Anda di halaman 1dari 17

Modul Endodontik

Kelompok 4
1. Kiky Kurnianti
2. Akisdea Faranadia G.R
3. Nanda Pratamastuti
4. Indah Lestari
5. Dita Eka Nugraheni
6. Qathratun Nada
7. Ika Nanda Familiya
8. Hestien Meilinda Putri
9. Angga Nugraha
10. Nazula Nur Azizah
11. Vinanga Dentia Putri
Skenario 2
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan gusi
sebelah kanan bawah bengkak dan sakit. Anamnesis gigi tersebut mulai
sakit sejak 1 minggu yang lalu, sudah minum obat tetapi masih terasa
sakit. Gigi tersebut pernah dilakukan perawatan ke dokter gigi 1 tahun lalu.
Pemeriksaan klinis gigi 46 terdapat tumpatan kelas II mesiooklusal dan
terdapat pembengkakan (seperti pada gambar). Pemeriksaan sondasi (-),
perkusi dn palpasi (+), vitalitas (-), serta mobilitas derjat 2 pada bagian
mesial. Pemeriksaan radiograf seperti pada gambar!
Gambar
SUBJECTIVE
Pasien mengeluhkan gusi sebelah kanan bawah bengkak dan sakit. Sakit
sejak 1 minggu yang lalu, sudah minum obat tetapi masih terasa sakit. Gigi
tersebut pernah dilakukan perawatan ke dokter gigi 1 tahun lalu.

OBJECTIVE
Intraoral :
sondasi (-)
perkusi (+)
palpasi (+)
vitalitas (-)
mobilitas derajat 2 bagian mesial
terdapat tumpatan kelas II (mesio-oklusal)
ASSESMENT :
Diagnosis : Previously Treated with Acute
Periodontal Abscess
DDX : Previously Treated with Acute
Periapical Abscess
Etiologi : bakteri dari saluran akar (endo-perio
lesion: primary endodontic) karena perforasi
furkasi.
Prognosis : dubia et mala (excessive alveolar
bone loss)
Planning :
1. KIE
2. Medikasi dengan
antibiotik (amoxycilin 250mg 7-10 hari/tertrasiklin HCL 250mg 7-14 hari)
analgesik (ibuprofen 400mg)
3. Simple hygiene phase treatment (scaling, root planning, kuretase)
4. Splinting
5. Retreatment RCT
6. Tumpat permanen
Tahapan Retreatment PSA
Kunjungan 1:

1. Isolasi gigi menggunakan rubberdam


2. Membuka/menghilangkan restorasi yang ada
3. Pengambilan gutta-percha
1. Menggunakan rotary gates gliden drill dibantu
dengan cairan chloroform serta irigasi dengan
NaOCl 2,5%
4. Pengukuran panjang kerja
a. Menentukan titik referensi
b. Mengukur PK estimasi = panjang gigi radiograf - 2 mm (1mm apikal
konstriksi, 1mm distorsi radiograf)
c. Masukkan file terbesar yang bisa masuk sampai apical (minimal file
nomor.20)
d. Konfirmasi dengan apex locator dan cek tanda klinik: sensasi tactile, respon
pasien, hemorage
e. Rontgent gigi beserta file didalamnya
f. Bila jarak antara apical dan ujung file >1mm, dilakukan penambahan atau
pengurangan pK sehingga jarak menjadi 1mm
g. Bila jarak apical dan ujung file >3mm dilakukan pengukuran ulang.
5. Preparasi biomekanis dengan tehnik stepback,
preparasi 1/3 apikal diirigasi menggunakan
EDTA, preparasi 1/3 tengah sampai koronal
diirigasi menggunakan EDTA dan NAOCL
2,5%, irigasi terakhir menggunakan CHx 2%.
6. Intracanal medikamen menggunakan kalsium
hidroksida (antimikroba spektrum luas)
7. Penumpatan sementara
Kunjungan 2

1. Isolasi gigi dengan rubberdam


2. Menentukan MAC yakni dengan melakukan
pengepasan gutta percha dan dikonfirmasi
dengan radiograf
3. Irigasi saluran akar dengan NAOCl 2,5% dan
CHx 0,2%
4. Obturasi dengan gutta percha dan sealer ZnOE
dengan teknik kondensasi lateral. Selaer
diaplikasikan pada gutta percha dan dinding
saluran akar menggunakan lentulo. Atau bisa
juga dikombinasikan menggunakan gutta
percha thermoplatic untuk menutup kanal
asesoris.
5. Bagian perforasi ditutup dengan MTA yang
dicampur dengan pasta saline 3:1.
6. Cotton pellet lembab diletakkan di kamar pulpa
untuk menjaga kelembapan.
7. Tumpat sementara
KUNJUNGAN 3
 Bila pasien tanpa keluhan maka tumpatan sementara dan coton pellet diambil
 Kekerasan MTA dicek menggunakan sonde
 Aplikasi base menggunakan GIC
 Tumpatan permanen menggunakan Onlay porselain
Interpretasi RO
 Radiograf periapikal pada gigi 46
 Terdapat gambaran radioopak pada saluran akar
sampai mahkota bagian mesiooklusal
 Terdapat gambaran radiolusen pada sisi mesial
dan distal serta pada daerah furkasi
 Mahkota terdapat area radioopak berupa
tumpatan pada bagian mesiooklusal
 Tidak terlihat gambaran ligamen periodontal dan
lamina dura
 Terdapat resorpsi pada alveolar crest dan furkasi
Evaluasi pasca PSA
Berhasil
1. The treated tooth is asymptomatic & functional.
2. Soft tissue appears normal & responds normally to manual examination.
3. Radiograph reveals a normal lamina Dura.
Gagal
4. Treated tooth is symptomatic or has an abnormal appearance.
5. Soft tissue response abnormally to manual examination.
Penyebab kegagalan PSA

PRA Kesalahan diagnosis


PERAWATAN Penyakit sistemik

Variasi anatomi
Missed canal
SELAMA
Ledge
PERAWATAN
Underfilling/overfilling
Perforasi

PASCA Restorasi tidak adekuat


PERAWATAN Penutupan koronal tidak baik
Perforasi
 Adalah adanya hubungan antara saluran akar dengan jaringan pendukung gigi atau
kavitas oral.
 Perforasi dapat disebabkan oleh iatrogenik ( penggunaan bur yang salah saat open
access atau kesalahan saaat preparasi saluran akar)

 Cara mendeteksi perforasi


1. Apex locator: menunjukkan angka nol yang mengindikasikan komunikasi pulpa dengan
ligamen periodontal
2. Mikroskop
3. Radiograf
4. CBCT
 Ketika terjadi perforasi, infeksi bakteri dapat berasal dari saluran akar atau jaringan
periodontal ataupun keduanya yang menyebabkan inflamasi dimana jaringan pendukung
terinfeksi .
 Pada gigi yang terinfeksi dapat terasa sakit, ada supurasi , abses, fistul termasuk resopsi
tulang.
 Untreated perforations may be revealed by the presence of serous exudate or sinus from
the site of perforation, sensitivity to percussion, localised periodontal pocketing and
chronic inflammation of the gingiva when the inflammation has penetrated the alveolar
bone.
 Following the initial acute inflammatory response there may follow destruction of
periodontal fibres, bone resorption and the formation of granulomatous tissue. In the mid
and apical portions of the root this may manifest as a radiolucency adjacent to the
perforation. If this is in close proximity to the supra crestal attachment there may be
proliferation of epithelium and, ultimately, the formation of a periodontal pocket
 If the perforation is not detected early and repaired, then the breakdown of the
periodontium may ultimately lead to a loss of tooth
Referensi
 Hargreaves, K. M., Cohen, S., & Berman, L. H. (2011). Cohen's pathways of the pulp.
St. Louis, Mo: Mosby Elsevier.
 Ingle, J. I., Bakland, L. K., Baumgartner, J. C., & Ingle, J. I. (2008). Ingle's endodontics
6. Hamilton, Ontario: BC Decker.
 Walton, R. E., & Torabinejad, M. (2015). Endodontics: Principles and practice.
 Gutmann, J. L., Dumsha, T. C., & Lovdahl, P. E. (2006). Problem solving in endodontics:
Prevention, identification, and management. St. Louis, Mo: Elsevier Mosby.
 Parolia, A., Gait, T.C., Porto, I.C.C.M. & Mala, K., 2013. Endo-perio lesion: A dilemma
from 19 th until 21 st century. Journal of Interdisciplinary Dentistry, 3(1), pp.2-11.
 Sulistio, I. & Kristanti, Y., 2014. Penatalaksanaan Lesi Endo-Perio dengan Perawatan
Endodontik Non Bedah. Majalah Kedokteran Gigi, 21(1), pp.56-60.
 P, Dovyashree., Gujjari, S.K., Shah, M., dan K, Ravi., 2014. Periodontal Management of
A Furcation Defect Due To Iatorogenic Perforation, Indian Journal of Multidisciplinary
Dentistry, 3(1), pp. 643-648.

Anda mungkin juga menyukai