Anda di halaman 1dari 60

HSDK 610

ASPEK HUKUM dalam


PEMBANGUNAN
(2 SKS)

Oleh : Eliatun, ST., MT.

1
ASPEK HUKUM dalam
PEMBANGUNAN
 Hukum Kontrak Konstruksi
 Hukum & Perundang-undangan Jasa Konstruksi di
Indonesia
 Jasa Konstruksi
 Aspek Hukum Kontrak Konstruksi di Indonesia
 Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Kontrak Konstruksi
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
 Pemutusan Kontrak Konstruksi
 Proses Tender
 Claim

2
ASPEK HUKUM dalam
PEMBANGUNAN
SILABUS
 Malangjoedo, Soekarsono, “ AV-41”,
Badan Penerbit PU, Jakarta
 “Condition of Contract (FIDIC)”, 3-
rd edition
 Ir. H. Nazarkhan Yasin. “Mengenal
Kontrak Konstruksi di Indonesia”,
PT. Gramedia pustaka Utama,
Jakarta

3
MODUL 4
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
di INDONESIA

4
ASPEK-ASPEK yg
TERKANDUNG dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Suatu kontrak konstruksi atau dokumen
kontrak mengandung aspek-aspek seperti:
 Aspek Teknis
 Aspek Hukum
 Aspek Administrasi
 Aspek Keuangan/Perbankan
 Aspek Perpajakan
 Aspek Sosial Ekonomi

5
ASPEK-ASPEK yg
TERKANDUNG dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Seluruh aspek ini harus dicermati karena
semuanya saling mempengaruhi dan ikut
menentukan baik buruknya suatu
pelaksanaan kontrak, atau dengan kata lain
sukses tidaknya suatu pekerjaan/proyek
sangat tergantung dari penanganan aspek-
aspek ini

6
ASPEK TEKNIS

7
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
ASPEK TEKNIS:
 Aspek ini merupakan aspek yang paling dominan
dalam suatu kontrak konstruksi. Aspek inilah yang
menjadi pusat perhatian para pelaku industri jasa
konstruksi, seolah-olah apabila aspek ini berhasil
dilaksanakan proyek tsersebut dianggap
berhasil/sukses. Padahal aspek-aspek lain
seharusnya juga diperhatikan dan dikelola dengan
baik agar seluruh isi kontrak dapat dijalankan dan
dipatuhi sebagaimana mestinya oleh para pihak
yang menandatangani kontrak tersebut.

8
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI

Umumnya aspek teknis yang tercakup dalam


dokumen kontrak adalah sbb.:
- Syarat-syarat Umum Kontrak
- Lampiran-lampiran
- Syarat-syarat Khusus Kontrak
- Spesifikasi
- Gambar-gambar Kontrak

9
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Aspek teknis seringkali berimplikasi dgn aspek lainnya.
Contohnya ad. munculnya aspek hukum krn kurang
hati-hati atau kurang cermat dlm menguraikan salah
satu aspek teknis tertentu.

Beberapa aspek teknis berikut membuktikan hal


tersebut:
1. Lingkup Pekerjaan (Scope of Works)
Uraian pekerj. hrs dibuat sejelas mungkin serta
didukung dgn gambar2 & spesifikasi teknis. Namun
bisa saja ada yg terlupakan, misalnya batas pekerj.
tsb. dgn pekerj. yg berdampingan, yg dikerjakan o/
penyedia jasa lain.
10
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Contoh:
Penyedia Jasa A mengerjakan pekerjaan a,
b, c, d
Penyedia Jasa B mengerjakan pekerjaan e, f,
g, h
Ada pekerjaan jalan lingkungan yang harus
dikerjakan lebih dulu agar Penyedia Jasa B
dapat memulai pekerjaan e.
Kewajiban siapa membuat Jalan Lingkungan
tsb??
11
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
2. Waktu Pelaksanaan (Construction Period)

Seharusnya jumlah harinya disebutkan dengan


jelas, misalnya 450 hari.
Hari yang dimaksud jelas sebagaimana tsb. dalam
definisi.
Tetapi ada yang mungkin terlupakan. Empat ratus
lima puluh (450) hari tsb. Dimulai sejak kapan?
Sejak penandatanganan kontrak/tanggal kontrak
atau tanggal terbitnya Surat Perintah Kerja (SPK)
atau tanggal penyerahan lahan atau tanggal
Jaminan Pelaksanaan atau tanggal diterimanya
Uang Muka. 12
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Apabila hal ini terjadi, sudah tentu akan muncul
sengketa di kemudian hari. Sengketa tsb. Antara
lain adalah dalam menghitung keterlambatan
penyelesaian pekerjaan.

Yang paling baik adalah ditetapkan bahwa tanggal


mulai kerja yaitu tanggal paling akhir dari kejadian
tersebut di atas (tanggal penandatangan
kontrak/tanggal kontrak, tanggal terbit SPK,
tanggal penyerahan lahan, tanggal Uang Muka
diterima)
13
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
3. Metode Pelaksanaan (Construction Method)

Walaupun metode pelaksanaan sudah ditetapkan


sebelumnya dan sudah disetujui pengguna jasa,
metode pelaksanaan dalam implementasinya
sangat dipengaruhi antara lain oleh waktu
mulainya pelaksanaan, penyerahan lahan, jalan
masuk ke lapangan yang dapat mengakibatkan
metode kerja tsb. tidak dapat dijalankan
sebagaimana mestinya.

14
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Perubahan jalan masuk ke lapangan dapat
mengakibatkan mobilisasi bahan dan peralatan
terganggu.
Demikian pula halnya bila lahan terlambat
diserahkan atau diserahkan bertahap, misalnya
menunggu pembebasan tanah.

15
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Setiap kontrak selalu dilengkapi dengan Jadwal


Pelaksanaan yang diperlukan sebagai alat untuk
memantau dan mengendalikan pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan biasanya sudah disiapkan
sebelum kontrak ditandatangani dan disetujui
penguna jasa bersama-sama dengan persetujuan
mengenai metode kerja.

16
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Perubahan jalan masuk ke lapangan dapat
mengakibatkan mobilisasi bahan dan peralatan
terganggu.
Demikian pula halnya bila lahan terlambat
diserahkan atau diserahkan bertahap, misalnya
menunggu pembebasan tanah.

Pekerjaan yang menggunakan Jadwal


Pelaksanaan sederhana (barchart) hanya dapat
dipantau kapan pekerjaan dimulai dan kapan
harus selesai. Apabila pekerjaan tsb. terlambat
dimulai atau tidak selesai, dampaknya terhadap
seluruh penyelesaian pekerjaan tidak segera
dapat diketahui.
17
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Namun, dengan jadwal yang memiliki kurva S
prestasi yang dicapai dalam kurun waktu tertentu,
apakah sesuai rencana, terlambat, atau lebih cepat
dapat dipantau.

18
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
5. Cara/Metode Pengukuran (Method of Measurement)

Sebagai contoh:
Walaupun penampang bentuk pondasi adalah
persegi atau bentuk T terbalik, biasanya pengguna
jasa sepakat saja apabila volume galian tanah untuk
pondasi tsb. dihitung berdasarkan penampang
berbantuk trapesium terbalik yang mengakibatkan
volume galian tanah untuk pekerjaan pondasi akan
lebih besar daripada volume tanah apabila mengikuti
bentuk pondasi yang sesunguhnya.
19
ASPEK-ASPEK TEKNIS
dalam KONTRAK
KONSTRUKSI
Hal ini sangat berbeda dengan metode
pengukuran yang menggunakan standar
tertentu, misalnya British Standard (BS). Dalam
standar ini ditetapkan bahwa galian pondasi tidak
diukur sesuai volume galian yang dikerjakan
tetapi diukur sesuai volume pondasi tsb.

20
ASPEK HUKUM

21
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Aspek Hukum yang sering menimbulkan dampak hukum
yang cukup luas atau serius, yaitu:

1. Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of


Work)

Pasal mengenai hal ini sering kali lupa dicantumkan


dalam kontrak, padahal kemungkinan terjadinya
hal ini cukup besar terutama untuk kontrak-kontrak
besar dan menggunakan teknologi canggih dan padat
peralatan.

22
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Apabila terjadi baik penyedia jasa dan pengguna
jasa akan dihadapkan kepada ketidakpastian
secara hukum, antara lain:
- Bagaimana mengatur ganti rugi akibat
pekerjaan terhenti sementara?
- Berapa lama penghentian dapat diijinkan?

Oleh karena itu, penghentian sementara ini harus


dicantumkan dalam kontrak dan diatur tata cara
pelaksanaannya, alasan-alasan serta akibatnya.

23
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

Satu hal yang perlu diingat bahwa penghentian


sementara tidak sama dengan pengakhiran
perjanjian/pemutusan kontrak walaupun
keadaan di lapangan yang terjadi sama, yaitu
seluruh kegiatan pekerjaan terhenti.

24
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

2. Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak

Apa yang terjadi disini adalah pelaksanaan


pekerjaan dihentikan (bukan ditangguhkan
sementara) oleh salah satu pihak secara sepihak
dengan membatalkan kontrak.

Tentu saja hal ini dilakukan karena alasan-alasan


yang ditentukan dalam kontrak.

25
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

Oleh karena itu, hak-hak para pihak (penyedia


jasa dan pengguna jasa) untuk memutuskan
kontrak harus jelas disebutkan. Konsekuensi
hukum yang timbul, termasuk hak dan kewajiban
para pihak beserta tata cara pemberitahuan
mengenai pemutusan kontrak, juga harus diatur
dengan jelas.

26
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
3. Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages)

Dulu dalam setiap kontrak ada pasal yang


mengatur sanksi berupa denda yang harus
dibayar penyedia jasa karena keterlambatan
penyelesaian pekerjaan.

Di dunia Barat pasal ini dikenal dengan istilah


Penalty Clause dan kita sering menyebutnya
sebagai Denda Keterlambatan

27
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Terlepas dari kenyataan apakah keterlambatan
tersebut menimbulkan kerugian kepada
pengguna jasa, denda tetap dikenakan.

Belakangan ini para pelaku jasa konstruksi di


dunia Barat mulai berpikir bahwa hal ini kurang
adil, dan mengubah istilah denda ini dengan ganti
rugi atas keterlambatan.

Jadi karena keterlambatan tersebut menimbulkan


kerugian, maka pihak yang dirugikan
mendapatkan ganti rugi.
28
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Masalah ini menjadi kritis dan dapat menjadi benih
perselisihan/sengketa. Terutama serhubungan
dengan penghitungan jumlah hari keterlambatan
yang disebabkan antara lain oleh perbedaan
penafsiran saat mulai kerja yang tidak tegas dan
pasti.

Masalah ini menjadi sangat serius pada waktu ganti


rugi mencapai maksimum. Misalnya, ditetapkan ganti
rugi atas keterlambatan per hari 1 o/oo dan ganti rugi
maksimum 5%.

29
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Artinya keterlambatan maksimum adalah 50 hari.

Bagaimana bila setelah 50 hari pekerjaan belum


juga selesai? Apakah Penyedia Jasa diizinkan
terus bekerja? Jika ya, maka pekerjaan
diteruskan tanpa dikenakan ganti rugi. Hal ini
seharusnya diatur dengan tegas dan jelas dalam
suatu pasal agar tidak menimbulkan masalah
hukum yang serius.

30
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
4. Penyelesaian Perselisihan (Settlement of
Dispute)

Walaupun pembuatan kontrak umumnya


didasari oleh itikad baik dari para pihak,
pasal mengenai hal ini harus diatur sebaik
mungkin untuk mengantisipasi
kemungkinan timbulnya
perselisihan/sengketa mengenai kontrak
dikemudian hari.

31
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Sebagai contoh, walaupun perselisihan yang
terjadi pertama-tama disepakati untuk
diselesaikan melalui jalan musyawarah untuk
mufakat, tetapi yang sering terjadi adalah tidak
diterapkannya batas waktu musyawarah
sehingga musyawarah terus berlangsung tanpa
batas waktu. Sekalipun dikatakan bahwa jika
musyawarah tidak menghasilkan mufakat maka
perselisihan dapat diselesaikan melalui Lembaga
Arbitrase/Pengadilan, masalahnya adalah kapan
perselisihan tersebut dapat diserahkan ke
Arbitrase/Pengadilan karena musyawarah terus
terjadi tanpa batas waktu.
32
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
5. Keadaan Memaksa (Force Majeure)

Yang dimaksud dengan keadaan memaksa


adalah keadaan yang terjadi di luar
kehendak/kemampuan Penyedia Jasa maupun
Pengguna Jasa.

Semua ketentuan mengenai hal ini harus jelas


disebutkan termasuk tata cara pemberitahuan,
penanggulangan atas kerusakan, dan tindak lanjut
setelah kejadian tersebut. Yang penting diketahui
adalah bahwa keadaan memaksa ini erat
kaitannya dengan masalah asuransi.
33
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
sebagai contoh, perusahaan asuransi tidak
begitu saja dapat menerima banjir atau tanah
longsor sebagai keadaan memaksa, karena belum
tentu kedua kejadian tersebut memang benar-
benar tindakan Tuhan tetapi karena ulah manusia
(seperti jalan tol ke Bandara Soekarno-Hatta
yang banjir akibat penataan ruang di sekitarnya
keliru atau tidak memenuhi syarat). Dalam
sistem FIDIC disebut dengan istilah Special Risk

34
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
6. Hukum yang Berlaku (Governing Law)

Yang dimaksud di sini adalah hukum yang berlaku


bagi kontrak tersebut. Hukum itu harus
dicantumkan dalam kontrak untuk mengantisipasi
apabila terjadi perselisihan/sengketa

PP No.29/2000 psl.23 ayat 6 dengan tegas


mengatakan bahwa kontrak kerja harus tunduk
pada hukum yang berlaku di Indonesia. Ini berarti
walaupun salah satu pihak dalam kontrak adalah
orang/perusahaan asing, kontrak konstruksi tetap
harus tunduk pada hukum Indonesia
35
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
dalam kontrak konstruksi dimana para pihaknya
berasal dari 2 negara mungkinsaja mereka
sepakat menetapkan bahwa hukum yang berlaku
adalah hukum negara ketiga.

Sebagai contoh, kontrak antara perusahaan AS


dan perusahaan Filipina memilih hukum yang
berlaku adalah Hukum Singapura dengan alasan
penyelesaian sengketa akan diselesaikan oleh
Lembaga Arbitrase Singapura

36
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
7. Bahasa Kontrak (Contract Language)

Kontrak konstruksi di Indonesia pada umumnya


dibuat dalam bahasa Indonesia terutama kontrak-
kontrak dengan Pemerintah yang menggunakan
dana dari Pemerintah murni (APBN). Namun
proyek-proyek Pemerintah yang menggunakan
dana pinjaman luar negari (loan) kontrak-
kontraknya biasanya dibuat dalam bahasa Inggris

37
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Sering kali kontrak konstruksi dibuat dalam 2
bahasa; Inggris dan Indonesia tanpa menyatakan
versi bahasa mana yang berlaku, jika terjadi
permasalahan perbedaan penafsiran karena
umumnya kita kurang menguasai bahasa Inggris,
penyelesaiannya akan sulit dicari karena secara
hukum keduanya benar. Seharusnya dinyatakan
bahwa walaupun kontrak dibuat dalam 2 bahasa,
yang berlaku hanya 1 bahasa. Hal ini biasa
disebut dengan istilah “The Ruling Language”
atau “The language of the contract is English and
Indonesian. In the event there is a discrepancy
or the ambiguity, the English version will prevail”
38
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Dalam PP No.29/2000 Psl.23 ayat 5 menegaskan
bahwa bahasa kontrak hanya ada satu, yaitu
bahasa Indonesia, walaupun dibuat dalam lebih
dari satu bahasa

8. Domisili

Kesepakatan mengenai domisili (tempat


kedudukan) para pihak dalam suatu kontrak
ditentukan hanya dengan maksud apabila terjadi
perselisihan/sengketa, permasalahannya akan
diselesaikan oleh pengadilan.

39
ASPEK HUKUM dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Apabila disepakati dalam kontrak bahwa pilihan
penyelesaian sengketa adalah arbitrase maka
penetapan domisili tidak diperlukan.

Banyak kontrak yang walaupun telah memilih


arbitrase sebagai pilihan penyelesaian sengketa
masih tetap mencantumkan domisili. Ini adalah
suatu kekeliruan yang justru menimbulkan
sengketa. Jika benar-benar terjadi sengketa,
sulit menyelesaikannya karena pada saat salah
satu pihak mengajukan perselisihan ke arbitrase,
pihak lain menyatakan keberatan dan minta
perselisihan diselesaikan melalui pengadilan
40
ASPEK
ADMINISTRASI
41
ASPEK ADMINISTRASI dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
 Aspek Administrasi meliputi :
 Keterangan menganai para pihak;

Dalam UU No.18/1999 psl.22 ayat 2(a) & PP


No.29 psl.23 ayat 1, mensyaratkan
pencantuman akta badan usaha atau usaha
perseorangan, nama wakil/kuasa badan usaha
ini sesuai kewenangan pd akta badan usaha
atau sertifikat keahlian kerja, sertifikat
keterampilan kerja bagi usaha perseorangan &
tempat kedudukan & alamat badan usaha atau
usaha perseorangan
42
ASPEK ADMINISTRASI dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
 Laporan kemajuan pekerjaan;
Didalamnya diatur mengenai tata cara beserta
format yg baku & periode pelaporan. Hal ini
perlu u. memantau kemajuan pekerjaan
dibandingkan dgn rencana/jadwal pelaksanaan

 Korespondensi;
Berfungsi u. tertib administrasi mengenai
informasi an. Para pihak agar semuanya dapat
didokumentasikan & dapat diakui
keabsahannya
43
ASPEK ADMINISTRASI dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

 Hubungan kerja an. Para pihak;


Yg dimaksud disini ad. Penetapan nama/badan
yg mewakili Pengguna Jasa di lapangan.
Dalam hal ini, diatur jg hal yg sebaliknya
sehubungan dgn Penyedia Jasa

44
ASPEK KEUANGAN

45
ASPEK
KEUANGAN/PERBANKAN
dalam KONTRAK KONSTRUKSI
 Aspek-aspek Keuangan/Perbankan yang penting
dalam suatu kontrak konstruksi antara lain :
 Nilai Kontrak (Contract Amount)/Harga
Borongan

 Cara Pembayaran (Method of payment)

 Jaminan-jaminan (Guarantee/Bonds); Jaminan


Penawaran (Bid Bond), Jaminan Uang Muka
(Advance Payment Bond), Jaminan Pelaksanaan
(Performance Bond), Jaminan Pembayaran
(Paymeny Bond), Jaminan Pemeliharaan
(Maintenance Bond)
46
ASPEK
KEUANGAN/PERBANKAN
dalam KONTRAK KONSTRUKSI
1. BANK GARANSI & STANDBY LETTER OF
CREDIT

Garansi Bank atau Standby L/C merupakan


perjanjian buntut (accessoir) yg apabila ditinjau
dari segi hukum merupakan perjanjian
penangungan (borgtocht)

Khusus untuk Standby L/C, selain tunduk


kepada peraturan Bank Indonesia, juga tunduk
kepada Uniform Customs and Practices for
Documentary Credit
47
ASPEK
KEUANGAN/PERBANKAN
dalam KONTRAK KONSTRUKSI
Kendala Bank dalam pemberian Garansi
Bank :

 Pemberian garansi bank terkena


ketentuan Batas Minimum Pemberian
Kredit (lebih dikenal dengan nama Legal
Lending Limit atau LLL)

 Garansi bank juga terkena ketentuan


tentang Kewajiban pemenuhan Modal
Minimum (dikenal dengan istilah Capital
Adequency Ratio atau CAR)
48
ASPEK
KEUANGAN/PERBANKAN
dalam KONTRAK KONSTRUKSI
2. SURETY BOND
Merupakan sejenis jaminan yg diberikan o/
perusahaan asuransi tanpa Legal Lending Limit
maupun Capital Adequancy Ratio.

Maksud dilahirkannya Surety Bond (Keppres 14


A/1980),an.;
 Memperluas jaminan yg dpt digunakan o/

para Penyedia Jasa dlm pengerjaan


pemborongan &/atau pembelian.
49
ASPEK
KEUANGAN/PERBANKAN
dalam KONTRAK KONSTRUKSI
 Menciptakan pasar jaminan yg kompetitif,
sehingga tdk dimonopoli hanya o/ Bank
Pemerintah saja.

Prinsip2 Surety Bond :


 Kontrak an. Tiga pihak, dimana kontrak an.
Penyedia Jasa dgn Pengguna Jasa menjadi
dasarnya
 Jangka waktu Surety Bond pd prinsipnya
menjamin sepanjang jangka waktu
kontrak yg telah dibuat an. Principal
(Penyedia Jasa) dgn Obligee (Pengguna
Jasa)
50
ASPEK PAJAK

51
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
PAJAK-PAJAK yg TERKAIT dengan JASA
KONSTRUKSI

1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Secara teori, PPN sebagai salah satu jenis pajak
tdk langsung merupakan pajak atas konsumsi
dlm negeri yg dipungut pd setiap tingkat
penyerahan dlm jalur produksi, distribusi,
pemasaran & manajemen dgn menggunakan
metode kredit pajak

52
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

Dasar pengenaan pajaknya ad. Nilai


Penggantian, yaitu nialai berupa uang,
termasuk semua biaya yg diminta atau
seharusnya diminta o/ penyedia jasa
kpd pengguna jasa.

Besarnya tarif PPN ad. 10 %

53
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

2. Pajak Penghasilan (PPh)

Secara teori, PPh adalah Pajak atas


penghasilan yang merupakan jenis
pajak langsung yang dipungut o/
pemerintah.

54
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

Mekanisme Pengenaan PPh at. Penghasilan


Jasa Konstruksi;

1. Penyedia Jasa yg memenuhi kualifikasi sbg usaha


kecil & memp. Nilai pengadaan s/d
Rp. 1.000.000.000 (1 milyar rupiah) :
• Dikenakan pemotongan pajak yg bersifat final
o/Pengguna Jasa.

55
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI

• Dengan tarif pajak;


• 2% dr jumlah bruto yg diterima Wajib Pajak
penyedia jasa pelaksanaan jasa konstruksi
• 4% dr jumlah bruto yg diterima Wajib Pajak
penyedia jasa perencanaan konstruksi
• 4% dr jumlah bruto yg diterima Wajib pajak
penyedia jasa pengawasan konstruksi

56
ASPEK PERPAJAKAN dalam
KONTRAK KONSTRUKSI
Mekanisme Pengenaan PPh at. Penghasilan
Jasa Konstruksi;
2. Penyedia jasa yg tdk memenuhi kualifikasi sbg
usaha kecil;
• Dikenakan pemotongan pajak
• Tarif pajak;
• 4% x jumlah bruto imbalan jasa
perencanaan & pengawasan konstruksi
• 2% x jumlah bruto imbalan jasa
pelaksanaan konstruksi
57
ASPEK SOSIAL
EKONOMI
58
ASPEK SOSKO dalam KONTRAK
KONSTRUKSI

Diantaranya ;
 Keharusan menggunakan tenaga

kerja tertentu
 Keharusan menggunakan bahan2

bangunan/material serta peralatan


yg diperlukan di dalam negeri
 Dampak lingkungan

59
TERIMA KASIH

60

Anda mungkin juga menyukai