Anda di halaman 1dari 22

Manajemen Shari’ah

MATERI Ke-8:

AKAD DAN PRODUK KEUANGAN SYARIAH

Pola sewa dan lainnya


Akad Pola Sewa
2

Ijarah
Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah
3

 Ijarah (sewa, jasa atau imbalan) adalah akad yang dilakukan atas dasar suatu
manfaat dengan imbalan jasa. Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis
akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian
 Terdapat 2 jenis ijarah yang dikenal dalam hukum Islam:
 Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan. Pihak yang mempekerjakan
disebut musta’jir sedang pihak pekerja disebut ajir sedangkan upah adalah
ujrah
 Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset/properti, yaitu memindahkan
hak untuk memakai aset/properti tertentu kepada orang lain dengan
imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing dengan pihak
penyewa (lesse) disebut musta’jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut
mu’jir/muajir dan biaya sewa disebut ujrah
 Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan
syariah, sementara bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau
pembiayaan syariah
Cont’d,…
4

 Dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan ijarah sebagai


pembiayaan:
 Beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum syariah terpenuhi:

1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan harus
tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak
2) Kepemilikan aset tetap pada pihak yang menyewakan yang
bertanggungjawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus
dapat memberikan manfaat kepada penyewa
3) Akad ijarah dihentikan pada saat aset tersebut berhenti memberi
manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode
kontrak, akad ijarah masih terus berlaku
4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang telah
ditentukan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Harga aset
ditentukan pada saat kontrak berakhir
Cont’d,…
5

 Dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan ijarah sebagai


pembiayaan:
 Sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan
dengan alasan:
1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset. Aset
hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktif.
Selain itu, harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada
saat aset tersebut masih produktif
2) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti sampai kapan aset
tersebut dapat terus disewakan selama masa produktifnya. Pada
saat sewa pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung
mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui,
harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi produktivitas
aset telah menurun
Ijarah vs Leasing
6

No Ijarah Leasing
1 Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang
2 Metode 1) Tergantung pada kinerja
Pembayaran objek sewa Tidak tergantung pada
2) Tidak tergantung pada kinerja objek sewa
kinerja objek sewa
3 Alih
Tidak semuanya jelas:
Kepemilikan
Jelas: Operating lease—tidak ada
Ijarah — tidak ada Financial lease—ada opsi
IMBT — ada untuk membeli pada akhir
periode

4 Sewa Beli Tidak boleh karena ada unsur


Boleh
gharar antara sewa dan beli
5 Sale and
Boleh Boleh
Lease Back
Skema Pembiayaan Ijarah
7

1. Akad Ijarah

2. Pesan Objek Sewa


Lessor Lesse
(MU’JIR) (MUSTA’JIR)
5. Bayar sewa

3. Beli Objek Sewa


Supplier
4. Pengiriman
Objek Sewa
Kepemilikan Objek Sewa
Ijarah Muntahiya Bittamlik
8

 Ijarah Muntahiya Bittamlik (IBMT) adalah transaksi sewa dengan


perjanjian untuk menjual/menghibahkan objek sewa di akhir periode
sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa
 Berbagai bentuk alih kepemilikan IMBT antara lain:
 Hibah diakhir periode sewa

 Harga yang berlaku di akhir periode sewa—lesse membeli objek


sewa pada masa akhir periode penyewaan pada harga yang berlaku
 Harga ekuivalen dalam periode sewa—lesse membeli objek sewa
sebelum masa penyewaan berakhir pada harga ekuivalen
 Bertahap selama periode sewa—kepemilikan atas objek sewa
dialihkan secara bertahap dengan pembayaran cicilan selama
periode sewa
Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
9
Akad Pola Lainnya
10

Wakalah(mewakili urusan orng


lain(nasabah))
Kafalah(menjamin)
Hawalah(pengalihan utang piutang)
Rahn(gadai)
Sharf(tukar valas)
Wakalah
11

 Wakalah (deputyship) atau biasa disebut perwakilan, adalah


pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada pihak
lain (wakil) dalam hal-hal yang diwakilkan
 Wakil dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah
 Bentuk-bentuk akad wakalah, antara lain:
 Wakalah Muthlaqah: perwakilan yang tidak terikat syarat
tertentu
 Wakalh Muqayyadah: perwakilan yang terikat dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan dan disepakati bersama
 Syarat-syarat dari akad wakalah, yaitu:
 Objek akad harus jelas dan dapat diwakilkan

 Tidak bertentangan dengan syariat Islam


Skema Wakalah

12

contoh:
Transfer
kliring
inkaso
Letter of credit
payment
Dana Pensiun
Nomor 35/DSN-MUI/IX/2002
Kafalah
13

 Kafalah (guaranty) adalah jaminan, beban atau tanggungan


yang diberikan penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung
(makful)
 Kafalah secara singkat berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang kepada orang lain dengan imbalan
 Syarat-syarat dari akad Kafalah, yaitu:
 Objek akad harus jelas dan dapat dijaminkan

 Tidak bertentangan dengan syariat Islam

 Kafalah dapat dilakukan dengan dua cara, kafalah dengan harta


dan kafalah dengan jiwa
Cont’d,…
14

 Jenis kafalah:
 Kafalah Bit Taslim: jaminan pengembalian barang yang
disewa
 Kafalah Al-Munjazah: jaminan mutlak tanpa batas waktu

 Kafalah Al-Mualaqah: jaminan yang dibatasi jangka waktu


tertentu
 Contoh produk yang menggunakan akad kafalah:
 Bank garansi
Skema Kafalah
15

1. Akad Kafalah

Jasa/Objek
Bank (Tertanggung) Nasabah
(Penanggung) (Ditanggung)
(KAAFIL) (MAKFUL)

MAKFUL’ALAIH
Skema Kafalah—Bank Garansi
16
Hawalah
17

 Hawalah (transfer service) adalah pengalihan utang (piutang) dari


orang yang berhutang (berpiutang) kepada orang lain yang wajib
menanggungnya (menerimanya)
 Rukun dari akad hawalah, yaitu:
 Pelaku—orang yang berhutang (muhal), orang yang mempunyai
piutang (muhil) dan pihak yang mengambilalih hutang/piutang
(muhal’alaih)
 Objek akad—hutang (muhal bih)

 Sighah—ijab dan kabul

 Syarat-syarat dari akad hawalah, yaitu:


 Persetujuan dari pihak-pihak terkait

 Kedudukan dan kewajiban setiap pihak

 Contoh penggunaan akad hawalah adalah anjak piutang


Skema Hawalah
18
Rahn
19

 Rahn (mortgage) adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada


pihak lain (bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya,
penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi
amanah
 Rukun dari akad rahn, yaitu:
 Pelaku—yang menyerahkan barang (rahin) dan penerima barang
(murtahin)
 Objek akad—barang jaminan (marhun) dan pembiayaan (marhun bih)

 Sighah—ijab dan kabul

 Syarat-syarat dari akad rahn, yaitu:


 Pemeliharaan dan penyimpanan jaminan

 Penjualan jaminan

 Contoh penggunaan akad rahn adalah gadai


Skema Rahn
20
Sharf
21

 Sharf adalah jual beli suatu valuta dengan valuta lain


 Rukun dari akad sharf, yaitu:
 Pelaku—penjual (ba’l) dan pembeli (musytari)
 Objek akad—sharf (valuta) dan nilai tukar (si’rus sharf)

 Sighah—ijab dan kabul

 Syarat-syarat dari akad sharf, yaitu:


 Apabila valuta sejenis maka harus ditukar dengan jumlah yang
sama dan apabila tidak sejenis maka pertukaran dilakukan sesuai
dengan nilai tukar
 Waktu penyerahan segera (spot)

 Contoh penggunaan akad sharf adalah money changer


 Nomor 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang (al-
Sharf)
Skema Sharf
22

3. valuta

Penjual Pembeli
1. Akad Sharf
(LKS) (Ba’l) (Musytari)

2. Nilai tukar
(Si’rus Sharf)

Anda mungkin juga menyukai