ANAK A DI RUANG PERAWATAN ANAK LANTAI 4 RSUD KOJA TANJUNG PRIUK Definisi • Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010). • Menurut WHO (2005) adalah bila keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3 kali atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. GAMBARAN KASUS • An.A (1 tahun) datang ke ruang IGD RSUD Koja pada tanggal 08 Februari 2015 jam 06.30 WIB. Tindakan yang dilakukan adalah pengukuran TB =66 cm dan BB= 6,3 kg, setelah itu dilakukan pemasangan infus di kaki sebelah kiri dengan cairan NaCl 0,9% 20 tpm. Saat di IGD didapatkan tanda-tanda vital dengan hasil N : 130x/m, R : 35x/m, Sb : 38,0˚C dan diberikan medikasi Paracetamol. Jam 11.00 WIB klien diantar keruangan perawatan anak lantai 4 RSUD Koja dengan diagnosa medis Gastroenteritis. • Tanggal 08 Februari 2015 pada jam 13.00 dilakukan pengkajian kepada An.A (shift sore) didapatkan data An.A datang dengan keluhan sudah BAB cair sebanyak 8x dari pagi hari dan demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Kesadaran umum klien compos mentis, klien tampak lemah, gelisah dan rewel. N : 120x/m, RR : 30x/m, S: 37,9˚C. Terpasang infus di kaki kiri dengan cairan Asering 20 tpm. • Pola nutrisi An.A terdapat penurunan nafsu makan, porsi makan tidak dihabiskan. BB sebelum sakit 9,8 kg dan saat sakit 6,3 kg. Pola eliminasi : BAK 2x ganti pampers dan BAB 6x ganti pampers dengan karakteristik feses cair dan berampas warna kekuningan bau khas dan tidak ada perdarahan. Pola aktivitas : aktivitas An.S terbatas dan dibantu oleh keluarga dan perawat (bersihkan daerah perineal). Pola istirahat dan tidur : An.S tidur malam jam 20.30-05.00 dan tidur saing 13.00-14.00. • Pola peran dan hubungan : An.A mengalami dampak hospialisasi selama dirawat di RS dan saat akan dilakukan tindakan medis. An.A sangat rewel dan menolak saat didekati oleh perawat, An. A memilih berada dipelukan ibunya. Pola nilai dan kepercayaan : agama An.A islam, ibu selalu menenangkan dengan berselawat Nabi di telinga anak. Pengkajian tingkat perkembangan didapatkan data-data sebagai berikut : Kemandirian dan bergaul : ibu klien mengatakan saat dirumah anak aktif dalam bermain dengan keluarga dan teman sekitarnya saat di ruangan anak selalu tampak digendong oleh ibunya dan kurang berinteraksi dengan teman disekitar kamar. Pengkajian Fisik • Sistem Penglihatan : pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan, refleks cahaya kanan kiri positif, konjungtiva anemis, produksi air mata menurun, mata terlihat cekung. Sistem pendengaran : Simetris, tidak ada gangguan, tidak ada radang, tidak ada pengeluaran cairan dari telinga. Sistem pernapasan : tidak ada pernapasan cuping hidung, lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, pernafasan 30x/menit, irama reguler dan dalam, suara nafas vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada nyeri tekan pada seluruh intercosta, pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan. Sistem Kardiovaskuler : nadi : 120x/m, teraba teratur dan lemah, tidak terdapat distensi vena jugularis, akral hangat, CRT > 3 detik, mukosa bibir kering, bunyi jantung loop doop. • Sistem Endokrin : tidak ada poliuri, tidak ada polifagi, tidak ada polidipsi, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Sistem pencernaan : mukosa bibir kering, gigi tampak bersih, tidak ada caries, lidah tampak kotor, tidak terdapat pembesaran hati, bising usus 16x/menit, tidak teraba massa. Sistem