5
TOPIK DAN 7
HAKIKAT, MAJAZ, DAN ‘AM
TOPIK 5
HAKIKAT DAN MAJAZ
A. Pengertian Hakikat dan Majaz Menurut Para Ulama
1. Pengertian Hakikat Menurut Para Ulama Ushul
Dapat dipahami bahwa cara untuk mengetahui lafaz itu majaz adalah melalui suatu usaha
dalam mengikuti kebiasaan orang Arab yang dalam penggunaan istilah “isti’arah” (peminjam kata).
Adapun cara orang Arab tersebut dalam menggunakan kata lain untuk dipinjam bagi maksud lain
adalah
adanya kaitan antara maksud kedua kata itu baik dalam bentuk maupun arti. Contohnya dalam
keterkaitan bentuk menggunakan kata ”Al – Ghaaith” ( ) لاــغـائـطyang diartikan sebagai tempat yang
tenang di belakang. Disini yang lafaz majaz terdapat pada kata “buang air besar” karena lafaz buang
air besar itu biasa dilakukan di tempat yang tenang serta di belakang.
C. Ketentuan Berkenaan dengan Hakikat dan Majaz
1. Apabila dalam suatu lafaz itu digunakan dalam bentuk lafaz antara haqiqah atau majaz,
maka dapat dipahami bahwa lafaz itu ditetapkan sebagai haqiqah (hakikat), karena
menurut asal dalam penggunaan dalam suatu lafaz itu atau kata itu adalah untuk
haqiqahnya (hakikatnya).
2. Pada lafaz haqiqah atau disebut juga dengan hakikat harus ada sasaran atau maudhu’ dari
lafaz yang akan digunakan, baik dalam bentuk perintah atau dalam bentuk larangan,
maupun dalam bentuk umum atau khusus. Adapun pada lafaz majaz, ketentuan juga harus
ada sasaran yang digunakan untuk lafaz yang lainnya, baik dalam bentuk umum ataupun
khusus, karena majaz itu adalah pengganti dari lafaz haqiqah (hakikat).
3. Ketentuan haqiqah atau disebut juga hakikat dan majaz tidak mungkin berkumpul pada
satu lafaz dalam keadaan yang sama, maksudnya setiap lafaz itu baik hakikat maupun
majaz harus mengikuti tujuan masing – masing.
D. Penyebab Tidak Berlakunya Hakikat
1. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa majaz itu memang terjadi dalam ucapan baik, baik
dalam ucapan syari’ ( pembuat hukum ) dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagaimana yang
terjadi dalam ucapan manusia, dalam hal bahasa apapun yang di gunakannya.
2. Abu Ishak al - Asfaraini dan Abu Ali al-Farisi menolak akan adanya pemakaian majaz.
Apa yang telah diketahui selama ini diangap majaz, padahal lafaz itu sebenarnya
adalah haqiqah dan karena ada petunjuk yang menjelaskanya. Contoh dalam ucapan “
saya melihat singa itu memanah” adanya kata” memanah“ menjadi petunjuk apa yang
sebenarnya yang dimaksud dengan “singa” itu.
3. Adanya suatu golongan ulama Zhahiri yang menolak adanya majaz dalam Al – Quran dan
hadis Nabi.
TOPIK 7
‘AM ( UMUM )
A. Pengertian ‘Am Menurut Para Ahli Ushul
1. Jumhur ulama berpendapat bahwa ‘am pada hakikatnya berada dalam lingkup lafaz
Dapat dipahami bahwa ‘am menunjukkan suatu pengertian – pengertian yang
terkandung didalamnya, serta kalau berbicara mengenai ‘am maka dalam hal itu berbicara
tentang lafaz.
3. Jumhur ulama berpendapat bahwa lafaz ‘am dapat juga digunakan untuk makna, namun
penggunaan tersebut hanya secara majazi bukan makna yang sebenarnya. Oleh sebab itu
lafaz menyangkut pada lafaz atau ucapan.
4. Dari golongan ulam Irak berpendapat bahwa lafaz ‘am digunakan untuk perbuatan dan
hukum dengan maksud bahwa menanggung suatu ucapan secara umum dan tidak ada
sasaran pada akhirnya.
C. Sighat ‘Am