Pertemuan 2 Dan 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 68

Beragam Pendekatan P2G

M.K PERENCANAAN PANGAN PROGRAM STUDI GIZI FIK UNSIL


& GIZI (P2G) Sem Gan, 2020/2021

Ai Sri Kosnayani
082113998261
aisrigizi@gmail.com
POKOK BAHASAN SELAMA 7 X PERTEMUAN
I. Dasar pemikiran P2G
a. Fungsi perencanaan
b. Pengertian & tujuan P2G
c. Prinsip P2G
d. Kebijakan pangan & gizi
e. Pola Pikir & Ruang Lingkup P2G
II. Beragam Pendekatan P2G
a. sektoral-multisektoral
b. Top down-bottom up/partisipatif
III. Pelaku dalam P2G
a. Stakeholders pangan&gizi
b. Kelembagaan pangan & gizi
c. Advokasi (field trip)
Pendekatan P2G
Pendekatan P2G lanjutan
(mengacu pada pendekatan perencanaan pembangunan daerah)
Pendekatan P2G lanjutan (mengacu pada
pendekatan perencanaan pembangunan daerah)
A. Teknokratik
A
A
Menggunakan metode dan
B. Partisipatif kerangka berpikir ilmiah
B untuk mencapai tujuan dan
Dilaksanakan dengan B
sasaran pembangunan daerah.
melibatkan berbagai
pemangku kepentingan. C
C
C. Politis
D. Atas-Bawah & Bawah-Atas
D Dilaksanakan dengan
Merupakan hasil perencanaan D
menerjemahkan visi dan
yang diselaraskan dalam misi kepala daerah terpilih
musyawarah pembangunan ke dalam dokumen
yang dilaksanakan mulai dari perencanaan
desa, kecamatan, kab./kota, pembangunan jangka
provinsi, hingga nasional. menengah yang dibahas
bersama dengan DPRD.
Pendekatan partisipatif
 Pemangku kepentingan (stakeholders)
dilibatkan dalam pengambilan keputusan
 Kesetaraan antara para pemangku
kepentingan dari unsur pemerintah dan non
pemerintah dalam pengambilan keputusan
 Transparasi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan
 Keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat,
terutama kaum perempuan dan kelompok marjinal
 Rasa memiliki masyarakat
 Pelibatan media
 Pelaksanaan Musrenbang yang berkualitas
 Konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting
pengambilan keputusan, seperti: perumusan prioritas isu dan
permasalahan, perumusan tujuan, strategi, dan kebijakan dan
prioritas program
Pendekatan politis
Contoh :
Pendekatan politis lanjutan
1. Konsultasi dengan Kepala Daerah untuk penterjemahan
yang tepat, sistematis atas visi, misi, dan program Kepala
Daerah ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, program
pembangunan daerah
2. Keterlibatan aktif DPRD dalam proses penyusunan
perencanaan
3. Jaring aspirasi masyarakat (reses) oleh DPRD merupakan
bagian integral dari proses penyusunan perencanaan
4. Pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang perencanaan yang setelah ditetapkan
akan mengikat semua pihak sebagai acuan dalam
penyusunan RAPBD
Pendekatan bottom-up

1. Penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat


untuk melihat konsistensi dengan visi, misi, dan
program Kepala Daerah Terpilih
2. Memperhatikan hasil proses musrenbang dan
kesepakatan dengan masyarakat tentang
prioritas pembangunan daerah
3. Mempertimbangkan hasil Forum SKPD
Pendekatan Top-down
1. Sinergi dan konsisten sesuai SPPN (Gambar 1)
2. Sinergi dan konsisten dengan RTRW
3. Penanganan masalah dengan pendekatan
holistik dan sistem.
4. Sinergi dan komitmen pemerintah terhadap
tujuan pembangunan global seperti MDGs,
SDGs, pemenuhan Hak Asasi Manusia,
pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM),
Gambar 1. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)

Contoh  Tabel 1 - 4
Tabel 1. Sasaran pembangunan pangan (Sumber : RPJMN 2015-2019)
Komoditi 2014 Target Rata2 Pertumbuhan Potensi pencapaian skor
(baseline) 2019 2015-2019 (%) PPH dari target produksi

1. Produksi
a. Padi (juta ton) 70,6 82,0 3,03 25
b. Jagung (juta ton) 19,1 24,1 4,7
c. Kedelai (juta ton) 0,9 2,6 22,7 10
d. Gula (juta ton) 2,6 3,8 8,3 2,5
e. Daging sapi (ribu ton) 452,7 755,1 10,8 24
f. Ikan (di luar rumput laut-juta 12,4 18,8 8,7
ton)
2. Konsumsi
a. Konumsi energi (Kal/kap/hr) 1.967 2.150
b. Konsumsi ikan (kg/kap/th) 38,0 54,5 7,5
3. Skor PPH 81,8 92,5 ∑ = 61,5
Tabel 2. Target Pemantapan Ketahanan Pangan
2015-2019, dengan Indikator Kinerja
Utama (sb : BKP Kementan, Musrenbangnas 2014 )
C
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja Setiap Misi
RPJMD Jabar 2013-2018, baseline 2012
(sb : Pusdalisbang, Jabar, 2015)
Tabel 4. Indikator Sasaran Daerah Urusan KP
(sb : Perubahan kedua PERDA 9/ 2014 : perubahan PERDA 6/2012 =
RPJMD kab bekasi tahun 2012-2017)

Sasarn IKU Rumusan SKPD Realisasi Target


PJ
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Skor capaian Skor PPH BP4K
Pola Pangan KP 71,6 75,2 76 82,3 85,8 89,4
Harapan
Jumlah desa Jumlah desa
mandiri mandiri
Mening- pangan pangan sd 2 4 6 9 12 15
katnya
saat ini
Ketahan-
an Pangan Ketersediaan Rata2 jumlah
  Pangan ketersediaan
Utama pangan
utama/th – 230 1200 3000 6301 6459 6620
ton
(kumulatif)
Pendekatan teknokratis
 konsistensi logika berpikir : identifikasi masalah,
tantangan, potensi, sasaran, arah kebijakan & strategi
pembangunan  arah kebijakan & strategi
pembangunan : prioritas, fokus & kegiatan harus
sistematis dan terstruktur
 keterkaitan yang logis sehingga memudahkan untuk
dipahami dan MONEV kinerja capaian
 Logical Framework Approach (LFA) :
Logframe is a cause & effect model of project
intervensions to be creace desired impacts for the
beneficiaries
Contoh : Gambar 1.1
Pendekatan Sektoral
a. Kesehatan umum (Public Health)
b. Kesejahteraan Sosial
c. Pendidikan
d. Produksi Makanan
1. Kecenderungan produksi dan
penyediaan pangan
2. Kecenderungan permintaan
konsumsi pangan
3. Pertimbangan Gizi
4. Kombinasi 1-3 (PPH)
Contoh Perencanaan Perbaikan Gizi Masyarakat : logic model
Posisi Indonesia terkait Jumlah Balita dengan Permasalahan Gizi
Ke 5
Tertinggi di
Dunia

Ke 4 Ke 1
Tertinggi di Tertinggi di
Dunia Dunia

Prevalence data: RISKESDAS, 2010


Population affected and global ranking: UNICEF, 2013
Mengapa Terjadi Kurang Gizi di Indonesia?
Hanya 36% balita 6-23 bulan yang
mengkonsumsi “asupan makanan 14% balita
berkecukupan (minimum)” mengalami diare dua
minggu sebelumnya

24% BAB di
tempat terbuka
75% 14% tidak
Rumah memiliki akses
Tangga di ke sumber air
Kab TTS, bersih
NTT tidak
dapat Hanya 42% balita < 6 bulan
menyiapka menyusui secara eksklusif
n asupan
makanan
bergizi 12% berada di bawah
garis kemiskinan
Pendekatan Multi Sektoral

a. Pendekatan Kebutuhan Dasar Manusia


(Basic Human Need)
b. Pendekatan Pembangunan
c. Pendekatan Gizi Masyarakat
d. Pendekatan Sistem -
(termasuk pendekatan Triple A/unicef)
Siklus Perencanaan Program Pangan & Gizi Dengan
Tripel A (Unicef)

Assessment

Actions Analysis
1. Assessment 2. Analysis
• Identifikasi Masalah Gizi  Apa dampak masalah bagi
• Menjawab Pertanyaan : kehidupan masyarakat
• Apa masalahnya ?  Apa penyebab masalah :
• Berapa luas ? faktor/determinan
• Siapa yang terkena ?  Apa alternatif pemecahan
• Dimana ? masalah
• Kapan ?

3. Action
 Upaya apa yang sudah, sedang, dan dilakukan
 Program gizi apa yang dikenal universal di Indonesia
 Apa kegiatan program gizi
 Siapa/lembaga mana yang melakukan dan dimana
Contoh Perencanaan Perbaikan Gizi Masyarakat : logic model
Posisi Indonesia terkait Jumlah Balita dengan Permasalahan Gizi
Ke 5
Tertinggi di
Dunia

Ke 4 Ke 1
Tertinggi di Tertinggi di
Dunia Dunia

Prevalence data: RISKESDAS, 2010


Population affected and global ranking: UNICEF, 2013
Suplementasi
Manajemen Penanganan Gizi Buruk
Promosi PMBA secara baik
Contoh 1  SUN Pencegahan dan Penanganan Penyakit
Keluarga Berencana

Penganekaragaman Kesehatan
bibit, Kebun Rumah
tangga, peternakan, Pertanian. PAUD & Stimulasi dini
perikanan; Promosi Perternakan Pendidikan Gizi
Praktek PMBA yang Pendidikan di sekolah
baik Perikanan
Koordinasi
Multi-Sektor
Industri Ketersediaan
Air
& makanan
Bersih
Social Perdagangan berfortifikasi
Pencegahan
Penyakit welfare/
protection
Jaring Pengaman Sosial
dan Bantuan Langsung
Contoh 2 Perencanaan (Konsumsi) Pangan
berdasarkan POLA PANGAN HARAPAN

a. Pengertian PPH

Jenis dan jumlah kelompok pangan


utama yang dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan energi dan gizi
(FAO-RAPA, 1989)
b. Tujuan
Suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan
yang dianjurkan sebagai dasar
perencanan dan evaluasi pembangunan
pangan (bagi penduduk/manusia)

c. Kegunaan
 Menilai konsumsi/ketersediaan pangan
(jumlah, mutu dan komposisi %AKE)
 Perencanaan konsumsi/ketersediaan
pangan
Potret Konsusmi Pangan Sayur+
Gula buah
Lain-lain
3%

6%
Di Indonesia, 2015 (DKP) 5%
Kacang2an
5%
Buah/biji
berminyak
Padi-padian
3% 50%
Minyak+
Lemak
Lain-lain
Gula Sayur+ 1,8% 10%
4,5% buah
5%
Kacang2an Pangan hewani
2,8% 12%
Buah/biji Umbi-umbian
berminyak 6%
1,9%
Minyak+Lemak
12,1%

Pangan hewani Dominasi


9,2% Padi-Padian
Umbi-umbian (60,9%)
1,9%

Pola konsumsi Standar Pola


pangan konsumsi
penduduk atual pangan
penduduk
d. Keunggulan dan Kelemahan
Pendekatan Perencanaan (Konsumsi) Pangan
ASPEK PPH TREN TREN
PERMINTAAN PRODUKSI
1. Dasar Direkayasa sesuai perilakuSesuai perilaku Sesuai perilaku
Pendekatan konsumen dan produsen, konsumen produsen
memerlukan intervensi
pendidikan
2.Relevansi dengan Sangat relevan Kurang relevan Kurang relevan
tujuan ketahanan
pangan
3. Mutu Gizi Sesuai anjuran gizi Belum Belum
tentu/tidak tentu/tidak
ada tentu ada
4.Diversif Pangan Terpenuhi Belum Belum tentu
dan Gizi Terpenuhi terpenuhi
5.Kemudahan Relatif
tapi
, ada indikator Relatif Relatif
tunggal
6. Waktu Keseimbangan antar Ketimpangan antarKetimpangan antar
kelompok pangan kelompok pangan kelompok pangan
PPH Basis Perencanaan Pangan : bukti empiris

 Skor PPH Konsumsi Pangan VS IPM


Skor PPH berpengaruh secara signifikan terhadap
IPM
Y (IPM) = 77.7 + 1.70 (LPP) + 0.239 (skor PPH) – 0.0100 (konsumsi
energi)
Skor PPH berhubungan secara signifikan dengan :
Sumber : Sari 2014
• penurunan prevalensi gizi buruk,
• peningkatan prevalensi status gizi normal (TB/U) usia dewasa,
• penurunan prevalensi status gizi kurang pada dewasa akhir
(Rosselini S, Wiziani G dan Baliwati YF 2013).
meningkat

meningkat

meningkat
Skor PPH Tingkat Kesehatan IPM

 Pengaruh skor PPH thd TKE Zat Gizi Mikro (vit, min)
sebesar 0,747.(Kusumawati, 2015)
PPH Basis Perencanaan Pangan : bukti empiris

Skor PPH Per Golongan Pengeluaran, 2011-2013, Skor PPH Penduduk Jabar 2011
Indonesia (Berdasarkan golongan pengeluaran)

100.0

93.8
91.1 91.8
90.0 90.5 90.2
88.9 84.5
84.3 85.0 76.9
81.4 70.0
80.0 64.4
76.4
54.1
73.1 47.1
70.0 43.1
69.1
65.9 33.5
Skor PPH

63.0
60.0 2011
59.4
2012
55.3 56.3
2013
51.9
50.0 49.4 49.1
46.1 46.9

V
I

II I

I
TA
VI
39.8 42.7

A
40.0 39.2

-R
TA
RA
30.0
<1 10 15 20 30 50 75 >1
00 0 -1 0-1 0 -2 0-4 0 -7 0 -9 j uta Skor PPH Ideal (100) SPM (90)
ri b 49 99 99 99 49 99
u ri b ri b ri b ri b ri b ri b Sudah/melebihi mencapai SPM-jenis
u u u u u u
pelayanan Penganekaragaman Pangan
PPH Basis Perencanaan Pangan : Regulasi

Pasal 62 UU 18/2012 :
Hasil Widyakarya Nasional Pangan & Gizi, 2012 Pangan

• AKE & AKP nasional pada tingkat konsumsi :


2150 kkal/kap/hr & AKP 57 g/kap/hri
• AKE & AKP nasional pd tingkat ketersediaan : Tercapainya
2400 kkal/kap/hr & 63 g/kap/hr penganekaragaman
konsumsi Pangan diukur
• guna memperoleh mutu protein dan mutu melalui pencapaian nilai
zat gizi mikro yang lebih baik, paling tidak komposisi pola Pangan &
25% AKP dari protein hewani. Gizi seimbang  skor
• Porsi ikan lebih banyak dalam pemenuhan PPH *)
kebutuhan protein hewani penduduk  60%
jumlah protein hewani berasal dari ikan
e. Proses perencanaan (konsumsi) pangan
dengan pendekatan PPH

KONDISI KINI KONDISI


DIHARAPKAN (AKG)
Tren produksi,, Ketahanan Pangan &
ketersediaan,, & konsumsi Gizi Berkelanjutan
pangan & gizi

- Pendapatan KEBUTUHAN
- Potensi agroekologi Kebijakan &
KONSUMSI PANGAN Regulasi Global,
- Potensi agroindustri JANGKA PANJANG
& ekspor Nasional & Lokal
(PPH 2020)
- Laju Pertumbuhan
penduduk

Perencanaan
kebutuhan konsumsi
pangan jangka pendek
menuju harapan
(PPH tahun 2005 )
f. Dasar pemikiran PPH = Konsep Gizi Seimbang

1. antara asupan (konsumsi) zat gizi dan


kebutuhannya,
2. jumlahnya antar kelompok pangan
3. jumlahnya antar waktu makan, untuk
mencapai hidup sehat.
 diperoleh dengan cara mengkonsumsi anekaragam makanan
dalam jumlah yang cukup, seimbang dan waktu yang tepat
Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri dari :
- zat tenaga (karbohidrat)
- zat pembangun (protein)
- zat pengatur (vitamin dan mineral)

Fungsi ketiga tersebut dikenal


Tri-Guna Makanan (Konsep Dasar Gizi Seimbang)

1. Sumber zat pembangun :


1 ikan, telur,
ayam, daging, susu, keju,
kacang-kacangan, tempe,
2. Sumber zat tahu, oncom
pengatur : 2
sayuran 3. Sumber energi :
dan buah-buahan
3
beras, jagung,
gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang,
sagu, roti, mie,
pisang dan lain-lain
Dengan PPH perencanaan konsumsi pangan penduduk :
• tidak hanya memenuhi kecukupan gizi ( nutritional
adequancy)

TETAPI JUGA
• mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance)
• cita rasa (palatability)
• dayacerna (digestability)
• dayaterima masyarakat (acceptability)
• kuantitas
• kemampuan dayabeli (affordability)

 Dengan metode PPH maka mutu pangan


dapat dinilai berdasarkan skor pangan
(dietary score)
Zat
pembangun Zat pengatur Lauk Pauk Sayur & Buah
(100/3 %) (100/3 %)
(100/3 %) (100/3 %)

Zat tenaga Pangan Pokok

(100/3 %) (100/3 %)

GIZI SEIMBANG
g. Menggunakan/menghitung skor PPH
(menghitung bobot/rating)
1. Serealia…………….. 50 %
2. Umbi-umbian ……… 6 %
Sumber Tenaga 3. Minyak & lemak…….10 %
(KH, lemak) 4. Biji dan buah 33.3
Tiga Berminyak.…………. 3 %
Guna 5. Gula ………………… 5 %
Makanan 33.3 : 74 = 0.5

Sumber Zat 1. Pangan hewani…... 12 %


2. Kacang-kacangan.. 5 % 33.3
Pembangun (Protein)
33.3 : 17 = 2
Sumber Zat Pengatur 33.3
1. Sayur dan Buah….. 6%
(Vitamin & Mineral)
33.3 : 6 = 5

Lain-lain 1. Minuman & Bumbu...3%


Tabel 5. Perbandingan PPH FAO-RAPA, Meneg Pangan
1994, dan DEPTAN 2001*)
FAO-RAPA Meneg Pangan (1994) Deptan (2001)
No. Kelompok Pangan gr/kap/hr
% Min-maks % Bobot Skor % Bobot Skor
1 Serealia 40.0 40.0 - 60.0 50.0 0.5 25.0 50.0 0.5 25.0 300.0
2 Umbi-Umbian 5.0 0.0 - 8.0 5.0 0.5 2.5 6.0 0.5 2.5 100.0
3 Pangan hewani 20.0 5.0 - 20.0 15.3 2.0 30.6 12.0 2.0 24.0 150.0
4 Minyak dan Lemak 10.0 5.0 - 15.0 10.0 1.0 10.0 10.0 0.5 5.0 25.0
5 Biji Berminyak 3.0 0.0 - 3.0 3.0 0.5 1.5 3.0 0.5 1.0 10.0
6 Kacang-kacangan 6.0 2.0 - 10.0 5.0 2.0 10.0 5.0 2.0 10.0 35.0
7 Gula 8.0 2.0 - 15.0 6.7 0.5 3.4 5.0 0.5 2.5 30.0
8 Sayur dan Buah 5.0 3.0 - 8.0 5.0 2.0 10.0 6.0 5.0 30.0 250.0
9 Bumbu-bumbu 3.0 0.0 - 5.0 0.0 0.0 0.0 3.0 0.0 0.0 (25).
100 100.0 93.0 100.0 100.0
*) Sumber : Renstra BBKP-Deptan, 2001
h. Langkah Perencanaan Pangan Wilayah dengan
Pendekatan PPH (Berdasarkan Data Konsumsi Pangan)

Data Konsumsi Langkah 3


(Susenas/ Perencanaan
SKP) program perbaikan
konsumsi pangan

Evaluasi skor
& komposisi Proyeksi skor Proyeksi
PPH & komposisi Konsumsi
 PPH Pangan

Langkah 1
Identifikasi
Proyeksi
Strategi
masalah Penyediaan
implementasi
Langkah 2 Pangan
Analisis
masalah
Mekanisme Manajemen Ketahanan Pangan Berbasis Data Konsumsi Pangan

DEWAN
INPUT : PROSES :
KETAHANAN
Data pokok Pengolahan PANGAN
& analisis data KOORDINASI
Konsumsi Pangan
(unit kerja KP; (unit kerja KP)
BPS)*

Situasi Konsumsi
Pangan OUTPUT : IMPLE-
KEBIJAKAN/PROGRAM MENTASI
Perencanaan Konsumsi /KEGIATAN MONEV :
Pangan (unit kerja KP) PANGAN & GIZI SKPD Unit
DITETAPKAN dg kerja KP
Perencanaan Kebijakan Pangan (berdasarkan
Perda/SK BUPATI/ Perda/
(unit kerja KP/BAPPEDA)
WALIKOTA) SK BUPATI/
Perencanaan Penyediaan Pangan (unit kerja WALIKOTA)
KP)

Perencanaan Produksi/pasokan pangan (unit


kerja KP/ Dintan/ DinIndag)

Perencanaan kebutuhan lahan pertanian SPM-KP


pangan-RTRW (BPN/Bappeda)
Perencanaan belanja pangan Rmh Tangga
FEED BACK

Menggunakan Aplikasi Manajemen KP BKP-


MWA 2012
i. Langkah Perencanaan Pangan Wilayah Dengan
Pendekatan PPH (Berdasarkan Data Ketersediaan Pangan)

Data ketersediaan Langkah 3


Perencanaan
Pangan (NBM) program perbaikan
ketersediaan pangan

Evaluasi skor
& komposisi Proyeksi skor Proyeksi
PPH & komposisi penyediaan pangan
PPH
Langkah 1
Identifikasi
Modal ? Proyeksi & Target Proyeksi
masalah
Lahan ? Produksi Pangan Konsumsi pangan
Tenaga Kerja ?
Langkah 2
Analisis Implikasi Terhadap
masalah Pembangunan Daerah
Langkah 1
Identifikasi
masalah

jenis dan besar masalah penderita masalah


konsumsi pangan pada konsumsi pangan pada
waktu tertentu
waktu tertentu
(PEMENUHAN GIZI
SEIMBANG : (klasifikasi fungsi)
kuantitas/AKE &
kualitas/PPH)
Hasil Interpretasi Kontribusi Energi
tiap Kelompok Pangan

No Kelompok Pangan % AKG % aktual Selisih Aktual Interpretasi


Aktual Harapan thd harapan dan harapan
1 Padi-padian 61,95 50 123,9 23,9 Surplus
2 Umbi-umbian 3,45 6 57,5 -42,5 Kurang
3 Pangan hewani 4,45 12 37,1 -62,9 Kurang
4 Minyak dan lemak 8,55 10 85,5 -14,5 Kurang
5 Buah/biji berminyak 2,05 3 68,3 -31,7 Kurang
6 Kacang-kacangan 2,65 5 53,0 -47,0 Kurang
7 Gula 4,6 5 92,0 -0,8 Kurang
8 Sayur dan buah 3,55 6 59,2 -40,8 Kurang
9 Lain-lain 1,3 3 43,3 -56,7 Kurang
Prioritas masalah memperhatikan :

1. Pentingnya masalah
2. Kelayakan teknologi
3. Sumberdaya yang tersedia
Teknik Kriteria Matrik :
RUMUS
P=IXTXR
Keterangan :
P = prioritas masalah
I = pentingnya masalah
T = kelayakan teknologi
R = sumberdaya yang tersedia
SKOR PRIORITAS MASALAH :

• Contoh pemberian nilai untuk I :


Nilai 5 = sangat penting
Nilai 3 = penting
Nilai 1 = kurang penting
• Contoh pemberian nilai untuk T :
Nilai 5 = sangat sulit
Nilai 3 = sulit
Nilai 1 = mudah
• Contoh pemberian nilai untuk R :
Nilai 2 = tersedia sumberdaya
Nilai 1 = tidak tersedia sumberdaya
Penentuan Prioritas Masalah Konsumsi Pangan
Masalah konsumsi pangan I T R P*) Keterangan
Prioritas
Kualitas konsumsi pangan 5 3 1 15 1
Dominansi padi-padian 3 1 2 6 3
Kurangnya umbi-umbian 3 1 1 3 4
Kurangnya pangan hewani 5 1 1 5 2
Kurangnya minyak & lemak 3 1 1 3 4
Kurangnya buah/biji berminyak 3 1 1 3 4

Kurangnya kacang-kacangan 5 3 1 15 1

Kurangnya sayur & buah 5 3 1 15 1


Kurangnya gula 3 1 1 3 3
Klasifikasi Fungsi

Klasifikasi fungsional = metode untuk


menentukan kelompok yang beresiko
mengalami kekurangan pangan (at risk groups),

berguna dalam penyusunan target (sasaran)


suatu proyek/kegiatan
Klasifikasi fungsi yang dapat ditentukan
a. Administrasi wilayah
b. Zona ekologi
c. Status ekonomi dari kelompok tertentu dalam
populasi
d. Karakteristik demografi dalam kelompok resiko
e. Pola kekurangan pangan
Klasifikasi fungsional Software Analisis Situasi dan
Perencanaan Pangan Wilayah yaitu
a) karakteristik spasial
b) karateristik ekonomi
c) karateristik agroekologi
Langkah 2
Analisis
masalah

Faktor penyebab (causal model)

Causal model menggambarkan rangkaian faktor yang


menyebabkan masalah konsumsi pangan
CONTOH
Faktor Penyebab Masalah Kurang Gizi Pada Balita (UNICEF, 1990)

KURANG GIZI

ASUPAN ZAT PENYAKIT Penyebab


GIZI INFEKSI
LANGSUNG

Ketersediaan Perawatan Pelayanan Penyebab


pangan di Anak dan ibu kesehatan TAK
tingkat RT hamil LANGSUNG

KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, Masalah


KETERSEDIAAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA UTAMA

KRISIS POLITIK DAN EKONOMI


Masalah
DASAR
Langkah 3
Perencanaan program
perbaikan ketersediaan
pangan
Proyeksi skor & komposisi PPH
(sasaran skor 100 tahun 2020)

Interpolasi linier, asumsi :

St = S0 + n(S2020-S0)/dt
Keterangan : St = skor mutu pangan tahun t
S0 = skor mutu pangan tahun awal
S2020 = skor mutu pangan tahun 2020
dt = selisih waktu antara tahun 2020
dengan tahun awal
n = selisih tahun yang dicari dengan
tahun dasar
Contoh Penghitungan Proyeksi skor & komposisi
PPH Tahun 2008

St = S0 + n (S2020-S0)/dt

S2008 = S2005 + 3 (S2020 – S2005)/(2020-2005)


= 74,8 + 3 (100 – 74,8) / 15
= 79,8

Dengan rumus yang sama dapat dihitung proyeksi


proporsi masing-masing kelompok pangan
Proyeksi Pola Pangan Harapan Konsumsi Pangan

No. Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


1. Padi-padian 25.0 25.0 25.0 25.0 25.0
2. Umbi-umbian 1.3 1.5 1.5 1.7 2.5
3. Pangan Hewani 15.5 16.7 17.2 18.4 24.0
4. Minyak dan Lemak 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
5. Buah/biji berminyak 0.6 0.6 0.7 0.7 1.0
6. Kacang-kacangan 7.5 7.8 8.0 8.3 10.0
7. Gula 1.8 1.9 1.9 2.0 2.5
8. Sayur dan Buah 18.0 19.6 20.4 22.0 30.0
9. Minuman dan Bumbu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Skor PPH 74.8 78.1 79.8 83.2 100.0
Proyeksi Konsumsi Pangan
(kontribusi Energi  %)
1. PROYEKSI KONTRIBUSI ENERGI SETIAP KELOMPOK PANGAN (%)

%AKE thn dasar + n (%AKE thn 2020-%AKE thn dasar)/dt


dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar
dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal

Contoh : %Kontribusi Energi Padi-padian Tahun 2008 =


%AKE thn 2005 + n (%AKE thn 2020-%AKE 2005)/dt

= 68,5 + (2008-2005) x (50 – 68,5) / (2020-2005)


= 64,8
Proyeksi Kontribusi Energi (%)

Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


No.
1. Padi-padian 68.5 66.0 64.8 62.3 50.0
2. Umbi-umbian 2.6 3.1 3.3 3.7 6.0
3. Pangan Hewani 7.8 8.3 8.6 9.2 12.0
4. Minyak dan Lemak 10.5 10.5 10.4 10.4 10.0
5. Buah/biji berminyak 1.2 1.4 1.5 1.8 3.0
6. Kacang-kacangan 3.8 3.9 4.0 4.2 5.0
7. Gula 3.6 3.8 3.9 4.1 5.0
8. Sayur dan Buah 3.6 3.9 4.1 4.4 6.0
9. Minuman dan Bumbu 1.6 1.7 1.8 2.0 3.0
Proyeksi Konsumsi Pangan
(kkal/kap/hari)
2. PROYEKSI RATA-RATA KONSUMSI ENERGI (KAL/KAP/HARI)

Rata2 Energi thn dasar + n (Rata2 Energi thn 2020 - Rata2 Energi thn dasar)/dt

dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar


dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal

Contoh : Energi Padi-padian Tahun 2008 =


Rata2 Energi thn 2005 + n (Rata2 Energi thn 2020 - Rata2 Energi 2005)/dt

= 1370 + (2008-2005) (1000-1370)/(2020-2005)


= 1296 kkal/kap/hari
Proyeksi Konsumsi Pangan (kkal/kap/hari)

No. Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


1. Padi-padian 1370 1321 1296 1271 1000
2. Umbi-umbian 52 61 66 70 120
3. Pangan Hewani 155 167 172 178 240
4. Minyak dan Lemak 211 269 209 208 200
5. Buah/biji berminyak 23 28 31 33 60
6. Kacang-kacangan 75 78 80 82 100
7. Gula 72 76 78 79 100
8. Sayur dan Buah 72 79 82 85 120
9. Minuman dan Bumbu 31 35 37 39 60
Total 2062 2054 2049 2041 2000
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

Jml thn dasar + n (Jml thn 2020 - Jml thn dasar)/dt

dimana : n = selisih tahun yang dicari dengan tahun dasar


dt = selisih waktu antara tahun 2020 dengan tahun awal

Contoh : Jumlah Padi-padian Tahun 2008 (gram)=


Jml thn 2005 + n (Jml thn 2020 - Jml 2005)/dt

= 342,2 + (2008-2005) (275-342,2)/(2020-2008)


= 328,8 gr/kap/hari
Proyeksi Konsumsi Pangan (g/kap/hari)

Kelompok Pangan 2005 2007 2008 2010 2020


No.
1. Padi-padian 342.2 333.3 328.8 319.8 275
2. Umbi-umbian 45.7 51.6 54.6 60.5 100
3. Pangan Hewani 83.1 90.6 94.4 102.0 150
4. Minyak dan Lemak 23.8 23.9 24.0 24.2 20
5. Buah/biji berminyak 4.1 4.9 5.3 6.1 10
6. Kacang-kacangan 31.6 32.1 32.3 32.8 35
7. Gula 20.8 22.1 22.7 23.9 30
8. Sayur dan Buah 185.3 191.3 194.3 200.2 250
9. Minuman dan Bumbu 39.4 36.1 34.5 31.3 0
Proyeksi Konsumsi Pangan
berdasarkan komoditas
(gr/kap/hari)
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

Tahap Penghitungan

a. Menghitung kontribusi energi tiap komoditas terhadap


kelompok pangan
Contoh:
• Beras : 1057 kkal (data SUSENAS)
• Padi-padian : 1074 kkal
Kontribusi energi beras: 1057 x 100% = 98.4 %
1074
Kontribusi Energi menurut Kelompok Pangan

Kelompok Energi Kontribusi


Pangan (kkal) (%)
Padi-padian 1074 100,0
Beras 1057 98.4
Jagung 1 0.09
Tepung terigu 15 1.51
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)..lanjutan…
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

b. Menghitung energi tiap komoditas terhadap kelompok


pangan
Contoh :
• Beras = 98.4 % dari padi-padian
• Proyeksi konsumsi energi padi-padian
tahun 2008 = 1296 kkal
maka
Konsumsi beras tahun 2008 = 98.4 x 1296 kkal
100
= 1275 kkal
Proyeksi Ketersediaan Energi menurut Kelompok Pangan

Proyeksi Ketersediaan Energi (kkal/kap/hr) menurut


No Kelompok Pangan kelompok pangan
2008 2010 2020
Padi-padian 1296
  Beras 1275
  Jagung 1
  Tepung terigu 20
Proyeksi Konsumsi Pangan
(gr/kap/hari)
3. PROYEKSI JUMLAH KONSUMSI PANGAN (GRAM/KAP/HARI)

c. Mengkonversi proyeksi konsumsi energi menjadi


konsumsi pangan (dengan DKBM)
gr komoditas = energi komoditas) x 10000
energi per 100 gr komoditas BDD

Contoh : Proyeksi energi beras : 1275 kkal


DKBM beras : 363 kkal, BDD:100%

proyeksi beras (gr) = 1275 kkal x 100


363kkal/100gr 100
= 351.2 gr/kap/hari
4. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (kg/kap/thn)

= gr konsumsi x 365
1000

5. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/hari)

= konsumsi (gr/kap/hari) x jmlh pddk thn tersebut


1000000
6. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/minggu)
= konsumsi (gr/kap/hari) x 7 x jmlh pddk thn tsb
1000000

7. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/bln)


= konsumsi (gr/kap/hari) x 30 x jmlh pddk thn tsb
1000000

8. PROYEKSI KONSUMSI PANGAN (ton/thn)


= konsumsi (gr/kap/hari) x 365 x jmlh pddk thn tsb
1000000

Anda mungkin juga menyukai