Anda di halaman 1dari 30

ISU ETIK DAN LEGAL

DALAM KEPERAWATAN
JIWA
PRESENTED BY
TRI SUMARSIH, S.KEP.NS,MNS
ETIK KEPERAWATAN
• SUDUT PANDANG PD APA YG BAIK DAN
BENAR UNTUK KESEHATAN DAN KEHIDUPAN
MANUSIA.

• MENGARAHKAN BAGAIMANA SEORANG


PERAWAT HARUS BERTINDAK DAN
BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN
BERSUMBER DARI PERNYATAAN
FLORENCE NIGHTINGALE
= IKRAR PROFESI

1.Membantu yg sakit 2.Membantu yg sehat


Untuk mencapai Mempertahankan
keadaan sehat kesehatannya

4. Membantu seseorang
Yg menghadapi 3. Membantu mereka yg
Kematian untuk hidup tdk dpt disembuhkan
seoptimal mungkin Untuk menyadari
Sampai menjelang potenasinya
ajal
UU No.38/2014 tentang Praktek
Keperawatan

Pasal 17 &18: Registrasi


Pasal 18,20,21, 22: Ijin Praktek
Pasal 28: Praktek keperawatan
Pasal 29: Tugas dan wewenang
Hak pasien Jiwa secara umum
(Stuart & Laraia, 2015)
• Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di
luar RS dengan berkorespondensi, telepon dan
mendapatkan kunjungan
• Hak untuk berpakaian
• Hak untuk beribadah
• Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
• Hak untuk menyimpan dan membuang barang
• Hak untuk melaksanakan keinginannya
• Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
• Hak untuk membeli barang
• Hak untuk pendidikan
• Hak untuk habeas corpus (upaya memberikan jaminan
terhadap HAM, contoh: kasus pra peradilan)
• Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
• Hak pelayanan sipil
• Hak mempertahankan lisensi hukum, lisensi profesi
• Hak untuk menuntut dan dituntut
• Hak untuk menikah dan bercerai
• Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang tidak
perlu
• Hak untuk review status secara periodik
• Hak untuk perwalian hukum
• Hak untuk privasi
• Hak untuk informend consent
• Hak untuk menolak perawatan
Alasan masuk RS Jiwa
• Berbahaya untuk diri sendiri dan orang
lain
• Membutuhkan perawatan
• Tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara mandiri
Istilah
• Restrains adalah aplikasi langsung kekuatan
fisik pada seseorang, tanpa atau dengan izin,
untuk membatasi kebebasan bergerak.
• Seclusion (pengasingan) adalah pengurungan
seseorang bukan keinginan sendiri dalam
konstruksi khusus, ruangan terkunci dengan
sebuah jendela keamanan atau kamera untuk
monitoring visual langsung (JCAHO,2000).
HIRARKI DALAM MEMBATASI PASIEN JIWA
(Stuart & Laraia, 2015)
Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau
dibatasi pilihannya. Hirarki dari yang paling restriktif ke
yang kurang restriktif.

• Ekstrimitas tubuh
• Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)
• Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV,
waktu merokok, komunikasi
• Aktivitas yang bermakna, misal akses untuk ikut
rekreasi
• Pilihan perawatan
• Kontrol sumber keuangan
• Ekspresi verbal dan emosional
PRINSIP MORAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN
1. Autonomy / self determination/otonomi
2. Beneficience/Berbuat baik
3. Nonmaleficience/tidak merugikan
4. Justice/Keadilan
5. Kejujuran (Veracity)
6. Kesetiaan/komitmen (Fidelity/keeping promise)
7. Kerahasiaan (confidentiality)
8. Akuntabilitas /dapat dipertanggungjawabkan
1. Autonomi
• Setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih
rencana kehidupan dan cara mengatur dirinya

• Menghargai harkat dan martabat manusia sbg individu


yg dapat memutuskan yg terbaik untuk dirinya.

• Setiap tindakan keperawatan harus melibatkan pasien


dan berpartisipasi dalam membuat keputusan yang
berhubungan dg asuhan keperawatan
2. Beneficience
• Merupakan prinsip untuk melakukan
yang baik dan tidak merugikan orang
lain.
• Tidak menimbulkan bahaya bagi orang
lain,
• Perawat scr moral berkewajiban
membantu orang lain melakukan
sesuatu yg menguntungkan dan
mencegah timbulnya bahaya
3. Non Maleficience dan Kemaslahatan

• Prinsip Non Maleficience dan


Kemaslahatan dapat dilihat kontinum
rentang dari bahaya yg tidak berarti (non
maleficience) sampai menguntungkan
orang lain dg melakukan yg baik
(kemaslht).
• Menuntut perawat menghindari yg
membahayakan pasien selama pemberian
asuhan keperawatan
4. Keadilan (Justice)
• Merupakan suatu prinsip moral untuk
berlaku adil terhadap semua pasien
sesuai dengan kebutuhan .
• Setiap individumendapat tindakan yg
sama berarti mempunyai kontribusi yg
relatif sama untuk kebaikan kehidupan
seseorang.
5. Kejujuran, Kerahasiaan dan
Kesetiaan
• Kejujuran/Veracity adalah kewajiban untuk
mengungkapkan yg sebenarnya atau tdk
membohongi pasien didasarkan pd hub
saling percaya.
• Kerahasiaan/confidentiality adalah kewajiban
untuk melindungi informasi rahasia.
• Kesetiaan/Fidelity adalah kewajiban untuk
menepati janji
METODE DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS

1. Menunjukkan maksud baik.


2. Mengidentifikasi semua orang penting.
3. Mengumpulkan informasi yg relevan.
4. Mengidentifikasi prinsip etis yang
penting
5. Mengusulkan tindakan alternatif.
6. Melakukan tindakan.
PENGARUH HUKUM DALAM PRAKTEK KEP. JIWA

Perawat sebagai
warga negara

Perawat sebagai
pemberi pelayanan

Perawat
sebagai Hak-hak
pegawai pasien
MASALAH LEGAL DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN

• Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan


yg memadai tidak tersedia standar praktek dan tidak
ada kontrak kerja.
• Perawat profesional perlu memahami aspek legal
untuk melindungi diri dan melindungi hak-hak pasien
dan memahami batasan legal yg mempengaruhi
praktek keperawatan.
• Pedoman legal Undang-undang praktek, peraturan
Kep Men Kes No 1239 dan Hukum adat.
LIABILITAS
(PERTANGGUNGJAWABAN)
DALAM KEPERAWATAN JIWA
1. Pasien bunuh diri
2. Gagal mendiagnosa
3. Masalah terkait dengan ECT
4. Penyalahgunaan obat-obat Psikoaktif
5. Melanggar kerahasiaan
6. Gagal merujuk pasien
7. Gagal untuk melaporkan penganiyaan
8. Tidak adanya informed consent
Pertanggungjawaban Pidana terkait dengan
kondisi jiwa seseorang

• Tindakan kriminal yang dilakukan oleh seseorang yang


diduga memiliki kelainan jiwa perlu mendapatkan
penyelidikan dari seorang ahli kesehatan jiwa ( Visum et
repertum psikiatrikum)
• Argumen yang menyebutkan bahwa seseorang yang
didakwa melakukan tindakan kriminal dianggap tidak
bersalah karena orang tersebut tidak bisa mengontrol
perbuatannya atau tidak mengerti perbedaan antara
benar dan salah yang dikenal sebagai Peraturan
M’Naghten.
• Saat orang tersebut memenuhi kriteria, dia dapat
dinyatakan tidak bersalah karena mengalami gangguan
jiwa.
MINIMALKAN LIABILITAS
dalam Praktek Keperawatan

Liabilitas merupakan tanggungan yang dimiliki


oleh perawat terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan.
1. Ikuti Standar.
2. Berikan Pel. Kep yg kompeten
3. Hubungan empati, hormat dan bela rasa
4. Dokumentasi lengkap dan objektif, tepat
waktu dan tepat waktu.
5. Perawat menolong di tempat umum
STANDAR KEPERAWATAN
• Pedoman praktek kep yang aman dan
tepat.
• Menekakankan tanggung gugat
• Tanggung jawab :
Mengacu pd pelaksanaan tugas yg
dikaitkan dg peran perawat.
• Tanggung gugat:
Dapat memberikan alasan atas tindakan
kep yg diberikan atas diri, pasien,
profesi, atasan dan masyarakat
Don’t take it seriously ….
KASUS : ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN

Seorang pasien gangguan jiwa yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa “X”
sering merepotkan perawat. Kerepotan dan ‘gangguan’ pasien tersebut
dialami perawat ruangan yang disebabkan oleh perilaku pasien yang sering
menelepon dengan suara keras sehingga mengganggu pasien lain dan
perawat ruangan, sering juga meminjam telepon ruangan, meminjam
handphone perawat, atau meminjam hp pengunjung pasien lain. Atau
menitipkan surat untuk diposkan sementara perawat tidak ada yang merasa
harus mengirimkan lewat pos, pasien juga bersikeras menerima kunjungan
dari teman dan keluarganya tanpa memperhatikan peraturan waktu
kunjungan dan jumlah pengunjung. Perawat ruangan berpendapat bahwa
pasien yang di rawat, berkewajiban untuk mengikuti program terapi rumah
sakit, sedangkan komunikasi tidak ada kaitannya dengan ‘program rehabilitasi
pasien’ sehingga pasien seharusnya tidak perlu mengganggu dengan
kebiasannya surat-menyurat atau komunikasi yang lain seperti tersebut di
atas.

Pertanyaan soal:
Bagaimana pendapat anda tentang sudut pandang perawat ruangan rumah
sakit X tersebut?
Analisa kasus :
•Seorang pasien dengan gangguan jiwa yang memiliki kebiasaan dan tidak
bisa untuk di tinggalkan tidak dapat dipaksakan untuk meninggalkan kebiasaan
tersebut. Apabila hal tersebut dilakukan akan membuat pasien merasa tertekan
dan membuat keadaan semakin memburuk. Apabila apa yang dilakuan oleh
pasien mengganggu lingkungan sekitar harus diberikan terapi secara bertahap
untuk meninggalkan kebiasaan yang mengganggu lingkungan. Sebagai
perawat seharusnya dapat memahami dan memaklumi tingkah laku pasien
karena mengingat pasien tersebut menderita gangguan jiwa, perawat dilarang
memaksakan kehendak tanpa memperdulikan hak – hak pasien.

•Jawaban: pasien berhak berkomunikasi dengan catatan kebiasaan pasien


tidak mengganggu dan merugikan orang lain
KASUS (vignete): ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN jiwa
•Hak-hak klien gangguan jiwa dalam etik keperawatan antara lain adalah hak
untuk menjalankan keinginannya. Suatu hari anda mengetahui seorang
•gangguan jiwa berkeliaran di jalanan di kota di mana anda tinggal.Kondisi fisik
kotor, kumal, perilaku tidak membahayakan orang lain, dan anda mengetahui
pemenuhan kebutuhan nutrisinya buruk. Usia sekitar 45 sd. 55 tahun. Kondisi
lain anda tidak mengetahui dengan pasti. Sampai beberapa minggu tidak Anda
lihat tindakan instansi yang berwenang (pemerintah) terhadap penderita
gangguan jiwa jalanan tersebut.

Pertanyaan soal: Bagaimana anda memandang fenomena tersebut


ANALISA KASUS
• Bahwa sesungguhnya pemerintah wajib untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia. Sedangkan dalam kasus di atas terdapat seorang dengan gangguan jiwa
berkeliaran di jalanan yang setiap saat dapat terancam keselamatannya karena tidak
mampu melindungi dirinya sendri oleh karena itu pemerintah seharusnya
memberikan perhatian khusus kepada mereka, seperti menyediakan sarana yang
menjamin kehidupan mereka. Karena mereka juga berhak mendapatka kehidupan
yang layak meskipun meraka menderita gangguan kejiwaan. Apabila mereka
dibiarkan berkeliaran di jalanan dikhawatirkan akan mengganggu orang lain dan
dirinya sendiri.

• Jawaban : Pemerintah BERTANGGUNG JAWAB untuk melakukan penjemputan


paksa terhadap penderita tersebut karena kewajiban negara untuk melindungi warga
negara yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri
KASUS (vignete):
•Anda adalah perawat di Rumah Sakit Jiwa P. Sudah hampir menginjak hari ke 3. Si G
(Laki-laki, usia 51 tahun, seorang pasien dengan diagnosa schizofrenia paranoid, sudah
dirawat 7 hari, keluarga pasien tidak menunggui karena perawatan diserahkan
kepada RSJ), menolak makan dan Anda sebagai perawat dan tim lain sudah
melakukan berbagai cara persuasif untuk membujuk agar mau makan. Akhirnya tim
medis dan paramadis memutuskan untuk dilakukan tindakan bersifat paksa dengan
melakukan pengikatan dan pemasangan sonde untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

•Bagaimana menurut anda dikaitkan dengan


aspek legal dan etik keperawatan?
ANALISA KASUS
• Perawat tidak diperbolehkan untuk melakukan
tindakan tanpa adanya persetujuan dari pihak
klien, namun apabila persetujuan tidak
memungkinkan dan klien harus dilakukan
tindakan dengan segera maka, persetejuan dari
pihak klien tidak diperlukan lagi. Dari kasus di
atas dapat disimpulkan bahwa tindakan medis
sangat tepat, karena apabila tidak segera
dilakukan tindakan pemasangan sonde, maka
akan membahayakan keselamatan klien

Anda mungkin juga menyukai