Anda di halaman 1dari 28

Batang

Lentur
Kelompok III
Aurellia Winda Virani De’e / F 111 19 120
Ivonne Angellin Rengku / F 111 19 096
Nurul Anisa / F 111 19 236
Rahmi soviah / F 111 19 206
Nilam Yulia Wati / F 111 17 313
Safri B Satangke / F 111 17 212
Batang Lentur
Perencanaan batang lentur meliputi empat hal yaitu:
perencanaan lentur, geser, lendutan, dan tumpuan. Perencanaan
sering kali diawali dengan pemilihan sebuah penampang batang
sedemikian sehingga tegangan lentur yang terjadi memenuhi
persyaratan, kemudian dilakukan kontrol terhadap tegangan geser
dan lendutan. Apabila kontrol terhadap tegangan geser atau
lendutan tidak terpenuhi, maka dilakukan perubahan penampang
batang.
— I Perencanaan Batang Lentur
Batang lentur direncanakan untuk dapat mendukung gaya
momen lentur dan gaya geser seperti pada Persamaan 6.1.
Tahanan terkoreksi adalah hasil perkalian tahanan acuan dengan
faktor-faktor koreksi. Komponen struktur lentur yang memikul
gaya-gaya setempat harus diberi pendetailan tahanan dan kestabilan
yang cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut.
Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung momen lentur, gaya geser, dan lendutan.
Untuk komponen struktur berbentang sederhana yang tidak menyatu dengan tumpuan
tumpuannya maka bentang rencana adalah bentang bersih ditambah setengah kali panjang
tumpuan pada masing-masing ujung.

Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang terletak jauh dari tumpuan dan berada pada
sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat dikurangi menggunakan
konfigurasi takikan yang diiris miring secara bertahap daripada menggunakan takikan dengan
sudut tajam. Apabila harus dibuat takikan dengan sudut tajam, maka perkuatan dengan alat
pengencang perlu ditambahkan untuk mencegah timbulnya retak seperti terlihat pada Gambar
6.1. Takikan pada ujung balok tidak boleh melampaui seperempat tinggi balok untuk balok
masif, dan sepersepuluh tinggi balok untuk balok glulam (kayu laminasi struktural). Balok tidak
boleh ditakik di lokasiselain daripada di ujung balok bertumpuan sederhana.
Tahanan lentur balok pada setiap penampang yang bertakik, baik di sisi tarik maupun di sisi
tekan, tidak boleh melampaui tahanan lentur dari penampang neto pada lokasi yang bertakik,
bila takikannya berada pada sisi tekan. Bila suatu takikan berada pada sisi tarik, dan momen
yang bekerja di sepanjang bagian yang bertakik tersebut melebihi setengah tahanan lentur
balok yang dihitung pada penampang neto minimum bertakik maka tahanan lentur seluruh
balok ditentukan oleh neto bertakik tersebut.

Gambar 6.1 Takikan pada tumpuan ujung: (a) takikan miring; dan (b)
penambahan alat pengencang
Apabila balok diletakkan secara tidur (dimensi lebar lebih besar
dari pada dimensi tebal/tinggi) sehingga menderita tegangan lentur pada sumbu
lemahnya, maka tahanan lentur acuan dapat dikalikan dengan faktor koreksi
penggunaan datar (Cfu) seperti pada Tabel 6.1.
01 Pengaku lateral (Bracing)
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar daripada dua dan dibebani
terhadap sumbu kuatnya harus memiliki pengaku lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk
mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral. Pengaku lateral tidak diperlukan pada balok
berpenampang bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang mengalami lentur terhadap sumbu
lemahnya saja.

Untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau peralihan lateral
ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap tebal nominal, d/b, sebagai
berikut:

a) d/b ≤ 2: tidak diperlukan pengekang lateral;


b) 2 < d/b < 5: Semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu masif
pada seluruh ketinggian balok;
c) 5 ≤ d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;
 d) 6 ≤ d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap selang 2.400 mm kecuali
bila kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan atau bila sisi tekan
balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberi
pengekang lateral untuk mencegah rotasi;
e) d/b ≥ 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh panjangnya.

Pengaku lateral harus diadakan pada semua balok kayu masif berpenampang persegi panjang
sedemikian sehingga rasio kelangsingannya (Rb) tidak melebihi 50 seperti pada Persamaan 6.2
dengan le adalah panjang efektif ekivalen yang nilainya dapat dilihat pada Lampiran 1.

= ≤ 50 (6.2)
Tahanan lentur balok yang
02 terkekang dalam arah lateral
  Anggapan balok yang terkekang penuh dalam arah lateral dijumpai pada kondisi-kondisi berikut
ini: a) balok berpenampang bundar atau bujursangkar, b) balok berpenampang persegi panjang
yang terbebani pada arah sumbu lemahnya saja, atau c) balok
berpenampang persegi panjang yang terbebani pada arah sumbu kuat dan memenuhi persyaratan
pengaku lateral (bracing) seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tahanan lentur balok dihitung
dengan anggapan nilai faktor koreksi stabilitas balok () sama dengan 1,00. Tahanan lentur
terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur
terhadap sumbu kuatnya (x – x) adalah:
  == ’ (6.3)’
Keterangan:
= : tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah
: modulus penampang lentur terhadap sumbu lemah
’ : kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah dengan nilai
faktor koreksi = 1,00
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang
terlentur terhadap sumbu lemahnya (y – y) adalah:

  == ’ (6.4)
Keterangan:

= : tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat


: modulus penampang lentur terhadap sumbu kuat
’ : kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat dengan nilai
faktor koreksi = 1,00

Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh Persamaan 6.3 harus dikalikan dengan faktor
koreksi bentuk (Cf) sebesar 1,15 untuk komponen struktur berpenampang bundar selain daripada
untuk tiang dan pancang, dan harus dikalikan dengan faktor bentuk sebesar 1,40 untuk komponen
struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap sumbu diagonal.
Tahanan lentur balok tanpa
03 pengekang lateral penuh
Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x–x) dari balok
berpenampang prismatis persegi panjang tanpa pengekang lateral atau
bagian yang tak-terkekang dari balok tersebut, adalah:

  =’ (6.5)

Faktor stabilitas balok () dihitung sebagai berikut:


  dan adalah modulus penampang untuk lentur terhadap
sumbu kuat (x–x); * adalah tahanan lentur untuk lentur
terhadap sumbu kuat (x–x) dikalikan dengan semua faktor koreksi
kecuali faktor koreksi penggunaan datar () dan faktor koreksi
stabilitas balok (); = 0,95; = 0,85 adalah faktor tahanan
stabilitas; adalah momen tekuk lateral elastis yang dapat
diperoleh pada Persamaan 6.8.
— II Gaya Geser

beban yang mengakibatkan lentur


bekerja pada muka balok yang
berlawanan dengan muka
tumpuan maka seluruh beban
yang terletak di dalam jarak d
(tinggi balok) dari bidang muka
tumpuan tidak perlu
diperhitungkan dalam
menentukan gaya geser perlu Gambar 6.2 Reduksi gaya geser sejarak tinggi
seperti terlihat pada Gambar 6.2. balok dari muka tumpuan
Tahanan geser terkoreksi (’) dihitung dengan Persamaan 6.9,
dengan ’ adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi, adalah momen
inersia balok, adalah lebar penampang balok, dan adalah momen
statis penampang terhadap sumbu netral.

Untuk penampang persegi panjang dengan lebar , dan tinggi ,


Persamaan 6.9 dapat disederhanakan menjadi Persamaan 6.10.
01 Tahanan geser di daerah takikan
 
Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah balok persegi
panjang setinggi d, tahanan geser terkoreksi pada penampang bertakik
dihitung dengan Persamaan 6.11, dengan d adalah tinggi balok tanpa
takikan dan dn adalah tinggi balok di dalam daerah takikan.

(6.11)

Sebagai laternatif, apabila pada ujung takikan terdapat irisan


miring dengan sudut (lihat Gambar 6.1) terhadap arah serat kayu
untuk mengurangi konsentrasi tegangan maka tahanan geser terkoreksi
pada penampang bertakik dihitung sebagai:

(6.12)
02 Tahanan geser di daerah sambungan

Suatu sambungan pada balok persegi


panjang menyalurkan gaya yang cukup
besar sehingga menghasilkan lebih dari
setengah gaya geser di setiap sisi
sambungan maka tahanan geser
terkoreksi dihitung berdasarkan
  Persamaan 6.13 dengan adalah tinggi
efektif balok pada daerah sambungan
seperti ditunjukkan pada Gambar 6.3.

