4
Kelompok 23D
ANGGOTA
1. Wahyu Agnata Surya
2. Nadhifa Andiya Murfi
3. Najmi Shauqy Tanjung Arrahman
4. Refa Rahmaddiansyah
5. Ivena Salsabilla Rahma
6. Virnanda Trisnorizki Saputra
7. Ilma Fitri Sakina
8. Ulfa Hulkarimah
9. Muhammad Farhan Hasan
10. Zakiyah Ulfah
TERMINOLOGI
1. Hemiparese : kondisi ketika salah satu sisi tubuh dari kepala sampai kaki
mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan
2. EDH : epidural hematoma; perdarahan/akumulasi darah pada lapisan
luar duramater dan sisi bagian dalam tulang tengkorak
3. GCS : glaslow coma scale, skala yang digunakan untuk menentukan
tingkat kesadaran seseorang, berdasarkan respon mata, verbal, dan
motorik pasien
Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab terjadinya penurunan kesadaran pada anak tersebut?
2. Apa hubungan terminum pembersih lantai dengan penurunan kesadaran anak?
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik, ekstremitas, lab, dan radiologi anak?
4. Kenapa hasil CT scan didapatkan EDH luas pada kepala kanan? Mengapa dapat terjadi EDH pada anak?
5. Bagaimana tatalaksana pada anak yang terminum pembersih lantai?
6. Mengapa pada anak ditemukan memar-memar pada seluruh tubuhnya, dan apa hubungan dengan
kondisinya saat ini?
7. Mengapa ditemukan memar yang warnanya berbeda-beda?
8. Apa dampak yang terjadi dari kekerasan yang dialami anak tersebut?
9. Bagaimana dokter menangani kegawatdaruratan pasien?
10. Apa saja resep obat yang harus dibeli ibu untuk Ana?
11. Bagaimana UU perlindungan anak terhadap kasus Ana?
12. Bagaimana peran kita sebagai dokter jika menemukan kasus kekerasan pada anak?
1. Apa penyebab terjadinya penurunan kesadaran
pada anak tersebut?
Kesadaran adalah kondisi sadar terhadap diri sendiri
dan lingkungan. Kesadaran diatur oleh kedua
hemisfer otak dan ascending reticular activating
system (ARAS), yang meluas dari midpons ke
hipotalamus anterior. Gangguan pada salah satu saja
bagian tersebut akan menyebabkan gangguan
kesadaran.
Prinsip menghadapi korban, lakukan pemeriksaan sedini mungkin utk menjaga barang
bukti
Harus didampingi perawat yang sejenis kelaminn
Pemeriksaan menyeluruh
Catat dan foto
SKEMA
LEARNING OBJECTIVE
1. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan SSP pada anak dan remaja
2. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan sistem respirasi pada anak dan remaja
3. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan kardiovaskular pada anak dan remaja
4. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan intoksikasi pada anak dan remaja
5. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan gangguan keseimbangan cairan
elektrolit pada anak dan remaja
6. M3 definsi-prognosis kegawatdaruratan kekerasan pada anak dan sexual abuse
pada anak dan remaja
STATUS
EPILEPTIKUS
DEFENISI
■ Status Epileptikus secara fisiologis sebagai aktivitas epilepsi tanpa adanya
normalisasi lengkap dari neurokimia dan homeostasis fisiologis dan memiliki spektrum
luas dari gejala klinis dengan berbagai patofisiologi, anatomi dan dasar etiologi.
■ Status epileptikus didefenisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.
KLASIFIKASI
■ menurut lokasi awal bangkitan : ■ Klasifikasi lainnya :
o korteks (Partial onset) o status epileptikus umum (tonik-
o kedua hemisfer otak klonik, mioklonik, absens,
(Generalized onset) atonik, akinetik)
o status epileptikus parsial
■ menurut pengamatan klinis :
(sederhana atau kompleks)
o Konvulsi
o Non konvulsi
EPIDEMIOLOGI
■ Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum terjadi dengan angka kejadian
kira-kira 60.000 – 160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik umum yang terjadi
di Amerika Serikat setiap tahunnya.
■ Diperkirakan sekitar 10-58 per 100.000 anak.
■ Statusepileptikus lebih sering terjadi pada anak usia muda, terutama usia kurang dari 1
tahun dengan estimasi insidens 1 per 1000 bayi.
Etiologi
■ Simtomatis :
o Akut: infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma
kepala, perdarahan, atau stroke.
o Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya: ensefalopati hipoksik-iskemik
(EHI), trauma kepala, infeksi, atau kelainan otak kongenital.
o Kelainan neurologi progresif: tumor otak, kelainan metabolik,otoimun (contohnya
vaskulitis).
o Epilepsi.
■ Idiopatik
patogenesis
kelebihan proses eksitasi atau inhibisi yang inefektif
pada neurotransmiter, dan adanya ketidak seimbangan
aktivitas reseptor eksitasi atau inhibisi di otak.
Pemeriksaan
penunjang :
Pemeriksaan EEG, EKG,
fisik Ct Scan, MRI
anamnesis
Penatalaksanaan
■ apabila denyut jantung melebihi nilai normal sesuai umur, dimana konduksi bukan
berasal dari SA node atau SA node mengalami gangguan
Epidemiologi
■ Automaticity
■ Re-entry
Manifestasi klinis
■ Kulit pucat.
■ Denyut jantung melebihi 200 kali per menit.
■ Berkeringat.
■ Gelisah
■ Tidak mau minum susu
■ Muntah-muntah
■ Gejala lebih ringan
Diagnosis
■ Elektrokardiografi, untuk melihat aktivitas listrik jantung.
■ Ekokardiografi, untuk menampilkan ukuran, struktur, dan gerak jantung.
■ Holter monitoring, dipakai selama sehari penuh untuk merekam aktivitas
listrik jantung pada saat melakukan kegiatan rutin.
■ Implantable loop recorder, merupakan alat yang dipasang di bawah kulit
pada area dada, untuk mendeteksi irama jantung yang abnormal.
Tatalaksana
Segera
■ Perasat vagus => blok AV
– Meletakkan kantong plastik berisi es pada daerah muka dan mata
– Selama 20 s
– Efektif 25% case
– Pada anak lebih besar => valsava
■ Medikamentosa => blok AV
– Adenosin = lini I = 100-150 ug/KG iv dengan flush salin
– Verapamil = > 12 bln = mulai ditinggalkan karena es
– prokainamid
– Digoksin
■ Electrical conversion
– 0,25-1 joule => maks 2 joule
– Jika ada hipotensi kritis atau hemodinamik tidak stabil
Tatalaksana (Con’t)
Jangka panjang
■ 1/3 membaik sendiri = pengobatan jangka panjang jarang diberikan
■ Sering + simptomatik = berikan propanolol, sotalol atau amiodaron
■ > 5 thun => radifrequency ablacio catheter
■ ARF => keberhasilan 90-98 % dengan kekambuhan 2-5%
Tatalaksana (con’t)
Rujuk
■ Aritmia mengancam jiwa
– Fibrilasi atrial sengan sindrom wolf-parkinson-white
■ Menimbulkan gagal jantung
■ Gagal medikamentosa
Syok Kardiogenik
Etiologi
1. Bayi baru lahir
- PJB
- Kelainan otot jantung akibat hipoksia dan asidosis berat
2. Bayi dan anak
- Obstruksi ekstrinsik dan intrinsik
- Kelainan otot jantung
- Kelainan metabolik
- Kelainan irama jantung
- Pasca operasi jantung
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Diagnosis
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan fisik
■ Pemeriksaan penunang
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Diagnosis Banding
■ Syok hipovolemik
■ Syok septik
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana
■ Umum
■ Spesifik
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana Umum
■ Pemasangan infus
■ Koreksi keseimbangan asam basa dan elektrolit
■ Pemasangan kateter vena sentral
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Spesifik
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. IDAI. 2011
Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. IDAI. 2011
SERANGAN
SIANOSIS
Definisi
■ Serangan sianotik kejadian hipoksia paroksismal pada anak akibat
penurunan aliran darah paru dan adanya pirau kanan ke kiri. Serangan
sianotik dapat terjadi pada kondisi jantung apapun yang melibatkan VSD
dan pembatasan alirah darah paru. Penyakit jantung bawaan sianotik
dapat berupa tetralogi Fallot, transposition of great arteries (TGA), dan
persistent truncus arteriosus (PTA).Paling sering dikaitkan dengan ToF
karena ini adalah PJB sianotik yang paling umum.
■ Keadaan gawatdarurat pediatrik yang membutuhkan penanganan segera.
Tetralogi of Fallot
ToF terjadi bila terdapat kegagalan
perkembangan infundibulum.
Sindrom ini terdiri dari 4 kelainan:
• Defek septum ventrikel
• Stenosis pulmonal
• Over riding aorta
• Hipertrofi ventrikel kanan
Derajat beratnya ToF ditentukan oleh
beratnya stenosis pulmonal.
Patogenesis
■ Serangan sianotik disebabkan oleh penurunan aliran darah paru karena
peningkatan resistensi di aliran darah ke paru (a pulmonalis) yang menyebabkan
pirau darah dari kanan ke kiri melintasi VSD. Setiap peningkatan resistensi
pembuluh darah paru (PVR) dan / atau penurunan resistensi sistemik (SVR) akan
menyebabkan pirau kanan ke kiri dan mengakibatkan sianosis.
■ Pada ToF stenosis infundibular biasanya makin lama makin berat, sehingga pada
sebagian pasien sianosis baru tampak setelah bayi berusia beberapa minggu atau
beberapa bulan pasca lahir.
■ Pada bayi terutama usia 2-6 bulan dapat terjadi serangan sianotik, akibat
terjadinya iskemia serebral sementara. Klinisya pasien akan tampak biru, pucah
dengan pernapasan kussmaul (cepat dan dalam), jika tidak segera ditolong akan
menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan meninggal
Patogenesis
■ Faktor pemicu serangan termasuk menangis (peningkatan resistensi paru), buang
air besar (resistensi sistemik berkurang), demam (resistensi sistemik berkurang),
bangun dari tidur siang, makan, takikardia (pengurangan beban) dan ACE
inhibitor (penurunan afterload / resistensi sistemik).
■ Selama serangan penurunan saturasi oksigen (<40%) menyebabkan iritabilitas
otak dan iskemia serebral yang menyebabkan tangisan lebih lanjut; hal ini
meningkatkan resistensi pembuluh darah paru yang semakin memperburuk
kondisinya.
Gejala
• Anak dengan riwayat PJB, akan datang dengan tangisan yang tidak dapat dihibur
• Sianosis,
• Takikardia,
• Hiperapnea (pernapasan meningkat dan lebih dalam karena stimulasi pusat
pernapasan karena pO2 dan pH rendah),
• Auskultasi: intensitas berkurang atau tidak ada murmur (seperti murmur akibat
obstruksi saluran keluar ventrikel kanan sebanding dengan aliran darah ke sirkuit
paru).
• Pada tahap lebih lanjut, serangan dapat menyebabkan kejang anoksik, pernapasan
terengah-engah, dan apnea.
• Serangan bisa berlangsung dari menit ke jam. Mereka cenderung terjadi lebih
sering di pagi hari tetapi bisa terjadi kapan saja.
Tatalaksana
Kegawatdaruratan
Tatalaksana
KEGAWATDARURAT
AN TOKSIKOLOGI
Pengertian
■ Oral
■ Kulit
■ Mata
■ Inhalasi
■ Injeksi
RESIKO BESAR MENGALAMI KOMPLIKASI PADA
PASIEN KERACUNAN
USIA
FARMASETIKAL
POLIFARMASI
KERACUNAN YG
DISENGAJA
PERUBAHAN STATUS
MENTAL
TANDA DAN GEJALA T0KSIKOLOGI
1. Tingkat Kesadaran
■ Keracunan tingkat 1 : penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah berkomunikasi.
■ Keracunan tingkat 2 : penderita dalam keadaan sopor (Stupor), tetapi dapat dibangunkan
dengan rangsangan minimal.
■ Keracunan tingkat 3 : penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap
rangsangan nyeri.
■ Keracunan tingkat 4 : ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam nyawa
dimana penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsangan.
Next . . .
2. Gejala respirasi
4. kejang
BAU YANG KHAS
GEJALA PADA MATA • GEJALA RESPIRATORIK
MIOSIS, MIDRIASIS – DEPRESI PERNAPASAN,
GEJALA PADA KULIT – HIPERVENTILASI
KERING, – EDEMA PARU
BERKERINGAT • GEJALA GASTROINTESTINAL
GEJALA PADA MULUT – KOLIK DIARE,
SALIVASI, MULUT KERING – KONSTIPASI
GEJALA PADA KARDIOVASKULER • GEJALA SUSUNAN SARAF PUSAT
TAKIKARDI, – KEJANG,
BRADIKARDI, – KOMA
HIPERTENSI
• HIPERPIREKSIA
HIPOTENSI,
ARITMIA • SIANOSIS
Tatalaksana
Prinsip Umum :
1.Perawatan suportif A-B-C
2.Mencegah atau mengurangi
absorpsi lebih lanjut
3.Meningkatkan pengeluaran racun
4.Pemberian antidotum spesifik
1. Perawatan suportif
Langkah ABC, resusitasi segera
2. Mencegah absorbsi racun lebih lanjut
DEKONTAMINASI
Mata dan Kulit :
■ Basuh dgn air mengalir
■ Jangan beri antidotum kimia
Terinhalasi : Jauhkan dari sumber racun
Suntikan/Gigitan ular :
■ Pasang Tornikuet
■ Kompres dingin
■ Imobilisasi
Tertelan :
■ Pengosongan lambung(rangsang muntah, bilas lambung)
■ ‘Activated charcoal’
■ Katartik
3. Meningkatkan pengeluaran racun:
EKSRESI
Rangsang diuresis
Peritoneal dialisis
Hemodialisis/hemoperfusi
pilihan terakhir
Pengawasan pediatrik
nefrologis
4. Antidotum spesifik
› Hanya sebagian kecil,
efek toksis serius
› Dibatasi pada keracunan berat,
jenis racun telah diketahui
› 10% KASUS KERACUNAN
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
KERACUNAN
Fungsi pernapasan
Tekanan Darah
Jantung
Suhu tubuh
Konvulsi (Kejang)
PENANGANAN KEGAWATDARURATAN
KERACUNAN
Konvulsi (Kejang)
Bila kejang berlangsung lama dan berulang,
segera berikan lorazepam 4 mg atau
diazepam (sebaiknya dalam bentuk emulsi)
hingga 10 mg injeksi intravena, pada vena
besar secara perlahan.
PRIORITAS UTAMA PADA
KERACUNAN
- Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersih yang mengalir
- Gunakan obat tetes mata anastetik untuk irigasi mata
- Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukannya
terbilas
- Pada kasus asam atau alkali irigasi mata hingga pH mata
kembali normal
- Periksa kembali pH mata 15-20 menit setelah irigasi dihentikan
- Jika memungkinkan mata harus diperiksa secara seksama
dengan pengecatan fluorescein untuk mencari tanda kerusakan
kornea
- Jika ada kerusakan konjungtiva atau kornea, harus segera
diperiksa oleh dokter mata
PENANGANAN KERACUNAN YANG
TERHIRUP
Hiponatremia Hipokalemia
dan dan Hipokalsemia
Hipernatremia Hiperkalemia
HIPOKALEMIA
Definisi
■ Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L.
■ Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular
atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh
■ Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa :
– disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST
segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa.
Tatalaksana
■ Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi,
■ infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia >2 mEq/L) atau
infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk
hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat)
HIPERKALEMIA
Definisi
■ Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L.
■ Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi
kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik)
■ Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan
sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG)
■ Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot rangka dan jantung.
■ Pada EKG didapatkan gelombang T tinggi, pemanjangan interval PR, pemanjangan QRS,
hilangnya gelombang P,
Tatalaksana
■ Bila kadar K plasma <6,5mEq/L diberikan: Diuretik, Natrium bikarbonat, Ca glukonas,
glukonas-insulin, Kayekselate.
■ Bila dalam 6 jam belum tampak perbaikan, dilakukan hemodialisis. Bila fungsi ginjal
jelek, pertimbangkan hemodialisis lebih dini.
■ Pada kadar K plasma >6,5 mEq/L, segera lakukan dialisis.
CHILD ABUSE
DAN SEX ABUSE
BENTUK KEKERASAN PADA
ANAK
physical abuse
(kekerasan secara
fisik)
social abuse
sexual (kejahatan) (kekerasan secara
secara seksual) social)
psychological abuse
(kekerasan secara
psikologis)
Hasil Minotoring dan Telaah KPAI, pada tahun 2012 di 9 Provinsi di Indonesia
Program pencegahan dan
Penanggulangan Kekerasan pada Anak
SEX ABUSE
Epidemiologi
■ Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat
dalam kurun waktu 13 tahun (1998-2011) kasus kekerasan seksual hampir
seperempat dari seluruh total kasus kekerasan
■ Hal ini berarti, setiap hari ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual.
■ ¾ (70,11%) kekerasan seksual berada pada ranah personal, atau dilakukan oleh orang
yang memiliki hubungan dekat.
Jenis-jenis Kekerasan Seksual
Komnas Perempuan mengenali 14 bentuk kekerasan seksual
1. Perkosaan
2. Pelecehan seksual
3. Eskploitasi seksual
4. Penyiksaan seksual
5. Perbudakan seksual
6. Intimidasi/serangan bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan
perkosaan
7. Prostitusi paksa
8. Pemaksaan kehamilan
9. Pemaksaan aborsi
Jenis-jenis Kekerasan Seksual
10. Pemaksaan perkawinan
11. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual
12. Kontrol seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat aturan
diskriminatif beralasan moralitas dan agama
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
perempuan.
Prinsip Pemeriksaan dan Penatalaksanaan
Korban (P3K) Kekerasan Seksual.
■ Pemeriksaan umum pemeriksaan menyeluruh yang dapat disertai dengan gambar tubuh untuk
mempermudah pencatatan, dan dokumentasi foto.
Tahapan pemeriksaan
■ Pemeriksaan penunjang
pengambilan sampel dari korban
pakaian yang digunakan korban,
rambut (termasuk rambut pubis),
kerokan dari kuku,
apusan (sesuai kebutuhan),
darah
urin.
Yang paling penting dalam pemeriksaan adalah menjaga keutuhan rantai bukti mulai dari
pengambilan, pengemasan, dan pengiriman yang dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan
lengkap dan jelas.
■ Terakhir adalah tindak lanjut apabila pasien memerlukan pengobatan secara fisik maupun
psikis.
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013
Tatalaksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat pada Anak. akultas Kedokteran Uniersitas
Indonesia. Departemen Ilmu Keseatan Anak. 2013