Anda di halaman 1dari 14

INTRA UTERINE

FETAL DEATH
(IUFD)

NAMA : HARDIANTI
NIM : P0714211171009
KELAS II A
Pengertian
1 Menurut World Health Organization
(WHO) dan The American College of
Obstetricians and Gynecologists yang
disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.


IUFD terjadi tanpa sebab yang jelas, yang mengakibatkan
kehamilan tidak sempurna (uncomplicated pregnancy).
Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor
kelainan tali pusat (termasuk plasenta) (Winkjosastro,
2005).

2
Tanda dan Gejala
o Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga


tinggi fundus uteri menurun.
o Bunyi jantung janin tak terdengar dengan feteskop dan
dipastikan dengan doppler.
o Keluahn ibu : menghilangnya gerakan janin.
o Berat bdan ibu menurun.

3
Contoh Kasus
G1P0A0, 28 TAHUN, GRAVID 28 MINGGU, BELUM INPARTU DENGAN
INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD) DI RSUD Haji

Identitas ibu/suami
○ Nama : Ny “R”/Tn”E”
○ Umur : 28 tahun/ 35
tahun
○ Nikah/lamanya : 1x/± 2 tahun
○ Suku : Bugis / Makassar
○ Agama : Islam / Islam
○ Pendidikan : SMA/SMA
○ Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
○ Alamat : Jl. Rusa

4
A. Data Subjektif
Tanggal anamnesa 12-08-2019, pukul 09.00 WITA

Ibu mengatakan kehamilan pertama dengan HPHT : 28-11-2018 , TP: 4-09-


2019. Ibu mengatakan perut terasa kencang sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Ibu mengatakan tidak pernah merasa perutnya kencang seperti
ini sebelumnya. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, telah keluar air-air
dan lendir. Lendir berwarna bening, lengket, dan tidak ada darah. Pasien
merasa tidak ada gerakan bayi sejak satu minggu terakhir. Pasien merasa
perutnya tidak bertambah besar.

5
B. Data Objektif
○ KU : keadaan tampak sakit sedang
○ Kesadaran : compos mentis
○ Tekanan darah : 120/70 mmHg
○ Nadi : 80x/menit
○ Pernapasan : 20x/menit
○ Suhu Tubuh : 36.70 C
○ Wajah : Tidak oedema
○ Mata : conjungtiva merah muda, sklera putih
○ Leher            : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
dan bendungan vena jugularis
○ Payudara : mammae tampak simetris, membesar dan
areola hiperpigmentasi

6
Abdomen : tinggi fundus uteri (TFU) 13 cm,
Leopold I : Setinggi pusat
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 12-06-2019, Jam 10.00 WITA
Hb : 12,5 g/dL
Albumin : Negatif
Reduksi : Negatif
HbSAG : Negatif
GO :O
7
USG

Kesan : tampak gambaran janin tunggal mati 28


Minggu

8
Assesment

Diagnosis G1P0A0, 28 tahun, gravid 28 minggu,


janin tunggal mati, presentasi memanjang, letak
kepala, belum inpartu dengan Intrauterine Fetal
Death (IUFD).

9
Penatalaksanaan Lorem ipsum

Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu


observasi tanda-tanda vital/jam, observasi
tanda-tanda inpartu, rencana terminasi
kehamilan, merangsang kontaksi uterus dengan
uterotonika, dan pemberian antibiotik untuk
mecegah infeksi.

10
○ Apabila diagnosis kematian janin telah ditegakkan maka dilakukan:
○ 1. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
○ 2. Pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO, Rhesus,
○ dan gula darah.
○ 3. Menjelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan
yang akan dilakukan kepada
○ pasien dan keluaraganya. Bila belum ada kepastian penyebab kematian, hindari
memberikan informasi yang tidak tepat.
○ 4. Memberikan dukungan mental dan emosional kepada pasien. Sebaiknya pasien
didampingi oleh orang terdekatnya dan yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
○ 5. Membicarakan rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun
ekspektatif pada keluarga pasien sebelum pengambilan keputusan.

11
○ 6. Bila pilihan ekspektatif: tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan
bahwa 90% persalinan spontan terjadi tanpa komplikasi.
○ 7. Bila pilihan manajemen aktif: induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Seksio sesarea dipilih jika bayi letak lintang.
○ 8. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat dan melakukan ritual
keagamaan pada janin yang meninggal.

○ Pada kematian janin usia kehamilan 24-28 minggu dapat digunakan misoprostol
pervaginam sebanyak 50-100 µg tiap 4-6 jam dan induksi oksitosin. Sedangkan pada
kehamilan di atas 28 minggu dosis misoprostol diberikan sebanyak 25 µg pervaginam
setiap 6 jam. Setelah bayi lahir dapat dilakukan ritual keagamaan merawat bayi dan
dapat dilakukan otopsi atau pemeriksaan patologi plasenta yang akan membantu
mengungkap penyebab kematian janin dalam rahim.

12
Thanks!
13

Anda mungkin juga menyukai