(6.13)
— III. Lendutan

Selain mengalami lenturan dan geser, batang lentur juga menderita


lendutan. Lendutan pada batang lentur dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan tegangan. Batang lentur pada sistim lantai diharuskan memiliki
lendutan yang kecil untuk menghindari timbulnya keretakan pada penutup
lantai seperti keramik. Sehingga pada beberapa jenis struktur tertentu sering
kali dimensi penampang balok ditentukan oleh pembatasan nilai lendutan,
tidak oleh tegangan lentur.
Lendutan sebuah batang lentur seperti Gambar 6.4 ditentukan oleh banyak faktor seperti gaya-
gaya luar yang bekerja, bentang balok, momen inersia penampang, dan modulus elastisitas lentur
terkoreksi seperti dinyatakan dalam Persamaan 6.14. Modulus elastisitas lentur terkoreksi
merupakan hasil perkalian antara modulus elastisitas lentur dengan faktor koreksi. Untuk balok
lentur dengan beban merata sepanjang bentang, lendutan maksimum dihitung berdasarkan
Persamaan 6.15. Dan untuk balok dengan beban terpusat di tengah bentang, lendutan maksimum
dihitung berdasarkan Persamaan 6.16.
Gambar 6.4 Bentuk lendutan pada balok dengan tumpuan sederhana

Lendutan ijin komponen batang lentur pada konstruksi terlindung


adalah L/300 dan pada konstruksi tidak terlindung adalah L/400
dengan L adalah panjang bentang bersih. Nilai lendutan ijin perlu
diperhitungkan pada pembebanan yang berasal dari berat sendiri dan
beban tetap.
— II Perencanaan Tumpuan

Balok kayu pada bagian tumpuan atau pada lokasi dimana gayagaya luar bekerja secara
langsung menderita tegangan tekan tegak lurus serat seperti pada Gambar 6.5. Oleh karena
itu, bidang kontak antara balok dengan tumpuan atau dengan gaya-gaya luar harus
direncanakan sedemikian sehingga Persamaan 6.17 dapat terpenuhi. Pu adalah gaya tekan  
terfaktor, A adalah luas tumpuan, = 0,90, dan adalah tegangan tekan tegak lurus serat
terkoreksi yang diperoleh pada Persamaan 6.18.
Apabila panjang bidang tumpu () dalam arah
panjang komponen struktur tidak lebih dari 150

 
mm dan jarak ke bidang tumpu dari ujung kolom ()
lebih besar dari 75 mm seperti Gambar 6.5, maka
tahanan tekan tegak lurus serat dapat dikalikan
dengan faktor koreksi
bidang tumpu () seperti pada Persamaan 6.19
dengan nilai dalam satuan mm.

Tumpuan balok (6.19)

Gambar 6.5 Tegangan tekan tegak lurus serat


pada daerah tumpuan
Apabila bidang kontak antara tumpuan dengan balok lentur tidak tegak lurus serat, melainkan bersudut
seperti pada Gambar 6.6, maka kontrol tegangan tekan harus dilakukan berdasarkan Persamaan 6.20.
●  
Tegangan tekan terkoreksi pada sudut dapat diperoleh dengan persamaan Hankinson seperti pada
Persamaan 6.21. ’ adalah tegangan tekan sejajar serat terkoreksi yang diperoleh pada Persamaan 6.22.

  Tegangan tekan

Balok tumpuan

Gambar 6.6 Tegangan tekan bersudut


pada struktur atap miring
Contoh Soal
Balok dari sistim lantai mendukung beban mati terbagi merata
sebesar 5 kN/m’ (termasuk berat sendiri) seperti gambar di bawah.
Apabila dimensi balok kayu yang digunakan adalah 80/200 dengan kode
 
mutu E19, tunjukkan apakah dimensi balok yang dipilih memenuhi
persyaratan tahanan lentur, geser, dan lendutan ijin. Gunakan faktor
koreksi
Penyelesaian :

Karena balok berasal dari sistem lantai, maka dapat diamsumsikan terdapat kekangan
lateral pada kedua ujungnya setinggi balok dan kekangan pada sisi tekan (sisi atas) balok
sepanjang bentang. Sehingga faktor koreksi stabilitas balok () tidak perlu diperhitungkan.

Hasil analisis struktur dengan kombinasi pembebanan 1,4D


 
Momen lentur maksimum

Gaya geser maksimum


Dimensi balok 80/200 memenuhi persyaratan tahanan lentur,
 
tahanan geser, dan lendutan ijin. Walaupun demikian, dimensi balok
bisa diperkecil apabila diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai