Anda di halaman 1dari 18

K3 dan Hukum

Ketenagakerjaan
“Pengantar K3”

S Y I FA S A L S A B I L A A L F I A N I
19644050
I I - B / S 1 T E R A PA N
Main Map
Pengantar K3

Penyebab Terjadinya
Sejarah K3 Bahaya Paparan
Kecelakaan
K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) adalah
suatu upaya yang bertujuan
untuk meningkatkan dan
memelihara derajat
kesehatan fisik,mental dan
sosial yang setinggi
tingginya untuk pekerja di
semua jenis pekerjaan.
(World Health Organization)
Sejarah K3
• Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Sejarah K3 di Indonesia
Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Zaman Pra-Sejarah
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia yang hidup pada zaman ini telah
mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka saat
digunakan. Desain kapak dan tombak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar
proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak
tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup
besar. Desain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat
mengayunkan kapak tersebut.
• Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak membahayakan bagi
orang yang membawanya. Dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-
2500 BC. Pada tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batu bata yang
dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan “Hammurabi”
yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi pekerja.
Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan kesehatan
yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan
sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Alexander Yang Agung sudah dilakukan pelayanan kesehatan bagi
angkatan perang.
• Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan
sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di
lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang mengandung
vapour harus menggunakan masker.
Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini Phillipus Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja
terutama yang dialami oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De
Re Metallica bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan
menerapkan prinsip ventilasi.
• Abad ke-18
Pada masa ini seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664-1714) dari Universitas Modena di Italia,
menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering
dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu
jarang yang melihat hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia
mendiagnosa seseorang yaitu “ What is Your occupation ?”. Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang
menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan
adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).
Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah : 1. Penggantian tenaga hewan
dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi; 2. Penggunaan mesin-
mesin yang menggantikan tenaga manusia; 3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku
(khususnya bidang industri kimia dan logam); 4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar
berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru; 5. Perkembangan teknologi ini
menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan
sisa pembakaran.
• Era Industrialisasi (Modern Industrialization)
Sejak era revolusi industri di atas samapai dengan pertengahan abad 20 maka penggunaan teknologi
semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat
pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.
Sejarah Perkembangan K3 di Dunia
• Era Manajemen dan Manajemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Perkembangan
ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab kecelakaan bahwa umumnya
(85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe
condition). Pada era ini berkembang sistem automasi pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya
melakukan perbaikan terhadap faktor manusia. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss
Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan
bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada
akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan sistem manajemen K3 yang berorientasi pada
koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety,
health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga menuntut adanya kualitas yang
terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar
internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
Sejarah K3 di Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda, beberapa rakyat Indonesia berstatus sebagai budak. Mereka
dilindungi oleh Regerings Reglement (RR) tahun 1818 pada pasal 115 memerintahkan supaya diadakan
peraturan-peraturan mengenai perlakuan terhadap keluarga budak. Beberapa peraturan terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja pada zaman penjajahan Belanda antara lain adalah:
• Maatregelen ter Beperking van de Kindearrbied en de Nachtarbeid van de Vroewen, yaitu peraturan
tentang pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan dengan
ordonantie No.647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 maret 1926.
• Bepalingen Betreffende de Arbeit van Kinderen en Jeugdige Persoonen ann Boord van Scepen, yaitu
peraturan tentang pekerjaan anak dan pemuda di kapal. Mulai berlaku 1 mei 1926
• Mijn Politie Reglement, Stb No.341 tahun 1931 (peraturan tentang pengawasan tambang)
• Voorschriften omtrent de dienst en rushtijden van bestuur der an motorrijtuigen (tentang waktu kerja
dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan bermotor)
Setelah kemerdekaan, regulasi-regulasi tersebut tidak berlaku lagi mengingat diberlakukannya
Undang undang Dasar 1945. Maka beberapa peraturan termasuk peraturan keselamatan kerja yang
pada saat itu berlaku yaitu veiligheids reglement telah dicabut dan diganti dengan Undang-undang
Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.
Perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi
mengingat setelah Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970,tidak ada
lagi breakthrough dalam catatan dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indonesia kecuali diisi oleh
beberapa peraturan. Salah satu peraturan yang penting adalah Undang-undangn Nomor 13 Tahun
2013 tentang Ketenagakerjaan.
Penyebab/Faktor Terjadinya Kecelakaan
Faktor Manusia

1. Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, dan
tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang- Undang
tanggal 6 Januari 1951 No.1 Pasal 1.

2. Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara sosial antara pria dan
wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda
pula.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara
sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
Penyebab/Faktor Terjadinya Kecelakaan
Faktor Lingkungan
1. Penerangan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda di tempat kerja.
Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal
ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
2. Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang
paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku
dan kurangnya koordinasi otot.
3. Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi
kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi,
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan.
Penyebab/Faktor Terjadinya Kecelakaan
Faktor Peralatan

1. Kondisi Mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain itu, beban kerja
faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti. Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera
diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
2. Letak Mesin
Semakin jauh letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih
kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.
Bahaya Paparan
• Bahaya Kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan (inhalation), Kulit (skin absorption), Tertelan
(ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.
1. Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi
kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
2. Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan
reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak
napas, peradangan dan oedema (bengkak).
Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut, minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Bahaya Paparan
• Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang
berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat
alam yang terdegradasi.
1. Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins,
aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh.
Contoh : Byssinosis, “grain fever”, Legionnaire’s disease.
2. Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal dari
protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Pada orang yang
sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
Bahaya Paparan
• Bahaya Fisik

  Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap
tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
1. Pencahayaan
Efek pencahayaan yang buruk yaitu mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya
kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan.
2. Kebisingan
Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada
akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)
pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli
permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . 
Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai