Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA HIPERTENSI

ENJANG NURJAMIL .S.Kep NS. HM.Kes


HIPERTENSI

Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolic di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolic 90 mmhg (Smeltzer, 2002,
hal 896).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah


sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih
dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009, hal 262).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang
bersifat abnormal. Seseoarang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi
dari 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol
(Corwin, hal 356).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan


bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
 Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu:
Faktor keturunan
Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka
kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi
lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah
tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik daripada yang kembar tidak identik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti
gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi. Faktor genetik tampaknya bersifat
mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang
berperan pada pengaturan tekanan darah.
 Ciri Perorangan
Usia; penelitian menunjukkan bahwa seraya usia
seseorang bertambah, tekanan darah pun akan
meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa
tekanan darah anda saat muda akan sama ketika anda
bertambah tua. Namun anda dapat mengendalikan
agar jangan melewati batas atas yang normal. Jenis
kelamin; laki – laki lebih mudah terkena hipertensi
dari pada perempuan. Ras; ras kulit hitam lebih
banyak terkena hipertensi daripada ras kulit putih.
 Kebiasaan hidup

Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram); garam dapat


meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang
berkulit hitam. Makan berlebihan (kegemukan); orang yang
memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal,
memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada
dinding pembuluh darah.
Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. Merupakan 10 % dari
seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder
antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral,
neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan
psikiatris), kehamilan, peningkatan tekanan
intravaskuler, luka bakar dan stress. (Udjianti,
Wajan, 2011)
Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormone edinefrin (adrenalin) atau noredinefrin
(noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup
yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam
dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi
pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang
diturunkan stress cenderung menyebabkan kenaikan
tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress
berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali
normal. (Weblog, Wikipedia indonesia
Patofisiologi

 Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di thorax dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreprinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer ,
2002, hal 898).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpati merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokostriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin
1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal (Smeltzer ,2002, hal 898).
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai
pertimbangan hipertensi gerontologi dimana terjadi perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang di pompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer
,2002, hal 898).
Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7


Komite eksekutif dari National High Blood Pressure
Education Program merupakan sebuah organisasi
yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan
agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC
(Joint Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi
nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan
Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)
Normal Optimal < 120 dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89
- Nornal < 130 dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100
- Tahap 2 160-179 atau 100-109
Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110
(Sumber: Sani, 2008)
a. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension


Working Group (ISHWG) telah mengelompokkan
hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-
tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
(Sumber: Sani, 2008)
a. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Sani,

2008).
 Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi Indonesia 13-

14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman


penanganan hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang melayani
masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan ditujukan

untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan diambil dari pedoman


Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia
yang berskala Nasional dan meliputi jumlah penderita yang banyak masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan
ukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
merujuk hasil JNC dan WHO

3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan


berdasarkan tingginya tekanan darah, adanya faktor
resiko lain, kerusakan organ target dan penyakit
penyerta tertentu.

 Tabel 6
Tabel 6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan dan/atau Tekanan


Darah Sistol Darah Diastol
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 140-159 Atau 90-99
1
Hipertensi Tahap ≥160-179 Atau ≥100
2
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
terisolasi
(Sumber: Sani, 2008)
 Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua
yaitu hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik
(Smith, Tom, 1986:7). Pertama yaitu hipertensi
sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut
jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri
pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya
lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila
pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,
sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan.
Sedangkan menurut Arjatmo T dan Hendra U (2001)
faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi
antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang
tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi
menjadi dua yaitu sekunder dan primer. Hipertensi
sekunder merupakan jenis yang penyebab
spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk,
2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan
menjadi dua yaitu hipertensi Benigna dan hipertensi
Maligna. Hipertensi Benigna adalah keadaan
hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala,
biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.
Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang
membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi
organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal
(Mahalul Azam,2005).
Manifestasi Klinis

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:

a) Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik


yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
b) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai
hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan. Namun hal ini
menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis pasien

hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing,


lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis,
kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering
ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.
2.6 Faktor Predisposisi

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat


disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis
kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu
telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis.
Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat
kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf
yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan
ciri khas dari populasi Hipertensi dan dibuktikan
bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat
dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari.
Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara
obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan
membuktikan bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada hipertensi bertujuan mendeteksi penyakit yang


bisa diobati (biasanya ginjal), dan menilai fungsi jantung serta ginjal.
Semua pasien memerlukan :

a) Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko


seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa:
darah, protein ,glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral,
encelopati.
c) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi
seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal.
e) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung (Sobel, et al,
1999).
Pencegahan

 Pencegahan hipertansi dengan berbagai cara berikut ini :


a. Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang lebih berisiko terserang hipertensi.

b. Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih terhindar dari risiko terserang hipertensi.

Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam setiap minggu.


c. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah

dan sayuran.
d. Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.

e. Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang disarankan, bisa meningkatkan risiko

hipertensi.
f. Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri

menyempit, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.


g. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat cangkir kopi sehari bisa meningkatkan risiko

hipertensi.
Pengobatan

Secara umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu:


1) Perubahan gaya hidup :
a. Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu
pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu
rendah lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging
merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
b. Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
c. Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
d. Menurunkan berat badan.
e. Berhenti merokok.
f. Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
g. Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
h. Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk
mengendalikan stres.
Penggunaan obat-obatan :

Diuretik
Antagonis kalsium
 Beta blocker
 ACE inhibitor
Angiotensin-2 receptor blocker (ARB)
Penghambat renin
Penatalaksanaan

Pengobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal,


pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan
moralitas terhadap penyakit kardiovaskular dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit karkardiovaskular semaksimal mungkin.
 Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor

fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravaskular dan non darah


dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan
respon kardiovaskular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasediator. (Arif Manjoer, 2001
Komplikasi

 Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila


penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa
organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung
dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan per
organ sistem, dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat
hipertensi, yaitu antara lain jantung, infark miokard, angina pectoris, gagal
jantung kongestif. Sistem Saraf Pusat; stroke, hipertensiveencephalopathy.
Ginjal; penyakit ginjal kronik. Mata; hipertensive retinopathy. Pembuluh
darah perifer; peripheral vascular disease (Anonim, 2009).
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. Register : 068309
Diagnosa medik : Hipertensi
Tanggal masuk : 08 Oktober 2018
Tanggal pengkajian : 08 Oktober 2018
Alamat : Rancapetir, Ciamis
1) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Hub. dengan pasien : Istri
Alamat : Rancapetir, Ciamis
A. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

“Klien mengeluh pusing dan sakit kepala.”


1. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Pada hari Senin, 08 Oktober 2018 jam 09.00 WIB, klien masuk
ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing, sakit kepala, perut terasa
mual, muntah bercampur darah, dan tangan terasa kesemutan. Pada
saat dikaji tanggal 08 Oktober 2018 jam 10.00 WIB, klien masih
mengeluh pusing dan sakit diseluruh bagian kepala, keluhan
dirasakan semakin berat bila melakukan aktivitas yang berat. Klien
juga mengeluh aktivitas sehari-harinya terganggu. Skala nyeri 3 (nyeri
sedang). Pusing sudah dirasakan selama 2 hari.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
“Klien mengatakan 3 tahun lalu pernah di rawat di RS
karena hipertensi”.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


“Keluarga klien mengatakan tidak ada yang pernah
mengalami penyakit hipertensi”.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis GCS 15
Penampilan : Bentuk tubuh normal, klien
tampak sakit yang
 dibuktikan dengan ekspresi wajah klien yang
terlihat lemah.
Berat Badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Pulse/Nadi : 90 x / menit
Respirasi :22 x / menit
Suhu :37℃
1. Pemeriksaan Persistem

 Sistem Kardiovaskular

 Sitem respiratori

 Sitem gastroistestinal

 Sitem urinaria

 Sitem integumen dts


3.3 Aktivitas Sehari-hari
No Kebutuhan Di Rumah Di RS
1. Nutrisi dan cairan
a. Makanan
 Jenis Nasi Bubur
 Frekuensi 2-3 x/hari 3-4 x/hari (1/2
porsi)
 Tambahan Sayur, lauk, Sayur
tempe
 Pantangan dan Tidak ada Makanan
keluhan berlemak,
garam.
b. Minuman
 Jenis Air putih Air putih
 Jumlah/hari 7-8 gelas/hari 8-9 gelas/hari
 Keluhan Tidak ada Susu, kopi
Eliminasi    
a. BAB    

 Konsentrasi Padat Padat

 Frekuensi 1x/hari 1x/hari

 Warna Kuning khas Kuning khas

 Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Bantuan Tidak ada Tidak ada

a. BAK    

 Warna/bau Putih/amoniak Kuning/amoniak

    Tidak ada

 Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Bantuan Tidak ada


Istirahat dan Tidur    
 Siang 2 jam 3 jam
 Malam 8 jam 9 jam
 Kesulitan mulai tidur Tidak ada Tidak ada

Personal Hygine    
 Mandi 2 x/hari 1 x/hari (seka)
 Cuci rambut 2 hari sekali Belum pernah selama dirawat
    2 x/hari
 Gosok gigi 2 x/hari 1 x/hari
 Ganti pakaian 2 x/hari
Aktifitas Klien setiap harinya Klien lebih banyak
bertani di sawah dan beristirahat
kebun
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskular serebral.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fisik tidak
bugar.
3.5 Diagnosa keperawatan, Intervensi, Rasional dan Evaluasi

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui Senin, 08 Oktober Rabu,
dengan peningkatan tindakan nyeri seberapa berat 2018 jam 10.00 Okrober 2016
tekanan vaskular keperawatan selama 2. Berikan rasa sakit yang WIB jam 10.00
serebral. 1 x 24 jam nyeri posisi yang dirasakan 1. T : WIB
ditandai dengan : klien dapat teratasi nyaman pada 2. Membantu Mengkaji S:
Ds : dengan kriteria hasil klien mengurangi tingkat nyeri Klien
- Klien mengatakan : 3. Ajarkan rasa sakit yang R: mengatakan
pusing dan sakit - klien mengatakan tekhnik dirasakan klien Klien tidak pusing
kepala tidak pusing dan distraksi 3. Membantu mengatakan dan sakit
- Klien mengeluh sakit kepala 4. Kaji tanda- mengalihkan nyeri seperti kepala
sakit bertambah - klien tidak tanda vital perhatian klien tertimpa beban
saat beraktivitas mengeluh sakit 5. Kolaborasi dari rasa sakit berat O:
berlebihan kepala saat dengan 4. Mengetahui Skala nyeri : 3 Klien tampak
beraktivitas dokter keadaan umum (nyeri sedang) senang
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui Senin, 08 Oktober
dengan peningkatan tekanan tindakan keperawatan nyeri seberapa berat rasa 2018 jam 10.00 WIB
vaskular selama 1 x 24 jam nyeri 2. Berikan posisi sakit yang 1. T :
serebral. klien dapat teratasi yang nyaman dirasakan Mengkaji tingkat
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : pada klien 2. Membantu nyeri
Ds : - klien mengatakan 3. Ajarkan tekhnik mengurangi rasa R:
- Klien mengatakan tidak pusing dan sakit distraksi sakit yang Klien mengatakan
pusing dan sakit kepala kepala 4. Kaji tanda-tanda dirasakan klien nyeri seperti
- Klien mengeluh sakit - klien tidak mengeluh vital 3. Membantu tertimpa beban
bertambah saat sakit kepala saat 5. Kolaborasi mengalihkan berat
beraktivitas berlebihan beraktivitas dengan dokter perhatian klien dari Skala nyeri : 3
- klien tampak senang Pemberian rasa sakit (nyeri sedang)
Do : - klien tampak tidak obat 4. Mengetahui 2. T :
- klien tampak meringis membatasi penghilang keadaan umum Memberikan
- klien tampak membatasi pergerakannya nyeri klien sehingga posisi yang
pergerakannya dapat diketahui nyaman pada klien
- Skala nyeri : 3 (nyeri Skala nyeri : 0 tindakan R:
sedang) selanjutnya Klien dapat di ajak
- Tekanan Darah : Meningkatkan kerjasama
Intoleransi akivitas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui Senin, 08 Oktober Kamis, 11
berhubungan dengan tindakan keperawatan kemampuan kemampuan 2018 jam 10.00 Oktober 2018
kelemahan umum selama 3 x 24 jam pasien dalam klien dalam WIB jam 10.00
ditandai dengan : intoleransi aktivitas mobilisasi melakukan 1. T : WIB
DS : klien dapat teratasi 2. Latih pasien aktivitas sesuai Mengkaji S:
- Klien mengeluh dengan kriteria hasil : dalam kemampuan kemampuan Klien
aktivitasnya - klien mengatakan memenuhi 2. Agar pasien pasien dalam mengatakan
terganggu dapat beraktivitas kebutuhan mandiri dalam mobilisasi dapat
DO : klien mampu ADL secara pemenuhan R: beraktivitas
- Semua kebutuhan melakukan mandiri ADL Klien mengeluh secara mandiri
pasien dibantu aktivitas 3. Berikan alat 3. Membantu aktivitasnya O:
oleh keluarga sehari-hari bantu jika klien dalam terganggu Klien
secara klien proses 2. T : melakukan
mandiri memerlukan pemenuhan Melatih pasien aktivitas
4. Ajarkan kebutuhan dalam seacara
pasien dasarnya memenuhi mandiri
bagaimana 4. Memberitahuka kebutuhan A:
merubah n mengenai ADL secara Masalah
posisi pentingnya mandiri teratasi
Sekian

Anda mungkin juga menyukai