Anda di halaman 1dari 138

PLENO 3.6.

4
Kelompok 23D
ANGGOTA
1. Wahyu Agnata Surya
2. Nadhifa Andiya Murfi
3. Najmi Shauqy Tanjung Arrahman
4. Refa Rahmaddiansyah
5. Ivena Salsabilla Rahma
6. Virnanda Trisnorizki Saputra
7. Ilma Fitri Sakina
8. Ulfa Hulkarimah
9. Muhammad Farhan Hasan
10. Zakiyah Ulfah
TERMINOLOGI
1. Hemiparese : kondisi ketika salah satu sisi tubuh dari kepala sampai kaki
mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan
2. EDH : epidural hematoma; perdarahan/akumulasi darah pada lapisan
luar duramater dan sisi bagian dalam tulang tengkorak
3. GCS : glaslow coma scale, skala yang digunakan untuk menentukan
tingkat kesadaran seseorang, berdasarkan respon mata, verbal, dan
motorik pasien
Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab terjadinya penurunan kesadaran pada anak tersebut?
2. Apa hubungan terminum pembersih lantai dengan penurunan kesadaran anak?
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik, ekstremitas, lab, dan radiologi anak?
4. Kenapa hasil CT scan didapatkan EDH luas pada kepala kanan? Mengapa dapat terjadi EDH pada anak?
5. Bagaimana tatalaksana pada anak yang terminum pembersih lantai?
6. Mengapa pada anak ditemukan memar-memar pada seluruh tubuhnya, dan apa hubungan dengan
kondisinya saat ini?
7. Mengapa ditemukan memar yang warnanya berbeda-beda?
8. Apa dampak yang terjadi dari kekerasan yang dialami anak tersebut?
9. Bagaimana dokter menangani kegawatdaruratan pasien?
10. Apa saja resep obat yang harus dibeli ibu untuk Ana?
11. Bagaimana UU perlindungan anak terhadap kasus Ana?
12. Bagaimana peran kita sebagai dokter jika menemukan kasus kekerasan pada anak?
1. Apa penyebab terjadinya penurunan kesadaran
pada anak tersebut?
Kesadaran adalah kondisi sadar terhadap diri sendiri
dan lingkungan. Kesadaran diatur oleh kedua
hemisfer otak dan ascending reticular activating
system (ARAS), yang meluas dari midpons ke
hipotalamus anterior. Gangguan pada salah satu saja
bagian tersebut akan menyebabkan gangguan
kesadaran.

Koma non traumatik merupakan penyebab tersering


pada bayi dan anak-anak, dimana infeksi pada otak
(ensefalitis), meningens (meningitis), atau keduanya
merupakan penyebab tersering gangguan kesadaran
pada kasus non traumatik.
2. Apa hubungan terminum pembersih lantai dengan penurunan kesadaran anak?
Produk cairan pembersih lantai yang dimaksud merupakan produk kebersihan rumah
tangga yang mengandung benzalkonium klorida. Benzalkonium klorida merupakan
senyawa kimia golongan ammonium kuartener dan bersifat bakteriostatik. Senyawa ini
digunakan sebagai komponen aktif dalam desinfektan dan sanitizer produk rumah tangga,
pertanian, rumah sakit dan sebagainya.
Mekanisme keracunan bahan tersebut adalah menyebabkan iritasi pada jaringan karena
bahan bersifat dapat mengendapkan dan mendenaturasi protein, keratolitik (dapat
menghilangkan lapisan keratin di kulit) dan korosif. Efek keracunan benzalkonium
klorida tergantung pada jumlah bahan (dosis) dan rute paparan. Benzalkonium klorida
yang tertelan dapat menyebabkan efek lokal dan sistemik, antara lain rasa sakit di mulut
dan kerongkongan (seperti terbakar), muntah, hipersalivasi (sekresi air liur yang
berlebihan), dan gangguan gastrointestinal.
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik, ekstremitas, lab, dan radiologi anak?
TD = hipotensi krn keracunan zat
Nadi = takikardia; RR = meningkat
GCS 7 = somnolen
Hemiparese kiri = penyebab karena cedera atau jaringan otka yang menyebabkan
perdarahan di otak
Hb = anemia; Leukosit = meningkat
Na = hiponatremi K = hipokalemi
Cl = rendah
Radiologi fraktur
EDH = perdarahan dari cabang arteri meningeal media, biasanya krn fraktur tengkorak
4. Kenapa hasil CT scan didapatkan EDH luas pada kepala kanan? Mengapa dapat
terjadi EDH pada anak?
EDH  fraktur tulang tengkorak, robekan pembuluh darah  akumulasi darah antara
duramater dan tulang tengkorak..
EDH pecah pembuluh darah pada sisi kanan, sehingga pasokan ke otak kanan terganggu,
sehingga gangguan motorik berupa hemiparesisi pada sisi kiri
5. Bagaimana tatalaksana pada anak yang terminum pembersih lantai?
Resusitasi, ABC, identifikasi kausus keracunan melalui anamnesis dan pemfis lengkap,
mencari tau bahan yang masuk ke tubuh anak, biasanya masuk melalui rute pencernaan.
Sudah berapa lama kejadiannya? Berapa jumlah racun yang terminum? Apa tanda yang
muncul sesaat setelah terminum? Lakukan tindakan dekontaminasi dari saluran cerna
(lambung) utk menghambat absorpi di saluran cerna, bisa dilakukan dengan bilas
lambaung atau merangsang muntah. Bisa juga dihambat absropsinya dengan pencahar dan
pertimbangkan kelebihan dan kekurangan. Berikan antidotum.
6. Mengapa pada anak ditemukan memar-memar pada seluruh tubuhnya, dan apa hubungan
dengan kondisinya saat ini?
Luka memar diakibatkan kekerasakan tumpul sehingga terjadi perdarahan dibawah kulit yang tambak
sebagai memar. Warnanya karena degradasi hemoglobin, warnanya berbeda-beda tergantung waktu,
violet, hijau, kuning, hilang dalam beberapa hari-minggu. Pada skenario mungkin dikarenakan
kekerasan. Karena warnanya berbeda2 berarti Ana mengalami kekerasan tumpul dalam waktu yang
berbeda-beda. Penyebab memar lain:
• Trauma atau cedera yang tidak disadari. Ketika anak mulai lebih aktif bergerak, orangtua bisa saja
tidak menyadari adanya cedera-cedera kecil yang dialami anak. Misalnya, terbentur kursi atau meja,
terkena bagian tertentu dari mainan, tersandung saat sedang belajar berjalan, atau terbentur bahkan
terjatuh saat sedang tertidur.
• Gangguan pembekuan darah. Sebagian anak dapat mengalami gangguan pembekuan darah, seperti
hemofilia, trombositopenia (kekurangan trombosit), atau penyakit von Willebrand.
• Kekurangan zat gizi tertentu. Anak dengan gizi kurang atau gizi buruk akan mengalami kekurangan
zat gizi penting seperti vitamin K dan C, yang berdampak pada proses pembekuan darah dan gangguan
fungsi dinding pembuluh darah. Akibatnya, anak akan mudah mengalami perdarahan, yang tampak
sebagai memar.
• Penyakit sistemik tertentu. Memar tanpa sebab dapat menjadi tanda dari penyakit tertentu seperti
leukemia. Pada kondisi ini, memar biasanya diikuti oleh gejala lain seperti mimisan atau gusi berdarah.
7. Mengapa ditemukan memar yang warnanya berbeda-beda?
Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam,
setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning
dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan
warna tersebut berlangsung mulaidari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung
derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya
Memar berbeda-beda warna mengindikasi kekerasan sudah berapa lama memarnya,
penyebabnya apa, harus lakukan anamneisis lebih spesifik. Umur dari memar bisa
dilakukan dengan histologi dan mengukuran warna memar. Memar kuning di superficial,
jika lebih gelap mungkin karena kekerasan tumpul yang lebih berat. Setelah tau umur
memar, tanyakan awal warna memar seperti apa. Anamnesis kerusakan pembuluh darah
dari memar.
8. Apa dampak yang terjadi dari kekerasan yang dialami anak tersebut?
1. Dampak Fisik
Dampak dari kekerasan secara fisik dapat mengakibatkan organ-organ tubuh siswa
mengalami kerusakan seperti memar, luka-luka, trauma pada korban, kecacatan, bahkan
dapat mengakibatkan korban meninggal.
2. Dampak psikologis
Dampak psikologis dapat berupa rasa takut, rasa tidak aman, gelisah, dendam,
menurunnya semangat belajar, hilangnya konsentrasi, menjadi pendiam, serta mental
anak menjadi lemah, menurunnya rasa percaya diri, bahkan depresi. Dampak psikologi
dapat dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Dampak psikologi ringan seperti
resistensi terhadap lingkungan. Dampak psikologi sedang seperti pendiam, menutup diri
atau dikenal dengan introvert. Dampak psikologi yang berat seperti bunuh diri.
3. Dampak seksual
Siswa yang mengalami kekerasan seksual seperti perkosaan bisa saja akan menimbulkan
dampak dalam jangka panjang seperti kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular
seksual termasuk HIV/AIDS, gangguan/kerusakan organ reproduksi.
9. Bagaimana dokter menangani kegawatdaruratan pasien?
Tindakan awal ABC/mengamankan jalan napas anak
Stabilisiasi, anamnesis penyebab penurunan kesadaran anak, waktu lokasi dan durasi
Lakukan tindakan pemberian glukosa untuk metabolisme otak sambil dilihat respon, jika
respon positif lanjutkan, jika tidak singkirkan dx hipoglikemia
Berikan antidotum spesifik zat pembersih lantai, jika tidak ada cukup stabilisiasi
Cegah peingkatan TIK dengan elevasi kepala 30 derajat diatas bidang datar
10. Apa saja resep obat yang harus dibeli ibu untuk Ana?
EDH  menyebabkan peningkatan TIK  manitol 0,5-1 mg/kg/bb
Glukosa
Obat untuk keracunan
EDH luas perlu penanganan ke bagian bedah dievakuasi perdarahannya agar tidak terjadi
cedera neurologis permanen

11. Bagaimana UU perlindungan anak terhadap kasus Ana?


Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(“UU Perlindungan Anak”)
Pasal tentang penganiayaan anak ini diatur khusus dalam Pasal 76C UU 35/2014
Sementara, sanksi bagi orang yang melanggar pasal di atas (pelaku
kekerasan/peganiayaan) ditentukan dalam Pasal 80 UU 35/2014
12. Bagaimana peran kita sebagai dokter jika menemukan kasus kekerasan pada anak?
Cari tau kekerasannya dilakukan oleh siapa, apakah ortu atau orang lain
Jika ortunya menutupi dan tidak melaporkan dokter boleh melaporkan
Saat lakukan pemeriksaan fisik langsung dokumentasi luka fisik agar tidak hilang barang
buktinya, minta surat visum ke polisi dan catat hasil pemeriksaan tadi

Prinsip menghadapi korban, lakukan pemeriksaan sedini mungkin utk menjaga barang
bukti
Harus didampingi perawat yang sejenis kelaminn
Pemeriksaan menyeluruh
Catat dan foto
SKEMA
LEARNING OBJECTIVE
1. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan SSP pada anak dan remaja
2. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan sistem respirasi pada anak dan remaja
3. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan kardiovaskular pada anak dan remaja
4. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan intoksikasi pada anak dan remaja
5. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan gangguan keseimbangan cairan
elektrolit pada anak dan remaja
6. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan kekerasan pada anak dan sexual abuse
pada anak dan remaja
STATUS
EPILEPTIKUS
DEFENISI
■ Status Epileptikus secara fisiologis  sebagai aktivitas epilepsi tanpa adanya
normalisasi lengkap dari neurokimia dan homeostasis fisiologis dan memiliki spektrum
luas dari gejala klinis dengan berbagai patofisiologi, anatomi dan dasar etiologi.
■ Status epileptikus didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.
KLASIFIKASI
■ menurut lokasi awal bangkitan : ■ Klasifikasi lainnya :
o korteks (Partial onset) o status epileptikus umum (tonik-
o kedua hemisfer otak klonik, mioklonik, absens,
(Generalized onset) atonik, akinetik)
o status epileptikus parsial
■ menurut pengamatan klinis :
(sederhana atau kompleks)
o Konvulsi
o Non konvulsi
EPIDEMIOLOGI
■ Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum terjadi dengan angka kejadian
kira-kira 60.000 – 160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik umum yang terjadi
di Amerika Serikat setiap tahunnya.
■ Diperkirakan sekitar 10-58 per 100.000 anak.
■ Statusepileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang dari 1
tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi.
Etiologi
■ Simtomatis :
o Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma
kepala, perdarahan, atau stroke.
o Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik
(EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital.
o Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,otoimun (contohnya
vaskulitis).
o Epilepsi.
■ Idiopatik
patogenesis
kelebihan proses eksitasi atau inhibisi yang inefektif
pada neurotransmiter, dan adanya ketidak seimbangan
aktivitas reseptor eksitasi atau inhibisi di otak.

Neurotransmiter inhibitorik yang berperan dalam kejang GABA.


Antagonis GABA seperti penisilin dan antibiotik dapat
menyebabkan terjadinya kejang. Selain itu, kejang yang
berkelanjutan akan menyebabkan desensitisasi reseptor GABA
sehingga mudah menyebabkan kejang

Kerusakan CNS dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan hormon dimana


terdapat glutamat yang berlebihan yang akan menyebabkan masuknya kalsium
dalam sel neuron dan akhirnya menyebabkan apoptosis (eksitotoksik)
Terdapat dua fase dalam status epileptikus :
■ fase pertama ( 0 – 30 menit) Pada fase pertama, mekanisme kompensasi
masih baik dan menimbulkan pelepasan adrenalin dan noradrenalin,
meningkatnya aliran darah ke otak, meningkatnya metabolisme, hipertensi,
hiperpireksia, hiperventilasi, takikardi, dan asidosis laktat.
■ fase kedua (> 30 menit). Pada fase kedua, mekanisme kompensasi telah gagal
mempertahankan sehingga autoregulasi cerebral gagal dan menimbulkan
odem otak, depresi pernafasan, aritmia jantung, hipotensi, hipoglikemia,
hiponatremia, gagal ginjal, rhabdomiolisis, hipertermia, dan DIC.
Manifestasi klinis
■ Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status Epileptikus)
■ Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)
■ Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)
■ Status Epileptikus Mioklonik
■ Status Epileptikus Absens
■ Status Epileptikus Non Konvulsif
■ Status Epileptikus Parsial Sederhana
– Status Somatomotorik
– Status Somatosensorik
■ Status Epileptikus Parsial Kompleks
Diagnosis

Pemeriksaan
penunjang :
Pemeriksaan EEG, EKG,
fisik Ct Scan, MRI

anamnesis
Penatalaksanaan

Stadium I (0-10 menit)


■ Memperbaiki fungsi kardio-respirasi
■ Memperbaiki jalan napas, pemberian oksigen, resusitasi bila perlu.
Stadium II (1-60 menit)
■ Pemeriksaan status neurologis
■ Pengukuran vital sign
■ Monitor status metabolik, AGD, dan status hematologi
■ Pemeriksaan EKG
■ Memasang infus pada pembuluh darah dengan NaCl 0,9%. Bila akan
digunakan 2 macam OAE pakai 2 jalur infus.
■ Pemberian OAE emergensi : Diazepam 0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian
5 mg/menit IV dapat di ulang bila kejang masih berlangsung selama 5 menit.
■ Memasukkan 50 cc glukosa 50% pada keadaan hipoglikemia.
■ Pemberian thiamin 250 mg intravena pada penyandang alkoholisme.
■ Menangani asidosis dengan bikarbonat.
Stadium III (0-60/90 menit)
■ Menetukan etiologi
■ Bila kejang berlangsung terus setelah pemberian lorazepam/diazepam, beri phenytoin iv
15-20 mg/kg dengan kecepatan ≤ 50 mg/menit (monitor tekanan darah dan EKG pada saat
pemberian). Bila kejang masi berlangsung dapat diberikan phenytoin tambahan 5-10
mg/kgbb. Bila kejang berlanjut berikan phenobarbital (harus tersedia fasilitas intubasi) 20
mg/kgbb dengan kecepatan50-75 mg/menit (monitor respirasi pada saat pemberian).
Dapat diulang 5-10 mg/kgbb.
■ Memulai terapi dengan vasopresor (Dopamin) bila diperlukan.
■ Mengoreksi komplikasi
Stadium IV (30-90 menit)
■ Bila kejang tetap tidak teratasi 30-60 menit, pindahkan penyandang epilepsi ke ICU, beri
propofol (2mg/kgbb bolus iv, diulang bila perlu) atau midazolam 0,1 mg/kgbb dengan
kecepatan pemberiaan 4 mg/menit). Atau tiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian dalam
20 menit, dilanjutkan dengan bolus 50 mgsetiap 2-3 menit), dilajutkan sampai 12-24 jam
setelah bangkitan klinik atau bangkita EEG terakhir, lalu dilakukan tapering off.
■ Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan intrakranial, memulai pemberian OAE dosis
rumatan.
KEGAWATDARURAT
AN RESPIRASI
Definisi
■ Adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai mengi dan/ atau batuk
berulang dengan karakteristik:
1. Timbul episodik
2. Cenderung malam/dini hari
3. Musiman
4. Setelah aktifitas fisik
5. Ada riwayat asma / atopi lain
■ Eksaserbasi asma  episode perburukan gejala-gejala asma secara progresif yang
ditandai distres pernapasan
■ Epidemiologi
Prevalensi asma 2001-2003  8,5% pada anak-anak
■ Etiologi
Pajanan terhadap faktor pencetus seperti infeksi virus/alergen, cuaca, kegiatan, psikis
KEGAWATDARURAT
AN
KARDIOVASKULER
SUPRAVENTIKULA
R TAKIKARDI
Definisi

■ apabila denyut jantung melebihi nilai normal sesuai umur, dimana konduksi bukan
berasal dari SA node atau SA node mengalami gangguan
Epidemiologi

■ Dunia 1 / 2.500 anak-anak.


