Anda di halaman 1dari 24

PENGGOLONGAN OBAT

Apt. KAHARUDDIN. S. Farm


 Penggolongan sederhana dapat diketahui
dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat
untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain
itu ada beberapa penggolongan obat yang
lain, dimana penggolongan obat itu
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan
dan ketepatan penggunaan serta
pengamanan distribusi.
Berdasarkan undang-undang obat
digolongkan dalam

 1.Obat Bebas
 2.Obat Keras
 3.Obat Psikotropika
 4.Obat Narkotika
OBAT BEBAS

 Obat bebas adalah obat yang boleh


digunakan tanpa resep dokter (disebut obat
OTC = Over The Counter), terdiri atas obat
bebas dan obat bebas terbatas.
Obat Bebas

 Ini merupakan tanda obat yang paling


"aman" .
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli
bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa
resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau
bergaris tepi hitam. Obat bebas ini
digunakan untuk mengobati gejala penyakit
yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin
(Livron B Plex, )
Lanjutan :

 digunakan untuk menangani penyakit-penyakit


simptomatis ringan yang banyak diderita
masyarakat luas yang penanganannya
dapat dilakukan sendiri oleh
penderita atau self medication (penanganan
sendiri atau swamedikasi). Obat ini telah
digunakan dalam pengobatan secara ilmiah
(modern) dan terbukti tidak memiliki risiko
bahaya yang mengkhawatirkan.
Contoh Obat Bebas Berdasarkan
Penandaannya :

Oralit, beberapa analgetik atau pain killer (obat


penghilang rasa nyeri) dan beberapa antipiretik
(obat penurun panas) seperti parasetamol,
ibuprofen, asetosal (aspirin), beberapa
suplemen vitamin dan mineral / multivitamin
 seperti vitamin C, dan vitamin B kompleks,
antasida DOEN, minyak kayu putih, OBH, obat
gosok, obat luka luar, dll.
Obat bebas terbatas

 Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) :


(W : Waarschuwing = peringatan/waspada).
yakni obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih
bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai
tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya,
obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada
kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan
yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau
kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan
sebagai berikut
 P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan
pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar
dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan
ditelan
Contoh Obat Bebas Terbatas :

 Obat flu kombinasi (tablet), antihistamin


(CTM, difenhidramin, dimenhidrinat),
bromheksin, antiemetik (antimo), piperazin,
prometazon, mebendazol, klorokuin, kalii
kloras, suppositoria, obat tetes mata untuk
iritasi ringan, dll.
Kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep dengan Peraturan
Menteri Kesehatan
nomor 919/MENKES/PER/X/1993
tentang Kriteria Obat Yang Dapat
Diserahkan Tanpa Resep.
Pasal 1 dalam Peraturan Menteri ini
yang dimaksud dengan :

 Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter


gigi, dokter hewan kepada apoteker pengelola apotik
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Rasio khasiat keamanan adalah perbandingan relatif
dari keuntungan penggunaannya dengan
mempertimbangkan resiko bahaya penggunaannya.
 Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Pasal 2 bahwa obat yang dapat diserahkan
tanpa resep harus memenuhi kriteria :

 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan


pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
 Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
 Penggunaannya diperlukan untuk penyakit
yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
 Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan
yang dapat dipertanggung jawabkan untuk pengobatan
sendiri.
 Dalam rangka self medication menggunakan
OB atau OBT, perhatikan kemasan dan
brosur yang terdapat di dalamnya.
Berdasarkan SK MenKes No. 917 tahun
1993, pada setiap kemasan/brosur OB dan 
OBT harus menyebutkan informasi
obat sebagai berikut:
 Nama obat (merek dagang dan  Efek samping (efek negatif
kandungannya);
yang timbul, yang bukan
 Daftar dan jumlah bahan berkhasiat
yang terkandung di dalamnya;
merupakan kegunaan obat);
 Petunjuk cara penggunaan;

 Nama dan alamat produsen tertulis


dengan jelas;
 Dosis (takaran) dan aturan
 Izin beredar ditunjukkan dengan
adanya nomor batch dan nomor
penggunaan obat;
registrasi dari Badan Pengawas  Cara penyimpanan obat;
Obat dan Makanan (BPOM) atau  Peringatan;
Departemen Kesehatan (DepKes);
 Kondisi obat masih baik.
 Informasi tentang interaksi
Perhatikan tanggal kadaluwarsa obat yang bersangkutan
(masa berlaku) obat dengan obat lain yang
 Indikasi (petunjuk kegunaan obat); digunakan dan/atau dengan
 Kontra-indikasi (petunjuk makanan yang dikonsumsi.
penggunaan obat yang tidak
diperbolehkan);
OBAT KERAS

 Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk =


berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk
memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai
tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan
tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik
(tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-
obatan yang mengandung hormon (obat kencing
manis, obat penenang, dan lain-lain).
 Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai
sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,
memperparah penyakit atau menyebabkan mematikan.
Contoh Obat Keras :

Amoxicillin, Cefadroxil, Ciprofloksaxin (Antibiotik)


Asam Mefenamat, Potasium a/ Natrium
Diclofenac (Analgetik)
Methil Prednisolon, Dexamethason (Anti Radang)
Simvastatin (Kolesterol)
Amlodipine, Captopril (Hipertensi)
dll
Obat keras (OWA)

Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum


dalam :
Keputusan Menteri Kesehatan nomor
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi
Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
Keputusan Menteri Kesehatan nomor
924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 2
Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 3
Lanjutan...

 peran apoteker di apotek dalam pelayanan


KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
serta pelayanan obat kepada masyarakat
perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan
pengobatan sendiri. persayaratan yang
harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
Lanjutan...
 Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data
pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
 Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin
salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
 Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar
mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara
penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta
tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut
timbul.
Tujuan penggunaan OWA

 Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan


obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang
digolongkan dalam OWA adalah obat ang
diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita
pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam
mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison),
infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin),
antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993,
kriteria obat yang dapat diserahkan

 Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita


hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65
tahun.
 Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit.
 Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
 Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia.
 Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Tabel contoh OWA

Obat Indikasi Jumlah yang boleh


diberikan

Asam mefenamat Antiinflamasi dan 10 tablet


anlagesik

Salep hidrokortison Antialergi topikal 1 tube

Obat KB antifertilitas 1 siklus (28 hari)


Terimakasih........

Anda mungkin juga menyukai