Anda di halaman 1dari 39

Diskusi tutorial

neurologi anak

Ade Afriza Ferani

Pembimbing
dr. Annisa Muhyi, Sp.A, M. Biomed
Kasus : Bayi perempuan berusia 12 bulan dibawa oleh orang tua yang terlihat
cemas dengan keluhan kejang, didahului oleh panas 7 hari. Setelah kejang anak
terlihat selalu mengantuk.
Riwayat kejang sebelumnya (-)

Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang : pasien kejang sebanyak 1 dengan durasi 15 menit SMRS.
Pasien kaku seluruh badan, mata ke atas, dan dalam keadaan tidak sadar. Didahului
dengan demam selama 7 hari. Suhu saat kejang 38,5 derajat celcius. Setelah kejang
pasien tetap tidur. Riwayat badan lemah, batuk, muntah, dan diare disangkal. Demam
terus bertambah tinggi, demam turun setelah minum obat namun meninggi lagi. Riwayat
bepergian keluar kota disangkal
Anamnesis

Riwayat penyakit terdahulu dan alergi : Tidak ada


Riwayat obat-obatan : Tidak ada
Riwayat kehamilan : Persalinan normal spontan langsung nangis. BB=2500g, rutin
minum vitamin
Riwayat imunisasi : Scar BCG (+), DPT 2x, campak (-)
Riwayat nutrisi : ASI dan MPASI (+), saat sakit tidak mau makan
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Pasien dapat duduk tegak, berdiri
dibantu, belum bisa jalan
Riwayat Keluarga :
 ayah= didiagnosis epilepsi saat usia 7 tahun;
 ibu= pernah kejang disertai demam saat usai 3 tahun;
 Nenek= menderita TB milier sedang dalam pengobatan intensif selama 2 minggu
Riwayat psikososial: Dirawat oleh nenek
Pemeriksaan fisik

 Kesadaran GCS : 13
 TV : Nadi= 150x/menit; RR=48x/menit; Tem= 39oC; 02= 98% NK
 Pemeriksaan head to toe :
Kepala : ubun-ubun menonjol, konjungtiva anemis (+)
Leher : pembesaran KGB kanan dan kiri (+)
Thoraks : ICS gambang
Abdomen dan extremitas : dalam batas normal
Pem. Neurologis : Meningeal sign = (+)
Reflek fisiologis = meningkat
Klonus = (+)
antropometri pasien Pjg
Bdn -3SD - -
Berat badan (kg)
MEDIA +1S +2SD +3SD
(cm) 2SD 1SD N D
Umu Panjang badan (cm)
r -3SD - - MEDIA +1S +2SD +3SD
(bln) 2SD 1SD N D 54,0 3,3 3,6 3,9 4,3 4,7 5,2 5,7
54,5 3,4 3,7 4,0 4,4 4,8 5,3 5,9
10 64,1 66,5 69,0 71,5 73,9 76,4 78,9
55,0 3,5 3,8 4,2 4,5 5,0 5,5 6,1
11 65,2 67,7 70,3 72,8 75,3 77,8 80,3
55,5 3,6 3,9 4,3 4,7 5,1 5,7 6,3
12 66,3 68,9 71,4 74,0 76,6 79,2 81,7
13 67,3 70,0 72,6 75,2 77,8 80,5 83,1
Berat badan = 6kg
Umu Berat badan (kg) Panjang badan = 55 cm
r -3SD - - MEDIA +1S +2SD +3SD Lingkar kepala = 49cm
(bln) 2SD 1SD N D
Interpretasi :
10 5,9 6,7 7,5 8,5 9,6 10,9 12,4 PB/U = >-3SD= severely stunted
11 6,1 6,9 7,7 8,7 9,9 11,2 12,8 BB/U = >-3SD= severely underweight
PB/BB= >+2SD - +3SD=Gizi lebih
12 6,3 7,0 7,9 8,9 10,1 11,5 13,1
Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak [Dokumen].; 2020 [cited 2020 Juli 23. Available
13 6,4 7,2 8,1 9,2 10,4 11,8 13,5 from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf.
Length for age = -3SD= severely
stunted
Weight for age = -3SD= severely
underweight
Weight for length = >+2 SD s/d +3
SD = overweight
Head for age = +3SD =
macrochephaly

1. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. Geneva, WHO, 2008
2. EBMcalc. [EBM calculator system]. Cited 2020 july 23. Available from : https://www.merckmanuals.com/medical-calculators/WHOInfantHeadCircForAge.htm
Rencana pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah lengkap
 CT-Scan Kepala

Diagnosis sementara : Tuberkulosis Meningitis


Diagnosis banding : Epilepsi, kejang demam
Meningitis
 Definisi : inflamasi pada selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medula
spinalis, serta cairan serebrospinal (CSF) yang dapat disebabkan oleh bakteri atau
virus.

1.Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo DL, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: Mc Graw Hill; 2015.
2. Baehr M, Frotscher M. Duus' Topical DIagnosis in Neurology : Anatomy, Physiology, Signs, Symptoms. 4th ed. New York: Thieme Stuttgart; 2005.
Etiopatogenesis
 Meningitis bakterial = streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, M. Tuberkulosis
 Meningitis virus = enterovirus, arbovirus, herpes simpleks
 Meningitis jamur = spesies candida, histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans
 Meningitis parasit= toxoplasma gondii, malaria

1. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed.
Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016.
2. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
Meningitis tuberkulosis

 Definisi : penyakit infeksi pada meningen yang disebabkan micobacterium tuberculosis dengan
penyebaran secara hematogen.
 Faktor risiko :
 Imunitas rendah = HIV (+); Penggunaan kortikosteroid jangka panjang atau imunosupresan.
 Bayi dan anak usia di bawah 2 tahun = sistem imunitas masih imatur
 Malnutrisi
 Pertusis
 Imunisasi BCG (-)
 Perluasan TB primer

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Patofisiologi

Tanpa pembentukkan
Invasi CSF Gejala meningitis
granul tuberkuloid
Infeksi menyebar
lewat limfo-
hematogen
Pembentukkan granul Exsudat di ruang Blok aliran CSF=
Jaringan parut
tuberkuloid subaraknoid hidrosefalus

Inflamasi pleksus
Peningkatan produksi
koroid dan sel
CSF= hidrosefalus
ependimal

Faried A, Putra SP, Suradji EW, Trianto , Akbar RR, Nugraheni NK, et al. Characteristics and outcomes of pediatric tuberculous meningitis patients with complicated by
hydrochephalus with or without tuberculoma at Regional Public Hospital Teluk Bintuni, West Papua, Indonesia. Interdisciplinary Neurosurgery Journal. 2020; 19: p. 100609
Manifestasi klinis
 Gejala umum : demam lama, sakit kepala, kejang, kesadaran menurun. Gejala timbul
lambat dalam beberapa minggu dan dapat dibgi mnejadi 3 stadium
 Stadium 1= berlangsung 1-2minggu, demam, sakit kepla, mengantuk, dan malaise,
tidak ada gangguan neurologis, GCS 15
 Stadium 2= gejala timbul tiba-tiba, penurunan kesadaran, kejang, kaku kuduk,
muntah hipertoni, gangguan saraf otak, Brudzinski dan Kernig (+), serta gejala
neurologis lainnya, GCS = 11-14
 Stadium 3= GCS = ≤10, hemiplegi atau paraplegi, hipertensi, deserebrasi
 Komplikasi : Hidrosefalus= komunikans atau non komunikans

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk
Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan presentasi klinis dan pemeriksaan
analisis CSF

Riwayat dan gejala tipikal mencakupGejala


: fisik mencakup :
 Paparan dengan individu terinfeksi Nyeri pada leher dan kernig
TB sign
 Kurangnya minat bermain atau  Paresis nervus kranial
perubahan perilaku  Perubahan tingkat kesadaran
 Iritabilitas, kebingungan,
somnolen, penurunan kesadaran
 Kejang
 Penurunan berat badan

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Pengecatan BTA
Pemeriksaan CSF
• Metode Ehrlich-Ziehl Neelsen (EZN)
dari CSF dan isolasi bakteri dari kultur
Gambaran CSF MTB
CSF
 CSS jernih atau xantokorm • Sensiticitas rendah (20-40%)
 Peningkatan protein CSF= 100-500mg/dL
 Pleositosis dengan predominan limfosit= 30- Kultur TB
300/mm3 • Sensitivitas 40-80%
 Glukosa CSF rendah, ≤ 45mg/dL • Penentuan sensitivitas terhadap OAT
 Pengecatan gram CSF (-) dan Pengecatan BTA
jarang (+)

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Uji tuberkulin

 Pemeriksaan ini menunjukkan 


hipersensitivitas terhadap protein basilus
TB, sebagai hasil dari infeksi  M.
Tuberculosis atau induksi oleh vaksinasi
BCG.
 Positif palsu = ko-infeksi HIV atau
vaksinasi BCG
 hasil uji tuberkulin positif berarti
kemungkinan terinfeksi M. tuberculosis
namun tidak dapat memastikan penyakit
TB aktif.

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
CT Scan kepala
• Eksudat hiperdens pada CT-Scan tanpa kontras
Radiologi • Enhancement basal mengieal
• Infark bilateral basal ganglia
MRI
Foto thorax • Basal enhancement dan granuloma
 Mencari TB intra dan ekstrapulmoner • Tuberkel miliar pada leptomeningeal
• Identifikasi opthochiasmic arachnoiditis
 Komplikasi penyakit TB

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Kriteria klinis dan radiologis untuk diagnosis
Meningitis tuberkulosis
 Thwaites score : membedakan
meningitis akibat TB atau bakterial
Parameter:
 Indeks diagnostik (ID) ≤ 4=
Meningitis TB
 IDE >4 = Meningtis bakterial

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Skor Marais modifikasi

Mahalini DS. Update Diagnosis Meningitis Tuberkulosis Pada Anak. In PKB Ilmu Kesehatan Anak XVIII FK Unud; 2017; Bali. p. 1-15.
Diagnosis banding
Meningitis bakterialis
Meningitis virus:
Etiologi : Gejala :
0-2 bln Group B streptococcus, E.Coli • Onset akut, demam, nyeri kepala,
2 bln – 5 tahun : S. pneumoniae, fotofobia, leher kaku, mual muntah,
N.meningitidis, H. Influenzae keluhan rangsang meningeal dapat
Diatas 5 tahun : S. pneumoniae, tidak muncul, gangguan respirasi,
N.meningitidis gejala menyerupai meningitis
Gejala: bakterialis
Nyeri kepala, demam, gangguan kesadaran
(penurunan atau iritabilitas), letargi, malas
minum,malaise, muntah, high ptiched cry,
ubun-ubun besar, tanda rangsang
meningeal (+), kejang, peningkatan TIK

1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia Jakarta: Ikatan DOkter Anak Indoneis; 2009
2. Cantu RM, M Das J. Viral Meningitis. [Updated 2020 Jan 15]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL)
StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545217
Perbedaan hasil analisis CSF meningitis

Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor


NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics.
20th ed. Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016.
tatalaksana

Meningitis TB
OAT :R,H,Z,E/S (2bln) dilanjutkan R &H (10bln) setiap hari
 Isoniazid 10-20mg/kgbb/hr, dose max 300mg/hari
Hidrosefalus :
 Rifampisin 10-20mg/kgbb/hari, dose max 600mg/hari
• Asetazolamid 30-50mg/kg/hari
 Pirazinamid 15-40mg/kgbb/hari, dose max 2000 mg dibagi dalam 3 dosis
 Etambutol 15-20mg/kgbb/hari, dose max 1000mg/hari atau • VP shunt= hidrosefalus non
komunikans
 Streptomisin IM 20-30mg/kg/hari, dose max 1g/hari
 Prednison1-2mg/kg/hari 6-8mgg
 TIK↑= deksametason 0,3-0,5mg/kg/hari

Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia Jakarta: Ikatan DOkter Anak Indoneis; 2009.
Tatalaksana meningitis bakterialis Tatalaksana meningitis virus
• Acyclovir IV : 10mg/kg tiap 8 jam selama 14-21 hari
• Simptomatik : nyeri kepala dan demam : parasetamol : 10-
15mg/kgbb/kali tiap 4-6jam

1. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia:
Elsevier, Inc; 2016.
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia Jakarta: Ikatan DOkter Anak Indoneis; 2009.
Kejang demam
 Definisi :
bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38oC, dengan metode pengukuran
suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat atau
ketidakseimbangan metabolik, dan tanpa riwayat kejang (afebrile seizures)
sebelumnya.

1. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.
2. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics.
20th ed. Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016
Etiophatogenesis

 febrile seizures result from a vulnerability of the Classification of febrile seizure :


developing central nervous system (CNS) to the 1. Simple Febrile seizure
effects of fever, in combination with an underlying - generalized tonic-clonic, lasting
genetic predisposition and environmental factors for a max 15 min, not recurrent
 Risk factor : within 24hr
2. Complex febrile seizure
 Genetic - More prolonged (>15min), focal
 Infection and/or reoccurs within 24hr
3. Febrile status epilepticus
 Postvaccination
- lasting longer than 30min
 Children born prematurely
 Prenatal exposure to nicotine and/or alcohol

1. Leung AK, Hon KL, Leung TN. Febrile seizures: an overview. Drugs Context. 2018;7:212536. Published 2018 Jul 16.
2. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016
Diagnosis-komplikasi
Tanda dan gejala
a. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri
b. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi disusunan saraf pusat seperti
otitis media dan bronkitis
c. Bangkitan tonik-klonik
d. Takikardi
Komplikasi
e. Kerusakan neurotransmitter
f. Epilepsi
g. Kelainan anatomi di otak
h. Kecacatan/kelainan neurologis karena disertai demam

Waskitho, Punguh A. (2013). Asuhan keperawatan hipertermi. Jakarta: Selemba Medika


Pemeriksaan penunjang

 Dikerjakan unutk evaluasi sumber infeksi penyebab demam


 Pemeriksaan darah : elektrolit, darah lengkap, gula darah
 Pungsi lumbal : indikasi = rangsang meningeal (+), kecurigaan infeksi SSP, pemberian
antibiotik yang dapat mengaburkn tanda dan gejala meningitis
 Elektroensefalografi (EEG): indikasi= dilakukan bila ada kejang fokal
 Pencitran : Indikasi= adanya kelainan neurologis fokal menetap (hemiparesis atau paresis
nervus kranialis)

Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016
Penatalaksanaan
 Antipiretik :
 Parasetamol 10-15mg/kg/kali tiap 4-6jam
 Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali 3-4kali sehari
 Antikonvulsan
 intermiten: diberikan selama 48 jm pertama demam
Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali peroral atau
rektal 0,5mg/kg/kali (5mg untuk <12kg dan 10mg ≥12kg)
Dose max 7,5 mg/kali
 Rumatan : indikasi= kejang fokal, kejang ≥15 menit, ada kelainan neurologis
sebelum atau sesudah kejang
As. valproat 15-50 mg/kg/hari dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari
dalam 1-2 dosis
Lama [pengobatan 1 tahun
Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016
edukasi

1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.


2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif,
tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016
Prognosis

Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016
Epilepsi

 Definisi :
Kejang epileptik adalah kejadian klinis yang ditandai aktivitas sinkronisasi
sekumpulan neuron otak yang abnormal, berlebihan, dan bersifat transien.
Epilepsi didefinisikan sebagai serangan kejang paroksismal berulang tanpa provokasi
dengan interval lebih dari 24 jam tanpa penyebab yang jelas.

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 Tahun 2017 Pedoman Nasional Pelayanan Kedoktern Tatalaksana Epilepsi Pada Anak [Dokumen].; 2017 [cited 2020 Juli 23.
Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-367-2017_ttg_Pedoman_Pelayanan_Kedokteran_
Tata_Laksana_Epilepsi_Anak_.pdf
etiologi
 Kelainan genetik : sindrom Rett, sindrom fragile X, trisomi parsial 13q22-qter
 Kelainan struktural/metabolik :
1. Kelainan neurokutan
2. Palsi serebral
3. Hilangnya neuron : gliosis,sklerosis hipokampus
4. Malformasi serebral
5. Tumor otak
6. Trauma kepala
7. Infeksi
8. Kelainan metabolik bawaan

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 Tahun 2017 Pedoman Nasional Pelayanan Kedoktern Tatalaksana Epilepsi Pada Anak [Dokumen].; 2017 [cited 2020 Juli 23.
Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-367-2017_ttg_Pedoman_Pelayanan_Kedokteran_
Tata_Laksana_Epilepsi_Anak_.pdf
Klasifikasi epilepsi berdasarkantipe bangkitan

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 Tahun 2017 Pedoman Nasional Pelayanan
Kedoktern Tatalaksana Epilepsi Pada Anak [Dokumen].; 2017 [cited 2020 Juli 23. Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-367-2017_ttg_Pedoman_Pelayanan_Kedokteran_Tata_Laksana_Epilepsi_Anak_.pdf
Patogenesis

 The exact mechanism of seizure onset is unknown. There could be either a deficit of
neuronal inhibition or an excess of excitatory stimuli.
 the onset of seizures depends on a deficit in the neuronal inhibition, in particular γ-
Aminobutyric acid (GABA) deficit. alternatively it depends on the alteration of the GABA
function which determines a prolonged and high intensity stimulation.
 Other studies, in experimental animal models, demonstrated that N-methyl-D-aspartate
(NMDA) and alpha-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazole-propionic acid, both glutamate
receptors, the most important excitatory receptor of CNS, are involved in seizure
physiopathology [

Minardi, Carmelo & Minacapelli, Roberta & Valastro, Pietro & Vasile, Francesco & Pitino, Sofia & Pavone, Piero & Astuto, Marinella & Murabito, Paolo. (2019). Epilepsy in
Children: From Diagnosis to Treatment with Focus on Emergency. Journal of Clinical Medicine. 8. 39. 10.3390/jcm8010039.
Tanda dan gejala

Minardi, Carmelo & Minacapelli, Roberta & Valastro, Pietro & Vasile, Francesco & Pitino, Sofia & Pavone, Piero & Astuto, Marinella & Murabito, Paolo. (2019). Epilepsy in
Children: From Diagnosis to Treatment with Focus on Emergency. Journal of Clinical Medicine. 8. 39. 10.3390/jcm8010039.
Diagnosis

 Epilepsi ditegkkan dalam 3 kondisi


1. Terdapat 2 kejadian kejang tanpa provokasi yang terpisah lebih dari 24 jam
2. Terdapat 1 kejadian kejang tanpa provokasi, namun resiko kejang selanjutnya sama dengan
resiko rekurensi umum setelah 2 kejang tanpa provokasi dalam 10 thn mendatang
3. Sindrom epilepsi (berdasarkan pemeriksaan EEG)
 Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan darah lengkap, EEG, CT-Scan

1. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross JH, et al. ILAE Official Report: A Practical Clinical Definition of Epilepsy. Epilepsia. 2014;55(4): 475-82
2. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor NF, Behrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier, Inc; 2016
Penatalaksanaan

 Non medikamentosa
- Edukasi mengenai :
1. Informasi umum tentang epilepsi
2. Gaya hidup yang harus diperhatikan
3. Cara konsumsi/penggunaan obat antiepilepsi
4. Aspek psikososial
 Diet Ketogenik
 Tindakan bedah
 Stimulasi nervus vagus
Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 Tahun 2017 Pedoman Nasional Pelayanan Kedoktern Tatalaksana Epilepsi Pada Anak [Dokumen].; 2017 [cited 2020 Juli 23.
Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-367-2017_ttg_Pedoman_Pelayanan_Kedokteran_
Tata_Laksana_Epilepsi_Anak_.pdf
Medikamentosa

Dihentikan bila bebas kejang


selama 2-3 tahun

Gunawan SG. Farmakologi dan Terapi Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutiik Fakultas Kedokteran - universitas Indonesia; 2008.
TERIMA KASIH BANYAK

Anda mungkin juga menyukai