lebih besar daripada laba menurut
akuntansi sehingga diakui aset pajak tangguhan dan manfaat pajak
tangguhan.
• Perusahaan memiliki kerugian  dapat dikompensasikan di masa
mendatang  manfaat tersebut diakui pada saat kerugian tersebut
terjadi  Aset pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan.
• Aset pajak tangguhan direview untuk memastikan bahwa manfaat di
masa mendatang akan diperoleh entitas
Pengakuan aset pajak tangguhan dan liabilitas tangguhan

• Perbedaan Temporer Kena Pajak - Liabilitas


- Kombinasi Bisnis
- Aset Tercatat pada Nilai Wajar
- Goodwill
- Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas

• Perbedaan Temporer dapat Dikurangkan - Aset


- Goodwill
- Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas

• Rugi Pajak Belum Dikompensasi dan Kredit Pajak Belum


Dimanfaatkan  Aset

• Investasi pada Entitas Anak, Cabang dan Entitas Asosiasi dan


Bagian Partisipasi dalam pengaturan Bersama
Perbedaan temporer kena pajak

• Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak


tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang
berasal dari:
- pengakuan awal goodwill; atau
- pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi
yang:
- bukan transaksi kombinasi bisnis; dan
- pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan
laba kena pajak (rugi pajak).
- Perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada
entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, dan pengaturan
bersama, maka liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai
dengan paragraf 40.
Penilaian kembali aset pajak tangguhan yang belum diakui

• Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset


pajak tangguhan.
• Entitas mengakui aset pajak tangguhan tidak diakui sebelumnya
apabila kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan
tersedia untuk dipulihkan.
• Sebagai contoh, perbaikan kondisi perekonomian meningkatkan
kemampuan entitas untuk menghasilkan laba kena pajak dalam
jumlah yang memadai pada periode masa depan sehingga aset pajak
tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria
pengakuan
Anak, Asosiasi, Pengaturan Bersama
• Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan pada anak, cabang, dan asosiasi,
serta pengaturan bersama, kecuali sepanjang kedua kondisi berikut telah
terpenuhi:
- entitas mampu mengendalikan waktu pemulihan perbedaan temporer; dan
- kemungkinkan besar perbedaan temporer akan terpulihkan di masa
depan.
• Entitas mengakui aset pajak tangguhan dari anak, cabang dan
entitas asosiasi, serta pengaturan bersama sepanjang dan hanya
sepanjang kemungkinan besar terjadi:
– perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang
dapat diperkirakan; dan
– laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai
sehingga perbedaan temporer dapat dimanfaatkan.
Pengukuran

• Liabilitas (aset) pajak kini diukur sebesar jumlah yang


diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas
perpajakan,  tarif pajak (peraturan pajak) pada periode
pelaporan.
• Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan
menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat
aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan
• Jika terjadi perubahan tarif di masa mendatang akan
mempengaruhi pengakuai aset atau liabilitas pajak
tangguhan.
Pos yang diakui dalam Laba Rugi

• Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai


penghasilan atau beban pada laporan laba rugi, kecuali
apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
- suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode
yang sama atau berbeda, di luar laporan laba rugi baik
dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara
langsung dalam ekuitas. Atau
- kombinasi bisnis
Pos yang diakui di Luar Laba Rugi

• Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan


laba rugi apabila pajak terkait pada pos-pos tersebut
pada periode yang sama atau berbeda, diakui di luar
laporan laba rugi. Oleh karena itu, pada periode yang
sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan
terkait dengan pos-pos yang diakui:
- dalam pendapatan komprehensif lain, harus diakui
pada pendapatan komprehensif lain.
- langsung ke ekuitas, harus diakui langsung pada
ekuitas.
Penyajian

• Saling hapus
- Entitas melakuan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini
jika dan hanya jika, entitas:
- Memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang
diakui; dan
- Berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan
aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
- Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan jika dan hanya jika:
- entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset pajak kini
terhadap liabilitas pajak kini; dan
- aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan
pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak atas entitas kena
pajak yang sama atau entitas kena pajak berbeda yang akan
merelaisasikan secara bersama
Beban Pajak Terkait dengan Laba Rugi dari Aktivitas Normal

• Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari


aktifitas normal disajikan tersendiri pada laporan laba rugi
komprehensif.
• Jika entitas menyajikan pendapatan komprehensif lain,
maka pajaknya dilaporkan terpisah dari laba rugi dari
aktivitas normal.
Pengungkapan
• Komponen utama beban (penghasilan) pajak diungkapkan secara terpisah :
- beban (penghasilan) pajak kini;
- Penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya;
- jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya;
- jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak
atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
- jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya,
kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak kini;
- jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban
pajak tangguhan;
- Dll.
Pengungkapan
• Hal-hal yang juga diungkapkan secara terpisah:

- Agregat pajak kini dan pajak tangguhan berkaitan dengan transaksi-transaksi yang langsung

dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas;

- jumlah pajak penghasilan berkaitan dengan setiap komponen pendapatan komprehensif lain

- penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dengan laba


- rekonsiliasi angka antara beban (penghasilan) pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak

yang berlaku
- rekonsiliasi angka antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yang berlaku, penjelasan
mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan tarif pajak yang berlaku pada
periode akuntansi sebelumnya;
- jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, rugi
pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan yang tidak diakui sebagai aset
pajak tangguhan pada laporan keuangan;
- jumlah agregat perbedaan temporer yang dihubungkan dengan investasi pada entitas anak,
cabang dan perusahaan asosiasi dan bagian partisipasi dalam pengaturan bersama atas liabilitas
pajak tangguhan yang belum diakui (lihat paragraf 40);
- dll
Cara menghitung aset dan liabilitas pajak tangguhan
1. Income statement approach (sudah jarang digunakan)
Positive:
Mudah

Negative
- Beda temporer dan permanen tercampur
- Income statement didesain untuk periode yang berakhir saat ini, sementara pajak
tangguhan didesain untuk periode yang lebih lama.

2. Balance sheet approach (masih digunakan)


Positive:
- Beda temporer dan permanen tidak tercampur
- Balance sheet didesain untuk periode yang berlangsung sudah terjadi, sedang terjadi
dan akan terjadi. Pajak tangguhan lebih relevan dihitung dengan BS approach

Negative
- Sulit
- Cost benefit
Cara menghitung aset dan liabilitas pajak tangguhan
Balance Sheet Approach

Akuntansi Pajak DTA / (DTL)


Dr (Cr) Dr (Cr) Dr (Cr)
A P (P-A)*Tax
Rate
Aset 100 20 (20)
(20-100)*25%
Aset 20 100 20
(100-20)*25%
Liabilitas dan (100) - 25
Ekuitas (0-100)*25%
Liabilitas dan - (100) (25)
Ekuitas (100-0)*25%
Net Loss Carry (100) - 25
forward (0-100)*25%
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN (KKP)
PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai