Oleh :
LA ODE MUHAMAD YUSUF MARSAL
D1A118133
POKOK PEMBAHASAN
Selama permintaan meningkat tidak kurang dari kenaikan produksi, atau permintaan
belum dapat dipenuhi maka hal ini tidak akan mengakibatkan masalah harga, kenaikau
produksi menyebabkan kenaikan penerimaan. Akan tetapi keadaan permintaan hasil
pertanian tidak selalu demikian. Dalam jangka pendek dan sangat (very short run)
permintaan menunjukkan tidak elastis.
Tekanan harga ini akan bersifat sementara apabila supplay bersifat elastis, harga yang
rendah akan menyebabkan petani menurunkan produksinya. Akan tetapi supplay hasil
pertanian umumnya bersifat inelastic.
Karena permintaan bersifat elastis sempurna yang dihadapi oleh petani perorangan dan
respon yang terlambat dari produksi terhadap perubahan harga, maka petani yang
mengadopsi teknologi lebih dini akan mendapat keuntungan, sedang petani yang
mengadopsi kemudian merupakan tindakan sekedar untuk dapat mengusahakan
pendapatan seperti semula pada waktu hasil sudah mtilai tu.run, agar tidak jauh lebih
parah.
LANJUTAN
Teori putaran (treadmill theory) dari Cochrane (1958) ini dapat membantu untuk menjelaskan
mengapa selalu masalah ekonorni usahatani, tetapi teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa
masalahnya tetap ada pada tingkat kemajuan yang lambat dari teknologi ayng menaikkan
produksi. pada kemajuan yang lambat dari teknologi pertanian juga mengalami tekanan karena
tingkat penerimaan resource yang rendah.
Teori ekonomi klasik mengajarkan bahwa alokasi yang efisien terjadi bila dinilai hasil marginal
dari sumberdaya sama dengan harga pasar sumberdaya tersebut. Konsep ini selalu benar bila
diterapkan pada lingkungan ekonomi pertanian yang sesungguhnya bersifat dinainis.
1. Contoh nilai hasil marjinal
LANJUTAN
o Tingkat penggunaan tenaga kerja yang optimum pada usahatani sebesar X, dengan nilai
hasil marginal MVP1 =PA. PO adalah opportunity cost dari tenaga kerja, suatu nilai yang
akan diperoleh kalau bekerja di luar usahatani. Sebab petani biasanya mempunyai tingkat
pendidikan formal yang kurang dan umur yang lebih tua dari pada bekerja dari luar sector
pertanian. Karena pekerja pertanian yang mempunyai keterampilan yang kurang
transferable, maka opportunity price dari kerjasama dengan Po, lebih rendah, mungkin nol,
atau mungkin besar tunjangan pengangguran di kota.
o Tingkat upah dipertanian yang turun jatuh sampai di bawah opportunity cost dikurangi
transfer cost baru dapat memindahkan tenaga kerja ke luar sector pertanian . Jadi pada
gambar opportunity cost Po dikurangi, transfer cost menjadi PT. transfer cost ini mungkin
tinggi proporsinya bagi orang tua yang tinggi tingkat massa kerjanya, tetapi relative rendah
bagi orang muda yang masih dapat bekerja pada waktu lama.
LANJUTAN
Transfer cost saja mungkin tidak begitu tinggi dibandingkan dengan jumlah pendapatan
selama jangka waktu mendatang, sehingga kalau upah penerimaan di pertanian turun
dibawah PT mungkin orang akan pindah ke luar sector pertanian. Atau mungkin n,ilai ini
masih lebih rendah, di bawah PT bagi orang yang menilai dilingkungan pertanian
dengan nilai yang lebih tinggi (endodermal hypotesis).
Bila pindah pekerjaan berarti meninggalkan lingkungan komunitas, famili dan sahabat.
Sehingga nilai tersebut menjadi PR, dengan demikian kalau terjadi penurunan harga
hasil pertanian, maka nilai hsil pertan.an turun dari MVP1 ke MVP2, MVP3 sampai
MVP4 hampir tidak ada pemindahan tenaga kerja. Oleh karena itu ekonomi usahatani
tampak tetap stabil dalam range PA samapi PR atau MVP1 sampai MVP4.
3. Persaingan yang tidak Sempurna
Sifat pasar tenaga kerja, input dan hasil pertanian pada umumnya merupakan pasar
persaingan yang tidak sempurna. Adanya diskriminasi, pembatasan dari organisasi buru, upah
minimum dan lain-lain telah menyebahkan pasaran tenaga kerja tidak bersifat persaingan
sernpurna, sehingga membatasi kemungkinan pekerja usahatani dapat memperoleh pekerjaan di
luar pertanian.
Ada beberapa macam bentuk model dari persaingan tidak sempurna yaitu:
1. Persaingan non polistis (monopolistis competition),
2. oligopoly dan
3. monopsoni.
LANJUTAN
Kalau sector pertanian menjual hasilnya sebagai monopolistis, maka permintaan terhadap
tenaga kerja hanya sebesar MR. sedangkan sector pertanian yang menjual hasilnya di
pasar persaingan sempurna mempunyai permintaan sebesar VMR, sehingga permintaan
keseluruhannya menjadi MR +VMR dengan tingkat upah pada keadaan keseimbangan
sebagai W2 dan alokasi tenaga kerja L2 disektor non pertanian dan 13 di sector pertanian.
Dengan demikian terjadi eksploitasi tenaga kerja di sector non pertanian karena nilai
hasil marginal sama dengan M. jadi realokasi tenaga kerja dari sector pertanian ke sector
non pertanian akan meninggalkan nilai total prvduksi. jadi monopoli merupakan social cost.
Kalau kedua sector bersifat monopolistis maka alokasi tenaga kerja masing-masing
sebesar Ll dengan tingkat upah W3 sama untuk kedua sector. Jadi tidak ada penyimpangan
dalam alokasi sumberdaya akan tetapi tingkat upah W3 jauh di bawah nilai hasil marginal
(Wl) maupun upah dalam keadaan salah satu sector bersifat monopoli (W20). Jadi ada
eksploitasi tenaga kerja di kedua sector.
TERIMAKASIH