muskuloskeletal : An.A diruangan tampak terbatas aktivitas, tonus otot normal, fraktur (-), kontraktur (-), gerakan ekstermitas normal. Sistem Integumen : kulit kemerahan, turgor kulit kurang elastis. Sistem urogenital : klien 2x ganti pampers, tidak ada keluhan saat BAK, tidak ada alat bantu berkemih. • Tanggal: 08 februari 2015. Jenis pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan darah rutin hemoglobin, hasil: 10,6 g/l dengan nilai normal 10,5-14,00 g/l, jumlah leukosit, hasil: 12,98 10̂3/πl dengan nilai normal 6,00-14,0010̂3/πl, pemeriksaan hematokrit 34,6 % dengan nilai normal 32,0-42,0 %, jumlah trombosit, hasil: 247 10̂3/πl dengan nilai normal 163- 337 10̂3/πl. Jenis pemeriksaan kedua adalah elektrolit: pemeriksaan natrium (Na), hasil: 139 mEq/l dengan nilai normal 135-147 mEq/l, pemeriksaan kalium (K), hasil: 3,73 mEq/l dengan nilai normal 3,5-5,0 mEq/l, pemeriksaan klorida (Cl) hasil: 106 mEq/l dengan nilai normal 96- 108 mEq/l Pemeriksaan Makroskopis • Hasil:Warna feces hasil: kuning, konsistensi feces: lembek, lendir feces: negatif (-), darah di feces: negatif (-). Bakteri :1+, lemak : negatif (-), amilum: negatif (-), serat tumbuhan hasil: positif (+), amoeba hasil: negatif (-), jamur hasil: negatif (-), telur cacing hasil: negatif (-), Medikasi • Pengobatan yang diberikan kepada An. A adalah Oral: zinc 1x1, lacto B 1x1 sach, lacdofil 1x1/2, zink tab 1x1 tab, B.Com 1x1, paracetamol syrup. Injeksi (IV) yang diberikan adalah Ondansentron 2x0,6 mg, cefriaxone 3x 150 mg. Diagnosa Keperawatan • Berdasarkan data pengkajian diatas maka didapatkan 4 (empat) diagnosa masalah keperawatan yaitu: 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare2. Hipertermi behubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh3. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah4. Kecemasan anak berhubungan dengan hospitalisasi Diagnosa Keperawatan 1 • Yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare. Kami memilih diagnosa ini karena klien mengalami diare dan muntah, klien BAB sebanyak 8 kali dalam sehari sebelum masuk rumah sakit, dan saat di Ruangan UGD klien muntah 1 kali berupa susu ± 50cc. Dari hasil lab menunjukan natrium: 139 meq/L (135-147), kalium: 3,73 meq/L (3,5-5,0), klorida: 106 meq/L (96-108). • Menurut Suriadi tahun 2001 mengatakan terjadinya peningkatan motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal akibat dari gangguan absorpsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan kekurangan volume cairan. Diagnosa Keperawatan 2 • Yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, ditandai dengan klien demam dengan suhu 38,0C, badan klien teraba hangat, dan mukosa bibir kering. Saat di UGD hasil lab jumlah leukosit: 12,98 10 ̂3/µL (6000-14.000) • Intervensi menurut Doengoes (2000) adalah:a. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam b. Beri kompres hangat c. Anjurkan ibu agar klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat d. Kolaborasi pemberian antipiretik Diagnosa Keperawatan 3 • Yaitu, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. Kami memilih diagnosa ini karena ibu klien mengatakan anaknya sudah buang air besar lebih dari 8 kali, dan ibu klien mengatakan anaknya muntah sekali dengan jumlah ±50cc, tampak pula porsi makan klien tidak dihabiskan, klien mengalami gangguan nafsu makan, berat badan sebelum sakit 9,8 kg dan saat sakit 6,3 kg sehingga terjadi penurunan berat badan sebesar 3,5 kg dan mendapatkan diit preda 3x1/2 porsi dan diit LLM 4x90cc. Hal ini sejalan dengan pendapat Widoyono (2008) yang mengatakan bahwa diare berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan gizi, diakibatkan karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Diagnosa Keperawatan 4 • yaitu kecemasan anak berhubungan dengan hospitalisasi dan stress ditandai dengan klien tampak rewel dan menangis kuat,klien tampak gelisah dan menolak saat didekati perawat menurut Nursalam, dkk (2005) mengatakan hospitalisasi pada anak merupakan proses yang mengharuskan anak tinggal di rumah sakit menjalani perawatan dan terapi. Selama proses tersebut anak dapat mengalami berbagai pengalaman yang sangat trauma dan stress sehingga dapat menyebabkan kecemasan. Evaluasi • Adapun evaluasi di hari pertama yaitu : klien masih mengalami kekurangan volume cairan dimana dari hasil pengukuran balance didapatkan hasil -484 cc dan klien masih mengalami peningkatan suhu tubuh dan badan masih teraba hangat. Untuk masalah nutrisi belum teratasi dengan keluhan, klien masih 2x BAB cair dan nafsu makan masih menurun, produksi air mata menurun dan mata cekung. Klien tampak terlihat lemah. Hasil TTV : Sb : 37,9°C, N : 120x/m, RR : 30x/m. belum dilakukan pemeriksaan hasil laboratorium kembali. Klien mendapatkan medikasi Zink 1x1, LactoB 1x1 sach, lasidofil 1x1/2, zinc tab 1x1 tab, B.Com 1x1, paracetamol syrup, Ondansteron 2x0,6 mg, cextriaxone 3x150 mg. klien juga mendapat diit preda 3x1/2 porsi, LLM 4x90 cc. klien terpasang infus asering 20 tpm. Kecemasan anak masih terjadi, anak masih rewel dan masih menolak saat akan didekati perawat. Klien tidak menghabiskan diet yang diberikan dan nafsu makan masih kurang. Lanjutan • Untuk evaluasi hari kedua yaitu: klien masih mengalami kekurangan volume cairan dimana ibu klien mengatakan klien masih BAB cair, klien masih muntah,dengan adanya data: balance cairan -753 cc, BAB cair 3 kali. Ibu Klien mengatakan bahwa klien sudah tidak demam dengan suhu tubuhnya normal yaitu 36,6C, Hemoglobin : 12,6 mg/dl (10,5-14,0), Leukosit : 9,50 10 ̂3/µL, Hematokrit : 41,6 % (32,0-42,0), Trombosit : 366 10 ̂3/µL( 163-337), untuk masalah nutrisi ibu klien juga mengatakan nafsu makan klien berkurang, makanan tidak dihabiskan, klien makan hanya ½ porsi, BB: 6,3kg, diberikan diet PREDA 3x1/2 porsi, klien masih rewel, menandakan anak masih mengalami kecemasan. Klien juga mendapatkan terapi: Zinc 1x1, Lacto b 1x1 sachet, Lasidofil 1x1/2, zinc tablet 1x1 tab, B com 1x1, ondansentron 2x0,6 mg,Ceftriaxone 3x150 mg. Kesimpulan • Kesimpulan yang didapatkan bahwa pada anak A yang menderita diare dapat mengalami kekurangan cairan, hipertermi, kekurangan nutrisi serta kecemasan akibat hospitalisasi. Dalam penatalaksaannya dilakukan sesuai dengan teori seperti mengkaji intake dan output klien, mengobservasi kenaikan suhu, melakukan kolaborasi pemberian cairan serta yang tak kalah pentingnya yaitu melakukan terapi pengalihan bermain saat melakukan tindakan keperawatan pada anak A. Saran • Adapun saran kami selaku mahasiswa praktek, sebaiknya untuk memberikan kesembuhan yang optimal dan dengan mengurangi resiko hospitalisasi / traumatik pada anak, tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada anak sebaiknya dibarengi dengan teknik distraksi seperti bermain sesuai dengan tumbuh kembang anak, agar perhatian anak dapat teralihkan serta tetap mempertahankan teknik komunikasi terapeutik pada anak. Sekian