■ paling sering => bayi baru lahir dan bayi (< 4bln).
■ Sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW) => jenis PSVT yang paling umum pada anak-
anak dan bayi.
klasifikasi
patofisiologi

■ Automaticity
■ Re-entry
Manifestasi klinis

■ Kulit pucat.
■ Denyut jantung melebihi 200 kali per menit.
■ Berkeringat.
■ Gelisah
■ Tidak mau minum susu
■ Muntah-muntah
■ Gejala lebih ringan
Diagnosis
■ Elektrokardiografi, untuk melihat aktivitas listrik jantung.
■ Ekokardiografi, untuk menampilkan ukuran, struktur, dan gerak jantung.
■ Holter monitoring, dipakai selama sehari penuh untuk merekam aktivitas
listrik jantung pada saat melakukan kegiatan rutin.
■ Implantable loop recorder, merupakan alat yang dipasang di bawah kulit
pada area dada, untuk mendeteksi irama jantung yang abnormal.
Tatalaksana
Segera
■ Perasat vagus => blok AV
– Meletakkan kantong plastik berisi es pada daerah muka dan mata
– Selama 20 s
– Efektif 25% case
– Pada anak lebih besar => valsava
■ Medikamentosa => blok AV
– Adenosin = lini I = 100-150 ug/KG iv dengan flush salin
– Verapamil = > 12 bln = mulai ditinggalkan karena es
– prokainamid
– Digoksin
■ Electrical conversion
– 0,25-1 joule => maks 2 joule
– Jika ada hipotensi kritis atau hemodinamik tidak stabil
Tatalaksana (Con’t)
Jangka panjang
■ 1/3 membaik sendiri = pengobatan jangka panjang jarang diberikan
■ Sering + simptomatik = berikan propanolol, sotalol atau amiodaron
■ > 5 thun => radifrequency ablacio catheter
■ ARF => keberhasilan 90-98 % dengan kekambuhan 2-5%
Tatalaksana (con’t)
Rujuk
■ Aritmia mengancam jiwa
– Fibrilasi atrial sengan sindrom wolf-parkinson-white
■ Menimbulkan gagal jantung

■ Gagal medikamentosa
Syok Kardiogenik
Etiologi
1. Bayi baru lahir
- PJB
- Kelainan otot jantung akibat hipoksia dan asidosis berat
2. Bayi dan anak
- Obstruksi ekstrinsik dan intrinsik
- Kelainan otot jantung
- Kelainan metabolik
- Kelainan irama jantung
- Pasca operasi jantung

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Diagnosis

■ Anamnesis
■ Pemeriksaan fisik
■ Pemeriksaan penunang

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Diagnosis Banding

■ Syok hipovolemik
■ Syok septik

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana

■ Umum
■ Spesifik

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana Umum

■ Pemasangan infus
■ Koreksi keseimbangan asam basa dan elektrolit
■ Pemasangan kateter vena sentral

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Spesifik

■ Obat-obatan: inotropik, diuretik, vasodilator


■ Intervensi non bedah
■ Intervensi bedah

Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. IDAI. 2011
Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. IDAI. 2011
SERANGAN
SIANOSIS
Definisi
■ Serangan sianotik  kejadian hipoksia paroksismal pada anak akibat
penurunan aliran darah paru dan adanya pirau kanan ke kiri. Serangan
sianotik dapat terjadi pada kondisi jantung apapun yang melibatkan VSD
dan pembatasan alirah darah paru. Penyakit jantung bawaan sianotik
dapat berupa tetralogi Fallot, transposition of great arteries (TGA), dan
persistent truncus arteriosus (PTA).Paling sering dikaitkan dengan ToF
karena ini adalah PJB sianotik yang paling umum.
■ Keadaan gawatdarurat pediatrik yang membutuhkan penanganan segera.
Tetralogi of Fallot
ToF terjadi bila terdapat kegagalan
perkembangan infundibulum.
Sindrom ini terdiri dari 4 kelainan:
• Defek septum ventrikel
• Stenosis pulmonal
• Over riding aorta
• Hipertrofi ventrikel kanan
Derajat beratnya ToF ditentukan oleh
beratnya stenosis pulmonal.
Patogenesis
■ Serangan sianotik disebabkan oleh penurunan aliran darah paru karena
peningkatan resistensi di aliran darah ke paru (a pulmonalis) yang menyebabkan
pirau darah dari kanan ke kiri melintasi VSD. Setiap peningkatan resistensi
pembuluh darah paru (PVR) dan / atau penurunan resistensi sistemik (SVR) akan
menyebabkan pirau kanan ke kiri dan mengakibatkan sianosis.
■ Pada ToF stenosis infundibular biasanya makin lama makin berat, sehingga pada
sebagian pasien sianosis baru tampak setelah bayi berusia beberapa minggu atau
beberapa bulan pasca lahir.
■ Pada bayi terutama usia 2-6 bulan dapat terjadi serangan sianotik, akibat
terjadinya iskemia serebral sementara. Klinisya pasien akan tampak biru, pucah
dengan pernapasan kussmaul (cepat dan dalam), jika tidak segera ditolong akan
menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan meninggal
Patogenesis
■ Faktor pemicu serangan termasuk menangis (peningkatan resistensi paru), buang
air besar (resistensi sistemik berkurang), demam (resistensi sistemik berkurang),
bangun dari tidur siang, makan, takikardia (pengurangan beban) dan ACE
inhibitor (penurunan afterload / resistensi sistemik).
■ Selama serangan penurunan saturasi oksigen (<40%) menyebabkan iritabilitas
otak dan iskemia serebral yang menyebabkan tangisan lebih lanjut; hal ini
meningkatkan resistensi pembuluh darah paru yang semakin memperburuk
kondisinya.
Gejala
• Anak dengan riwayat PJB, akan datang dengan tangisan yang tidak dapat dihibur
• Sianosis,
• Takikardia,
• Hiperapnea (pernapasan meningkat dan lebih dalam karena stimulasi pusat
pernapasan karena pO2 dan pH rendah),
• Auskultasi: intensitas berkurang atau tidak ada murmur (seperti murmur akibat
obstruksi saluran keluar ventrikel kanan sebanding dengan aliran darah ke sirkuit
paru).
• Pada tahap lebih lanjut, serangan dapat menyebabkan kejang anoksik, pernapasan
terengah-engah, dan apnea.
• Serangan bisa berlangsung dari menit ke jam. Mereka cenderung terjadi lebih
sering di pagi hari tetapi bisa terjadi kapan saja.
Tatalaksana
Kegawatdaruratan
Tatalaksana
KEGAWATDARURAT
AN TOKSIKOLOGI
Pengertian

Toksikologi dapat didefinisikan


sebagai ilmu tentang
mekanisme efek berbahaya
(efek toksik) berbagai bahan
kimia terhadap makhluk hidup
dan lingkungan
Racun dapat mengganggu
fungsi tubuh atau bahkan
menghentikan fungsi tubuh
yang berakibat terjadinya
gangguan kesehatan dalam
kondisi gawat darurat
Penatalaksanaan keracunan
membutuhkan terapi yang
tepat sehingga dapat
menyelamatkan nyawa pasien
dan membuat pengobatan
menjadi efektif dan efisien
Jalur masuknya racun

■ Oral
■ Kulit
■ Mata
■ Inhalasi
■ Injeksi
RESIKO BESAR MENGALAMI KOMPLIKASI PADA
PASIEN KERACUNAN

USIA

FARMASETIKAL

POLIFARMASI

KERACUNAN YG
DISENGAJA

PERUBAHAN STATUS
MENTAL
TANDA DAN GEJALA T0KSIKOLOGI

1. Tingkat Kesadaran
■ Keracunan tingkat 1 : penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah berkomunikasi.
■ Keracunan tingkat 2 : penderita dalam keadaan sopor (Stupor), tetapi dapat dibangunkan
dengan rangsangan minimal.
■ Keracunan tingkat 3 : penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap
rangsangan nyeri.
■ Keracunan tingkat 4 : ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam nyawa
dimana penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsangan.
Next . . .

2. Gejala respirasi

3. Tekanan darah dan jantung

4. kejang
BAU YANG KHAS
GEJALA PADA MATA • GEJALA RESPIRATORIK
MIOSIS, MIDRIASIS – DEPRESI PERNAPASAN,
GEJALA PADA KULIT – HIPERVENTILASI
KERING, – EDEMA PARU
BERKERINGAT • GEJALA GASTROINTESTINAL
GEJALA PADA MULUT – KOLIK DIARE,
SALIVASI, MULUT KERING – KONSTIPASI
GEJALA PADA KARDIOVASKULER • GEJALA SUSUNAN SARAF PUSAT
TAKIKARDI, – KEJANG,
BRADIKARDI, – KOMA
HIPERTENSI
• HIPERPIREKSIA
HIPOTENSI,
ARITMIA • SIANOSIS
Tatalaksana

Prinsip Umum :
1.Perawatan suportif A-B-C
2.Mencegah atau mengurangi
absorpsi lebih lanjut
3.Meningkatkan pengeluaran racun
4.Pemberian antidotum spesifik
1. Perawatan suportif
Langkah ABC, resusitasi segera
2. Mencegah absorbsi racun lebih lanjut
DEKONTAMINASI
Mata dan Kulit :
■ Basuh dgn air mengalir
■ Jangan beri antidotum kimia
Terinhalasi : Jauhkan dari sumber racun
Suntikan/Gigitan ular :
■ Pasang Tornikuet
■ Kompres dingin
■ Imobilisasi
Tertelan :
■ Pengosongan lambung(rangsang muntah, bilas lambung)
■ ‘Activated charcoal’
■ Katartik
3. Meningkatkan pengeluaran racun:

EKSRESI
Rangsang diuresis
Peritoneal dialisis
Hemodialisis/hemoperfusi
 pilihan terakhir
Pengawasan pediatrik
nefrologis
4. Antidotum spesifik
› Hanya sebagian kecil,
efek toksis serius
› Dibatasi pada keracunan berat,
jenis racun telah diketahui
› 10% KASUS KERACUNAN
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
KERACUNAN

Fungsi pernapasan
Tekanan Darah
Jantung
Suhu tubuh
Konvulsi (Kejang)
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
KERACUNAN

Konvulsi (Kejang)
Bila kejang berlangsung lama dan berulang,
segera berikan lorazepam 4 mg atau
diazepam (sebaiknya dalam bentuk emulsi)
hingga 10 mg injeksi intravena, pada vena
besar secara perlahan.
PRIORITAS UTAMA PADA
KERACUNAN

Prioritas UTAMA untuk


pasien keracunan yaitu
Perhatikan jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi
(Airway, Breathing, and
Circulation)
Penanganan kegawatdaruratan

- Berikan oksigen jika perlu


- Berikan terapi intravena dan infus ringer laktat atau normal salin
- Jika pasien diduga terekspos opioid berikan nalokson 0,4-2 mg dapat
melalui intravena, endotrakeal, intramuskular, subkutan, intraosseous,
atau sublingual
- Periksa kadar glukosa darah
- Pantau jantung secara kantinyu dan periksa EKG 12 lead sesuai
dengan indikasi
- Pantau output urin
- Cek gas darah arteri sesuai indikasi
- Monitor kadar elektrolit, tanda-tanda vital, dan status neurologis.
PENANGANAN KERACUNAN
Kaji riwayat keracunan :
- Bahan atau zat apa?
- Kapan terjadinya? Apakah akut atau kronik
- Rute paparan
- Apakah saat dikaji ada tanda-tanda atau gejala keracunan
- Banyaknya zat yang terpajan
- Apakah keracunan disengaja atau tidak
- Apakah pasien memiliki riwayat keracunan sebelumnya
- Penanganan prehospital
- Berapa usia pasien
- Kaji riwayat medis pasien apakah ada riwayat penyakit jiwa,
penyakit hati, jantung, dan ginjal
- Apakah ada faktor risiko psikologis, sosial atau lingkungan yang
terlibat
PENANGANAN KERACUNAN KONTAK
KULIT

- Petugas kesehatan yang menolong harus melindungi diri


terhadap kontaminasi sekunder dengan menggunakan
sarung tangan dan celemek
- Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi, cuci seluruh
daerah yang terkontaminasi dengan air hangat yang banyak
- Gunakan sabun dan air untuk bahan berminyak
- Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus
diamankan dalam kantong plastik transparan yang dapat
disegel untuk dibersihkan lebih lanjut atau dibuang.
PENANGANAN KERACUNAN KONTAK
MATA

- Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersih yang mengalir
- Gunakan obat tetes mata anastetik untuk irigasi mata
- Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukannya
terbilas
- Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga pH mata
kembali normal
- Periksa kembali pH mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan
- Jika memungkinkan mata harus diperiksa secara seksama
dengan pengecatan fluorescein untuk mencari tanda kerusakan
kornea
- Jika ada kerusakan konjungtiva atau kornea, harus segera
diperiksa oleh dokter mata
PENANGANAN KERACUNAN YANG
TERHIRUP

- Keluarkan dari sumber pajanan


- berikan oksigen jika perlu
- Terhirupnya gas iritan dapat menyebabkan
pembengkakan dan sumbatan jalan napas
bagian atas, bronkospasme dan delayed
pneumonitis. Jika perlu lakukan Intubasi
endotrakeal, bronkodilator dan ventilator.
GANGGUAN
KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Gangguan
Keseimbangan
Elektrolit

Hiponatremia Hipokalemia
dan dan Hipokalsemia
Hipernatremia Hiperkalemia
HIPOKALEMIA
Definisi
■ Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L.
■ Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular
atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh
■ Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa :
– disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST
segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa.
Tatalaksana
■ Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi,

■ infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia >2 mEq/L) atau
infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk
hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat)
HIPERKALEMIA
Definisi
■ Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L.
■ Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi
kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik)
■ Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan
sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG)
■ Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot rangka dan jantung.
■ Pada EKG didapatkan gelombang T tinggi, pemanjangan interval PR, pemanjangan QRS,
hilangnya gelombang P, 
Tatalaksana
■ Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan: Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca glukonas,
glukonas-insulin, Kayekselate.
■ Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan, dilakukan hemodialisis. Bila fungsi ginjal
jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih dini.
■ Pada kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan dialisis.
CHILD ABUSE
DAN SEX ABUSE
BENTUK KEKERASAN PADA
ANAK
physical abuse
(kekerasan secara
fisik)
social abuse
sexual (kejahatan) (kekerasan secara
secara seksual) social)

psychological abuse
(kekerasan secara
psikologis)

Bentuk Child Abuse, Suharto (1997 : 365-366)


FAKTA DAN DATA KEKERASAN PADA ANAK DI INDONESIA

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia


BENTUK KEKERASAN PADA ANAK DALAM KELUARGA

Hasil Riset KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia


PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN
PADA ANAK DALAM KELUARGA
1. Orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma
pada masa anak-anak.
2. Orang tua yang agresif dan emosional.
3. Orang tua tunggal.
4. Pernikahan dini dan belum siap secara emosional
dan ekonomi.
5. Sering terjadi KDRT.
6. Kemiskinan dan tidak mempunyai pekerjaan.
7. Jumlah anak banyak dan keluarga besar.
8. Adanya konflik dengan hukum.
9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.

Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
Program pencegahan dan
Penanggulangan Kekerasan pada Anak
SEX ABUSE
Epidemiologi
■ Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat
dalam kurun waktu 13 tahun (1998-2011) kasus kekerasan seksual  hampir
seperempat dari seluruh total kasus kekerasan

■ Hal ini berarti, setiap hari ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.

■ ¾ (70,11%) kekerasan seksual berada pada ranah personal, atau dilakukan oleh orang
yang memiliki hubungan dekat.
Jenis-jenis Kekerasan Seksual
Komnas Perempuan mengenali 14 bentuk kekerasan seksual

1. Perkosaan
2. Pelecehan seksual
3. Eskploitasi seksual
4. Penyiksaan seksual
5. Perbudakan seksual
6. Intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan
perkosaan
7. Prostitusi paksa
8. Pemaksaan kehamilan
9. Pemaksaan aborsi
Jenis-jenis Kekerasan Seksual
10. Pemaksaan perkawinan
11. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
12. Kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan
diskriminatif beralasan moralitas dan agama
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
perempuan.
Prinsip Pemeriksaan dan Penatalaksanaan
Korban (P3K) Kekerasan Seksual.

ATTENDING DOCTOR ASSESSING DOCTOR


 diagnosis dan pengobatan. ■ membantu mencari bukti tindak pidana
lewat visum et repertum.
 tidak hanya pengobatan fisik, tetapi
– informed consent
juga pengobatan secara psikis, dalam
bentuk dukungan moral maupun – pengambilan barang bukti
konseling, harus meliputi seluruh
pemeriksaan memperhatikan
kenyamanan korban.
dokter harus bersikap objektif-imparsial ,
confidential dan profesional.
■ Objektif-imparsial artinya adalah dokter harus tetap objektif atau tidak
memihak, namun tetap berempati pada korban (sekaligus pasien).

■ Confidential adalah semua bukti yang didapat harus dilaporkan dan


dikomunikasikan pada korban, wali, serta kepolisian sesuai
kebutuhannya.

■ Profesional yaitu pemeriksaan mengikuti kaidah dan teknologi


kedokteran yang sesuai dengan hak dan kewajiban korban serta dokter.
4 prinsip yang harus diterapkan ketika berhadapan dengan korban
Tahapan pemeriksaan
■ Anamnesis
 anamnesis umum
 data diri dan
 riwayat kesehatan korban.
 anamnesis khusus
 jenis tindakan yang diterima korban,
 apa saja dan bagaimana caranya, tempat dan waktu, serta siapa yang melakukan.

■ Pemeriksaan umum  pemeriksaan menyeluruh yang dapat disertai dengan gambar tubuh untuk
mempermudah pencatatan, dan dokumentasi foto.
Tahapan pemeriksaan
■ Pemeriksaan penunjang
 pengambilan sampel dari korban
 pakaian yang digunakan korban,
 rambut (termasuk rambut pubis),
 kerokan dari kuku,
 apusan (sesuai kebutuhan),
 darah
 urin.

Yang paling penting dalam pemeriksaan adalah menjaga keutuhan rantai bukti mulai dari
pengambilan, pengemasan, dan pengiriman yang dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan
lengkap dan jelas.

■ Terakhir adalah tindak lanjut apabila pasien memerlukan pengobatan secara fisik maupun
psikis.
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013

Anda mungkin juga menyukai