Anda di halaman 1dari 8

KPK

DILEMAHKAN ?
Kelompok 5
ASAL MULA KPK
Merujuk Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Anti Korupsi, yang disahkan melalui UU No. 7 2006, korupsi
bukan hanya dipahami sebagai penyalahgunaan anggaran negara oleh pejabat demi kekayaan pribadi mere
ka. Namun juga dilihat sebagai penyalahgunaan anggaran negara yang menyebabkan terjadinya pelanggara
n hak asasi manusia.
Korupsi dapat memperlambat perkembangan ekonomi dan berkontribusi bagi instabilitas pemerintahan. Korups
i menciptakan terjadinya kejahatan lain. Korupsi merusak kelembagaan demokratis, menyimpangi aturan huku
m hingga mengurangi kualitas hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan sudut pandang ini, maka terlihat jelas betapa pentingnya agenda pemberantasan korupsi dan lembaga
-lembaga yang dimandatkan untuk melaksanakannya. Di Indonesia, khususnya sejak Reformasi 1998, agenda
pemberantasan korupsi dimandatkan pada lembaga bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sejak didirikan tahun 2002 silam, KPK telah menindak dan mengungkap ribuan kasus korupsi. Mulai dari korup
si yang dilakukan pejabat pemerintahan sekelas mentri, hingga kepala daerah pernah dilakukan oleh KPK.
KPK telah banyak berhasil dalam mengembalikan aset maupun dana hasil korupsi. Empat tahun terakhir, dana
hasil korupsi yang dipulihkan KPK terus meningkat, dari Rp107 miliar (2014), Rp193 miliar (2015), Rp335 miliar
(2016), Rp342 miliar (2017), dan Rp600 miliar (2018) atau jumlah total sebesar Rp1,69 triuliun. Ingat, kinerja ini
dicapai KPK saat kelembagaannya mengalami banyak pelemahan, dari pengurangan tenaga investigasi, samp
ai teror dan intimidasi.
Penyebab KPK Dilemahkan
KPK juga membongkar korupsi di lembaga negara yang independen dan seharusnya men
gawasi pemerintah maupun badan penegak hukum. Misalnya, KPK telah menuntut tujuh k
omisioner KPU, Komisi Yudisial, dan Komisi Anti-Monopoli. Bahkan KPK telah menuntut 23
8 pejabat yang terlibat dari sektor swasta, dan setidaknya 9 perusahaan.

KPK mampu mengungkap berbagai kasus korupsi kelas kakap tersebut dikarenakan memiliki
wewenang dan fungsi khusus yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tenta
ng Komisi Pemberantasan Korupsi

Dalam lima tahun terakhir, jumlah korupsi yang dibongkar juga terus bertambah hingga menca
pai jumlah tertinggi pada 2018. Mungkin inilah yang menimbulkan ekspresi kemarahan.

Namun demikian, akibat keberhasilan itu, KPK menghadapi serangan-serangan yang juga se
makin tinggi. Keberhasilan KPK dalam mengusut korupsi bukan hanya memicu serangan bali
k, melainkan telah membuat seluruh pihak yang merasa terganggu akhirnya ‘bersatu’ melema
hkan KPK. Inilah yang terjadi dengan Revisi UU KPK
Penyebab KPK Dilemahkan
Pada tahun 2019 lalu telah dilakukan revisi UU KPK tersebut. Sebelum disahkan revisi UU tersebut,
publik menolak rencana revisi UU KPK karena dianggap dapat melemahkan KPK dalam penangan
an korupsi. Protes lewat demo berjilid-jilid pun dilakukan oleh mahasiswa dan berbagai elemen mas
yarakat, namun pemerintah dan DPR tidak menghiraukannya dan tetap mengesahkan revisi UU KP
K.Revisi UU KPK tersebut mendapatkan penentangan baik dari masyarakat maupun dari pegawai
KPK sendiri.
Hal itu terjadi karena terdapat beberapa poin dalam revisi UU yang dianggap berpotensi melemahk
an KPK. Seperti dimasukkannya KPK ke dalam rumpun lembaga eksekutif negara yang mengurang
i tingkat independensinya, dibentuk Dewan Pengawas dalam KPK yang menyebabkan penyidik KP
K sulit melakukan penyadapan dan berbagai poin yang lain. Tentu saja hal tersebut membuat publik
bertanya-tanya mengapa pemerintah melakukan revisi UU tersebut, dan ada dugaan bahwa pemeri
ntah sengaja ingin melemahkan KPK.
Pasal Yang Diduga Melemahkan KPK
• Pasal Pemeriksaan
Dalam Pasal 46 UU KPK lama disebutkan bahwa pemeriksaan tersangka oleh KPK meruju
k pada ketentuan UU KPK. Namun dalam UU baru, pasal itu diubah dan pemeriksaan ter
sangka merujuk pada ketentuan yang ada di kitab hukum acara pidana.

