Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN


MENINGITIS
NS. LINA MADYASTUTI R,M.KEP
Definisi
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi
Manifestasi klinis
Patofisiologi
Pemeriksaan diagnostik
Asuhan keperawatan Pengkajian keperawatan
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
DEFINISI

• Radang pada meningen (membran yang


mengelilingi otak dan medula spinalis) dan
disebabkan oleh virus, bakteri atau organ
jamur
(Suzanne C. Smeltzer, 2001)
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya:
1. Meningitis viral:
sindrom infeksi virus susunan saraf pusat
yang akut yang disebabkan oleh virus
2. Meningitis bakterial:
meningitis yang disebabkan adanya
penyebaran infeksi bakteri ke dalam
meningen otak
KLASIFIKASI
Berdasarkan perubahan cairan pada
otak:
1. Meningitis Serosa:
Radang selaput arachnoid dan piameter
yang disertai cairan jernih
2. Meningitis Purulenta:
Radang bernanah pada arachnoid dan
piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis
EPIDEMIOLOGI

1. Meningitis viral:
Sering terjadi pada anak daripada dewasa
2. Meningitis bakterial:
Angka kejadian tertinggi pada umur anak 2
Bulan – 2 Tahun
ETIOLOGI
1. Meningitis viral, disebabkan oleh:
Virus Coxackie, Virus Echo, Virus Herpes simplek,
Virus Hepatitis dll.
2. Meningitis bakterial:
1. pada bayi dan anak:
Haemopilus influenza, Neisseria meningetidis,
Diplococcus pneumonia.
2.Pada neonatus:
E. coli, Streptococcus grup B,
Listeria monocytogenesis.
MANIFESTASI KLINIS
1. Meningitis viral, pada anak:
Panas & nyeri pada kepala mendadak, kaku
kuduk, nyeri tenggorok, nausea & vomiting,
penurunan kesadaran, photophobia, par-
estesia dan mialgia.
2. Meningitis viral, pada bayi:
Gelisah, mual & muntah, kejang, ruam, kaku
kuduk, tanda kernig & brudzinsky positif
dan liquor srebrospinalis jernih.
MANIFESTASI KLINIS
3. Meningitis bakterial:
- pada neonatus:
lemah, tidak mau minum, muntah,
penurunan kesadaran, ubun2 besar,
tegang & menonjol, leher lemas,
respirasi tidak teratur, kadang disertai
ikterus jika sepsis.
- pada bayi umur 3 bln – 2 thn:
demam, muntah, gelisah, kejang berulang,
high pitched cry, ubun2 tegang &
menonjol.
MANIFESTASI KLINIS
3. Meningitis bakterial:
- pada anak:
Terdapat demam, mengigil, muntah &
nyeri kepala, kejang, gelisah,gangguan
perilaku dan kaku kuduk.
4. Iritasi meningen mengakibatkan tanda
yang mudah dikenali:
1. rigiditas nukal (kaku leher)
2. tanda kernig positif
3. tanda Brudzinsky positif
MANIFESTASI KLINIS

5. Peningkatan TIK (tekanan intra


kranial)
6. Adanya ruam
7. Gangguan saraf otak yg disebabkan
eksudat pada saraf2 otak (tersering
NII & NVII)
8. Malaise, sakit tenggorokan dan nyeri
abdomen.
PATOFISIOLOGI
1. virus dan bakteri masuk ke selaput meningen
dengan berbagai cara:
1. Transplasental dr ibu ke janin
2. Aliran darah atau limfe
3. Penyebaran virus / bakteri ke selaput otak yang
berasal dari infeksi primer
4. Implantasi secara langsung ke selaput meningen.
2. Setelah virus / bakteri masuk, mengadakan
perlekatan pada sel epitel mukosa tubuh,
kemudian berkolonisasi, menembus barier
mukosa dan memperbanyak diri di aliran
darah.
PATOFISIOLOGI

3. Virus / bakteri tsb beredar di dalam aliran


darah menuju ke otak dan masuk ke dalam
cairan cerebrospinal shg terjadi peradangan
meningen
4. Peradangan itu memicu pelepasan sitokinin,
bradikinin, histamin dan prostaglandin, shg
terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler,
perubahan sawar darah otak dan trombosis
vaskuler.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Meningitis viral:
1. Kadar protein pd CSS normal / sedikit naik
2. Kadar glukosa normal
3. Jumlah leukosit 10 – 1000 m3
4. TIK 100 – 150 mmH20
5. CSS jernih
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Meningitis bakterial:
1. Pada pungsi lumbal:
a.Kadar protein meningkat (100-500 mg/dl)
b.Kadar glukosa menurun (<40 mg/dl)
c.Pleusitosis neutrofil
d.TIK 100 – 300 mmH20
e.Jumlah leukosit >10000 m3
f.CSS keruh dan bernanah
g.Selama fase akut, sel yang dominan = PMN
sampai 95%
2. Pada biakan darah:
Ditemukan bakteri yang menyebabkan pd 80-90%
kasus meningitis pd anak
PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat imunisasi
PENGKAJIAN
3. Pemeriksaan fisik
1. B1 (breath)
Hiperventilasi, RR meningkat, tanda2
obstruksi jalan napas timbul saat pasien
kejang.
2. B2 (blood)
Hipotensi, takikardi, hipertermi.
3. B3 (brain)
Nyeri kepala hebat akibat TIK meningkat,
kejang, rigiditas nukal, tanda kernig &
brudzinsky positif, fontanel menonjol,
parestesia dll.
PENGKAJIAN
3. Pemeriksaan fisik
4. B4 (bladder)
Saat pasien kejang terjadi inkontinensia urin.
5. B5 (bowel)
Mual, muntah proyektil, nafsu makan turun,
anak tidak minum.
6. B6 (integumen & muskuluskeletal)
Ruam kulit, eritema, purpura akibat kolaps
vaskuler dan hemoraghi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tak-efektif b.d.
relaksasi lidah dan reflek gangguan sekunder
terhadap kejang atau gangguan inervasi otot
2. Hipertermia b.d. tak efektifnya termoregulasi
sekunder terhadap infeksi atau inflamasi selaput
meningen
3. Nyeri b.d. peningkatan tekanan intra kranial
sekunder terhadap meningitis
4. Resiko infeksi b.d. sisi masuknya organisme
sekunder terhadap prosedur diagnostik (lumbal
pungsi)
5. Ansietas b.d. prosedur tindakan, lingkungan baru
dan perpisahan dengan orang tua
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan: resiko tinggi jalan nafas in-efektif b.d.
relaksasi lidah & reflek gangguan sekunder thd
kejang atau gangguan inervasi otot.
Tujuan: bersihan jalan nafas klien efektif setelah di beri
tindakan selama 1 X 24 jam
Kriteria hasil: - jalan nafas bebas dari sumbatan/obstruksi
- RR dlm batas normal (sesuai usia Klien)
- tidak terjadi kejang terulang
- tidak terdapat suara nafas ronchi/gargling
- suara nafas vesikuler/bronkovesikuler
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi:
1. kaji riwayat kejang, observasi adanya demam,
pantau tekanan darah, RR dan suhu. Bila sudah
terjadi kejang, observasi durasi kejang dan
dokumentasikan karakteristiknya (jika kx sudah
tertangani). [rasional: untuk mengantisipasi dan
mewaspadai terjadinya komplikasi dari kejang dan
memberi petunjuk untuk memandu tindakan yang
tepat pada klien]
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. selama klien kejang, lakukan hal berikut:
- baringkan klien pada alas datar (bila mungkin).
[rasional: untuk mencegah cedera]
- kendurkan pakaian sekitar leher. [rasional:
memberikan kebebasan klien untuk bernafas]
- bebaskan jalan nafas klien, berikan tounge spattel
yang di bungkus kain / kassa pada mulut klien.
[rasional: mencegah terjadinga obstruksi akibat
terjatuhnya lidah ke belakang]
INTERVENSI KEPERAWATAN
- berikan oksigen tambahan (mis. Nasal kanula)
sesuai kebutuhan dan indikasi. [rasional: untuk
mencegah hipoksia & mempertahankan suplai O2
ke otak]
- berikan lingkungan yang aman pada klien, jauhkan
dari benda2 yang beresiko mencederai anak selama
kejang. [rasional: untuk mencegah terjadinya
cedera]
- auskultasi suara nafas klien. [rasional: untuk
menentukan adanya bersihan jalan nafas in-efektif
akibat adanya sekret maupun obstruksi jalan nafas
dan menentukan apakah klien butuh suctioning]
INTERVENSI KEPERAWATAN

- berikan posisi kepala miring pada klien saat


berbaring, hisap sekret maupun muntahan dengan
suction. [rasional: untuk mencegah aspirasi dan
mempermudah aliran sekret keluar serta pada saat
suctioning]
- berikan cairan secara parenteral jika dibutuhkan.
[rasional: untuk memberikan cairan mencegah/
mengatasi syok, dan memudahkan terapi jika di
butuhkan pengoplosan obat per drip]
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
anti konvulsan, anti piretik (bila demam) dan anti
biotik. [rasional: untuk merelaksasikan otot
sehingga tidak terjadi kejang, menurunkan demam
dan untuk mengobati meningitis sehingga
mencegah kejang berulang]
4. Observasi TTV pasien secara ketat, pantau suhu, RR,
tekanan darah dan nadi, observasi tingkat kesadaran
pasien, dan kondisi anak pasca kejang. [rasional:
untuk mewaspadai terjadinya kejang berulang dan
mengidentifikasi kondisi anak].
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai