Anda di halaman 1dari 23

PERILAKU ORGANISASI

DRA. YASNIMAR ILYAS, M.Si


SELASA, 22 SEPTEMBER 2015
PENGERTIAN PERILAKU
ORGANISASI

Perilaku organisasi (organizational


behavior) adalah sebuah bidang studi
yang menyelidiki pengaruh yang
dimiliki oleh individu, kelompok, dan
struktur terhadap perilaku dalam
organisasi.
Tiga faktor penentu perilaku dalam
organisasi:
1.Faktor kelompok meliputi komunikasi,
kekuasaan dan politik, dinamika
kelompok, konflik dan negosiasi, serta
kepemimpinan.
2.Faktor individu mencoba menelaah
determinan-determinan yang
menentukan perilaku seorang individu
di organisasi, meliputi kepribadian,
nilai, sikap, emosi dan mood, serta
motivasi.
3.Faktor organisasi meliputi kultur
organisasi (organizational culture),
praktik dan kebijakan manajemen
sumber daya manusia, dan
perubahan organisasi da manajemen
stres.
Organization systems
level
Group level

Individual level

Sumber : Robbins dan Judge, 2009.

Gambar: Model Perilaku Keorganisasian


Perilaku organisasi merupakan
sebuah bidang kajian yang didukung
oleh berbagai macam bidang ilmu,
seperti psikologi, psikologi sosial,
sosiologi, dan antropologi.
Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi
antara seseorang individu dengan
lingkungannya.
Berarti bahwa seseorang individu dengan
lingkungannya menentukan perilaku
keduanya secara langsung.
Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus
atau karakteristik tersendiri dan jika kedua
karakteristik ini berinteraksi maka akan
menimbulkan perilaku individu dalam
organisasi
Karakteristik
Individu

Kemampuan
Kebutuhan
Kepercayaan
Pengalaman
Pengharapan
dan lainnya
Perilaku
Individu dalam
Organisasi
Karakteristik
Organisasi

Hierarki
Tugas-Tugas
Wewenang
Tanggung jawab
Sistem Kontrol
dan lainnya

Gambar: Model Umum Perilaku dalam Organisasi


FONDASI PERILAKU INDIVIDU, SIKAP,
DAN KEPUASAN KERJA

Fondasi Perilaku Individu


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku seorang individu, terutama
perilaku individu di dalam sebuah
organisasi:
1. Karakteristik Biografi (biographical
characeristic) adalah karakter-karakter
personal yang melekat di diri seorang
individu seperti usia, gender, dan status
pernikahan.
2.Kemampuan (ability) adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seorang
individu untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu, terdiri dari
kemampuan intelektual (IQ) dan
kemampuan fisik.
3.Pembelajaran (learning), perilaku
individu tidak muncul secara tiba-tiba.
Seorang bayi tidak langsung tahu
cara melakukan sesuatu tanpa diajari
terlebih dahulu oleh orang tuanya.
Oleh sebab itu, pembelajaran menjadi
salah satu faktor yang menentukan
perilaku seorang individu.
Sikap (attitude)

Sikap atau attitude diartikan sebagai


pernyataan evaluatif atau penilaian
terhadap suatu objek, orang atau
peristiwa.
Robbins dan Judge (2009)
mengungkapkan ada tiga komponen
yang membangun sikap atau attitude
yaitu:
a.Komponen Kognitif, komponen ini
merupakan komponen inti dari sikap
yang berupa penjelasan atau
kepercayaan tentang suatu hal.
b.Komponen Afektif, merupakan komponen
sikap yang bersifat emosional atau
bagaimana seseorang merasakan sesuatu
hal. Seperti apakah ia merasa senang atau
merasa tidak senang.
c.Komponen Perilaku, yaitu intensi untuk
berperilaku tertentu terhadap seseorang
atau suatu hal yang didasarkan pada
keyakinan dan perasaan yang dimiliki
individu terhadap seseorang atau suatu hal
tersebut.
Tiga komponen sikap tersebut
memberikan pemahaman bahwa
sikap individu dibentuk oleh kognisi
dalam menggunakan rasio yang
dikombinasikan dengan kekuatan
emosi yang akan mendorong
seseorang individu untuk
menunjukkan perilaku tertentu.
Kepuasan Kerja (job satisfaction)

Kepuasan kerja atau Job Satisfaction


diartikan sebagai sikap individu
terhadap pekerjaannya. Seseorang
yang memiliki kepuasan kerja yang
tinggi akan memiliki sikap yang positif
terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja seseorang biasanya diukur
dengan menggunakan pendekatan
summation score. Pendekatan ini mencoba
mengukur kepuasan kerja seorang individu
dilihat dari enam elemen kunci pekerjaan
yaitu; pekerjaan saat ini, atasan atau
penyelia, teman sekerja, gaji yang diperoleh,
kesempatan promosi dan pekerjaan secara
umum.
Kepuasan kerja ini, menurut Robbins,
memiliki pengaruh dan dampak-dampak
terhadap produktivitas, tingkat absensi dan
tingkat turnover.
Determinan Kepuasan Kerja

1. Lingkungan Kerja
Merupakan faktor yang berkaitan
dengan hubungan antara seseorang
dengan rekan kerjanya maupun
atasannya, baik yang sama maupun
yang berbeda jenis pekerjaannya.
2. Atasan / Gaya Kepemimpinan
Perilaku atasan juga merupakan
determinan utama dari kepuasan kerja.
Atasan yang baik berarti mau menghargai
pekerjaan bawahannya. Hubungan
fungsional mencerminkan sejauh mana
atasan membantu karyawannya tersebut.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar
dengan atasan adalah jika kedua jenis
hubungan bersifat positif.
3. Sifat Pekerjaan dan Aktivitas Kerja
Menikmati pekerjaan itu sendiri hampir selalu
merupakan segi yang paling berkaitan erat
dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
secara keseluruhan. Pekerjaan menarik yang
memberikan pelatihan, variasi, kemerdekaan,
dan kendali dapat memuaskan sebagian
besar individu. Dengan kata lain, seorang
individu lebih menyukai pekerjaan yang
menantang dan mengembangkan semangat
kerja daripada pekerjaan yang dapat
diramalkan dan rutin.
4. Benefit
Benefit, dalam hal ini adalah manfaat atau
keuntungan yang didapat seseorang saat
menjadi anggota suatu organisasi,
berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Ketika seseorang menganggap bahwa
dengan mengikuti organisasi tersebut akan
mendatangkan banyak manfaat bagi
dirinya, maka kepuasan kerja mereka akan
meningkat.
Ada beberapa respon yang diberikan oleh
individu apabila ia merasakan
ketidakpuasan di tempat kerjanya.
1. Individu memutuskan untuk keluar dari
organisasi (exit).
2. Mencoba memperbaiki keadaan di dalm
organisasi (voice).
3. Secara pasif menunggu perubahan
kondisi organisasi (loyalty).
4. Mengabaikan kondisi yang ada di dalam
organisasi (neglect).

Anda mungkin juga menyukai