Menurut pakar hukum pidana Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar, perubahan itu me
nyebabkan UU KPK kehilangan status sebagai aturan yang berlaku khusus. Dampaknya,
tindak pidana korupsi hukum acaranya sama dengan tindak pidana biasa.

• Kewnangan Ditangan Dewan Pengawas


Dalam Pasal 21 ayat (4) dan (6) UU KPKyang lama, pimpinan KPK merupakan penanggun
g jawab tertinggi yang berwenang menerbitkan surat perintah penyelidikan, penyidikan,
penahanan, penuntutan, dan penangkapan. Namun dalam UU baru, kewenangan pimpin
an sebagai penanggung jawab tertinggi, penyidik, dan penuntut umum dihapus. Di UU
yang baru, hampir semua kewenangan pimpinan KPK diambil alih oleh dewan pengawas.
Pasal Yang Diduga Melemahkan KPK
• Pasal perihal kewenangan menggeledah
Merujuk Pasal 47 UU KPK yang baru, kewenangan menggeledah dan menyita harus melalui izin dewan penga
was. Pasal 12B mengatur penyadapan juga harus melalui izin tertulis dewan pengawas. Jangka waktu penyad
apan dibatasi hanya selama 1x6 bulan dan dapat diperpanjang 1x6 bulan.

• Pasal tentang penyelidik KPK


Pasal 43 UU KPK baru mengatur penyelidik KPK dapat berasal dari kepolisian, kejaksaan, instansi pemerintah l
ainnya, dan/atau internal KPK. Namun Pasal 43A menyebutkan penyelidik tersebut harus lulus pendidikan di t
ingkat penyelidikan. Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, pembinaan terhadap penyelidi
k dan penyidik pegawai negeri sipil berada di bawah naungan kepolisian.

• Pasal soal status kepegawaian


Pasal 24 UU KPK yang baru menetapkan status kepegawaian lembaga harus aparatur sipil negara (ASN). Hal i
ni dinilai akan mengganggu independensi pegawai KPK dan mendegradasi lembaga independen menjadi lem
baga di bawah pemerintah. Sebab pegawai negeri atau ASN berada di bawah garis komando subordinasi pe
merintah.
Pasal Yang Diduga Melemahkan KPK
• Pasal tentang dewan pengawas
Keberadaan dewan pengawas dinilai akan mendominasi dan mengganggu independensi K
PK. Wewenang dewan pengawas juga bukan cuma mengawasi dan mengevaluasi, tetapi
masuk dalam keseharian teknis penanganan perkara. Peran dewan pengawas ini tertuang
dalam Pasal 37B. Keberadaan dewan pengawas ini dinilai merupakan bentuk pemborosan
dan bisa menjadi alat intervensi.

• Pasal tentang kewenangan menghentikan penyidikan dan penuntutan


UU KPK yang baru mengatur kewenangan menghentikan penyidikan dan penuntutan apa
bila penyidikan dan penuntutan suatu perkara tak selesai dalam jangka waktu 2 tahun. At
uran ini ada di Pasal 40 UU KPK hasil revisi. Peneliti Indonesia Corruption Watch Kurnia Ra
madhana menilai aturan ini diskriminatif dengan UU Kepolisian dan Kejaksaan. UU Kepolis
ian, misalnya, tak mengatur batas waktu tertentu dalam penghentian penyidikan. Pembata
san hanya berdasarkan kedaluwarsa perkara sesuai dengan ancaman hukuman.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai