Anda di halaman 1dari 28

ORIENTASI ON MODELING COMMUNITY

SCREENING AND REPORTING USING


RAPIDPRO
MATARAM, 30 SEPTEMBER 2021
PENGELOLAAN GIZI BURUK TERINTEGRASI,
LILA MANDIRI DAN RAPIDPRO
Malnutrisi
• Malnutrisi adalah suatu kondisi dimana terjadi kekurangan, kelebihan atau
ketidakseimbangan asupan kalori dan/atau zat gizi.
PMK Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Standar Antropometri
STATUS GIZI ANAK

Indeks Katagori Status Gizi Ambang Batas (Z-


Skore)
1. Berat Badan menurut Berat Badan Sangat < -3 SD
umur (BB/U) Kurang ( Severley
underweight)
Berat Badan Kurang -3 SD sd <-2 SD
(Underweight)
Berat Badan Normal -2 SD sd +1 SD
Resiko Berat Badan Lebih > +1 SD
STATUS GIZI ANAK

Indeks Katagori Status Gizi Ambang Batas (Z-


Skore)
2. Paanjang Badan dan Sangat Pendek ( severley < -3 SD
Tinggi Badan menurut stunted)
Umur ( PB/U atau TB/U
Pendek (Stunted) -3 SD sd <-2 SD

Normal -2 SD sd +3 SD

Tinggi > +3 SD
STATUS GIZI ANAK

Indeks Katagori Status Gizi Ambang Batas (Z-


Skore)
3. Berat Badan menurut Gizi Buruk ( Severley < -3 SD
Panjang Badan atau Tinggi Wasted)
Badan (BB/PB atau Gizi Kurang ( wasting) -3 SD sd < -2 SD
BB/TB)
Gizi Baik -2 SD sd + 1 SD
Berisiko Gizi lebih < + 1 SD sd +2 SD
Gizi Lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (Obese) > +3 SD
Kurang Gizi Akut
(Wasting)

Gizi Buruk Gizi Kurang

8
Klasifikasi Kurang Gizi Akut
Balita 6 - 59 months
KURANG
GIZI AKUT
(WASTING)

Gizi Buruk Gizi Kurang


DAMPAK KURANG GIZI AKUT
(WASTING)
• Balita gizi buruk berisiko 11.6 kali lebih tinggi untuk meninggal dari
balita gizi baik.
• Balita gizi buruk juga berisiko lebih tinggi untuk:
• Menderita penyakit infeksi  sistem imun rendah
• Gangguan perkembangan otak
• Jangka panjang:
• Kemampuan belajar kurang  prestasi sekolah rendah
• Produktifitas kerja rendah
• Berisiko lebih tinggi menderita penyakit tidak menular saat dewasa

Kurang gizi akut merupakan penyebab kematian dan kesakitan pada balita
yang dapat dicegah dan diobati  penting adanya mekanisme
•Deteksi dini hambatan pertumbuhan (growth faltering)
•Penemuan kasus secara aktif
•Tindakan pencegahan dan tatalaksana sebelum menjadi parah

11
Penemuan Dini Kasus

Penemuan
Penemuankasus
kasusharus
harusdilakukan
dilakukansecara
secararegular
regular
(setiap
(setiapsaat
saatatau
ataubulanan)
bulanan)disemua
disemuakesempatan
kesempatan
agar
agardapat
dapatmendeteksi
mendeteksidini
dinikasus
kasussebelum
sebelum
menjadi
menjadiburuk.
buruk.
Penemuan Dini Kasus
Penemuan kasus:
•Aktif: skrining disetiap kesempatan (pesta, kegiatan keagamaan,
pertemuan masyarakat, dsb). Kegiatan ini melibatkan ‘agen’ di masyarakat
untuk mencari kasus kurang gizi akut secara terus menerus, kunjungan
rumah atau saat pelaksaan program kesehatan/gizi yang sudah berjalan –
seperti, bulan vitamin A dan obat cacing, vaksinasi, dll.
•Pasif: Skrining bulanan di posyandu, saat kunjungan rutin ke fasyankes
atau saat balita sakit ke polit MTBS. Lakukan pemeriksaan antropometri
dan edema bilateral untuk memastikan tidak ada balita kurang gizi akut
yang terlewatkan.
•Self-referrals: saat ibu/pengasuh balita ke fasyankes dengan kesadaran
sendiri dan tanpa rujukan dari kader atau tenaga kesehatan.
Penemuan Dini Kasus
Penemuan Kasus Aktif Penemuan Kasus Pasif

Di Tingkat Masyarakat Di Tingkat Fasyankes


Titik kontak, termasuk:
•Posyandu Semua balita sakit yang berkunjung
•PAUD, TK, TPA, sekolah minggu dan ke poli MTBS.
kegiatan formal/informal untuk anak balita
•Rumah ke rumah Semua balita saat kunjungan rutin
•Pertemuan masyarakat
•Kegiatan sosial
ke fasyankes.
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

Alat : Pita LiLA (dengan ketepatan 0,1 cm)

Perlengkapan:
•PENA  UNTUK MEMBERI TANDA TITIK TENGAH LENGAN
ATAS

Pengukuran LiLA untuk balita 6 – 59 bulan


Pengukuran LiLA

• Selalu mengukur lengan kiri.


• Lepaskan pakaian dari lengan
kiri hingga pundak.
• Pastikan balita melihat lurus
ke depan.
• Tekuk siku 90 derajat.
• Cari puncak bahu (acromion)
[1] [2]
• Cari ujung siku (olecranon) [3]
Pengukuran LiLA
• Taruh benang pada puncak bahu
[4] hingga ujung siku [5]
• Ukur panjang lengan atas
• Lipat benang menjadi dua dan
temukan ujung benang di ujung
puncak bahu untuk menentukan
titik tengah lengan
• Tandai titik tengah pada kulit
menggunakan bolpen [6]
Pengukuran LiLA

• Luruskan lengan anak: tangan


harus santai, sejajar dengan
badan.
• Lingkarkan pita LILA di titik
tengah yang sudah ditandai.
Pastikan pita menempel rata
di sekeliling kulit, tidak
terlalu ketat [8] atau terlalu
longgar [9]
• Ukur hingga ke angka 0.1 cm
terdekat [10]
Pengukuran LiLA
INTEPRETASI HASIL PENGUKURAN LilA

Gizi Kurang
11,5 – 12,4 cm

Gizi Baik
Gizi Buruk 12,5 cm atau lebih
<11,5 cm

Pengukuran LiLA untuk balita 6 – 59 bulan


4 PRINSIP UTAMA PGBT

1. Akses dan cakupan maksimum untuk layanan


balita gizi buruk
2. Ketepatan waktu
3. Perawatan medis dan gizi yang tepat
4. Perawatan selama diperlukan

Ikuti 4 prinsip ini untuk mendapatkan


dampak kesehatan masyarakat yang
maksimal
20
1 : Akses dan cakupan maksimum untuk layanan
balita gizi buruk

Mendekatkan layanan PGBT ke tempat tinggal balita dan


keluarga: menggunakan fasilitas kesehatan setempat
(Puskesmas dan Pustu/Polindes)
21
2: Ketepatan Waktu

Mobilisasi dan pelibatan masyarakat yang baik merupakan hal


yang sangat penting – layanan balita gizi buruk tidak akan berjalan
tanpa keterlibatan aktif masyarakat.
Temukan anak gizi buruk, sebelum kondisi mereka memburuk dan
mereka mengalami komplikasi medis

Ajak masyarakat termasuk kader untuk melacak balita gizi


buruk dan merujuk ke pusat kesehatan sebelum mereka
mengalami komplikasi medis. Penting juga menemukan dan
merujuk balita yang berisiko, seperti yang mengalami
hambatan pertumbuhan
3: Perawatan medis dan gizi
yang tepat
Pedoman Pencegahan dan
Tatalaksana Gizi Buruk pada
Balita
Pendekatan terintegrasi (PGBT)
dapat memberikan cakupan hasil
dan tingkat kesembuhan yang
tinggi.

23
4: Perawatan selama diperlukan

• Dengan meningkatkan akses ke layanan gizi buruk, maka balita gizi


buruk dapat mendapatkan pengobatan hingga sembuh.
• Dengan adanya layanan rawat jalan, balita dan keluarga tidak perlu
tinggal lama di fasyankes, namun dapat mendapatkan pengobatan di
rumah. Hal ini memungkinkan balita untuk dirawat selama diperlukan.
• Layanan rawat jalan harus terintegrasi ke dalam layanan kesehatan
rutin di fasyankes.
24
EMPAT KOMPONEN PGBT

1. Mobilisasi masyarakat, skrining dan tindak lanjut untuk


mengidentifikasi balita kurang gizi akut dan meningkatkan
penggunaan layanan PGBT
2. Layanan rawat jalan untuk anak-anak gizi buruk tanpa
komplikasi medis
3. Layanan rawat inap untuk anak-anak gizi buruk dengan
komplikasi medis
4. Konseling PMBA dan/atau pemberian makanan
tambahan untuk anak-anak gizi kurang tanpa komplikasi
medis

25
LILA KELUARGA

• MODELING : KOTA MATARAM


• 20% PKM : 2 Puskesmas (Kr. Taliwang, Ampenan)
• 20% Kelurahan : @ 1 Kelurahan (Ampenan Tengah dan Kr. Taliwang)
: seluruh balita 6-59 bulan (LILA)
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan Hasil screning dengan pita LILA


Di Posyandu : ..................
Tanggal : ..................

No Nama Anak Nama Orang Tgl. LILA Warna Ket


Tua Lahir (cm) Marah Kuning Hijau
Anak
PELAPORAN HASIL SCRENING DENGAN PITA
LILA
POSYANDU : ..........................
BULAN :..........................

No Jumlah balita Jumlah balita Warna


discrening Merah Kuning Hijau

Anda mungkin juga menyukai