Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PEMENUHAN ELIMINASI

Kelompok 1
AINNISHA IBRAHIM HAMID
ALMAIDAH TENDA
ARI M.A. NAHAK
FEBI YANTI TIMULI
FELIKSIA J. ASA
JUWINDA HONIN
NEFRIANA SABNENO
ORIN RIHI
SOFIA A. SONBAI
LIBNI A. TANEO
Pemenuhan eliminasi
01 PENILAIAN POLA MIKSI
(berkemih)

02 Penilaian pola defekasi


Your Picture Here

Pola miksi
Your Picture Here

Miksi adalah proses pengosongan


kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu :
.
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di
dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua Timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga
dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.
Column 01 Refleks berkemih
Style Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi,
banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai
tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam
dengan garis putus putus. Keadaan ini disebabkan oleh
refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang
sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh
reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai
terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih
tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung
kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks
kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf
parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Column 01 Lanjutan
Style
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya
secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih
terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor lebih kuat. Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini
akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya
akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan
selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang
menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi
siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi
yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks
yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks
miksi ini berhenti.
POLA NILAI DEFEKASI

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh
dua refleks defekasi yaitu :

01 Refleks defekasi instrinsik

02 Refleks defekasi parasimpatis


Refleks
defekasi
instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik
pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan
feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna
tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
Refleks
defekasi
parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 ,
4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal
parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal
dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau
bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan
diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang
menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang
meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara
sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal,
maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat
menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.

Lanjutan
GANGGUAN ELIMINASI URINE
85% 35% 65% 45%
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem
tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah
gangguan urine. Gangguan eliminasi urine kemungkinan
disebabkan : (Supratman. 2003)
 Inkopenten outlet kandung kemih;
 Penurunan kapasitas kandung kemih;
 Penurunan tonus otot kandung kemih;
 Kelemahan otot dasar panggul.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara
lain :
Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine
acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk
mengosongkan sendiri.
. .
Tinusis
Tinusis ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada
anak-anak umumnya malam hari.

Inkontinensis
Inkontinesia
.
Urine ialah bak yang tidak
terkontrol.
.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai