Anda di halaman 1dari 17

Sejarah & Perkembangan

Keperawatan Jiwa
Sejarah Usaha Kesehatan Jiwa Di
Indonesia
 Diperkirakan bahwa 2-3 % dari jumlah penduduk
indonesia menderita gangguan jiwa berat. Bila separuh dari
mereka memerlukan perawatan di rumah sakit dan jika
penduduk Indonesia berjumlah 120 juta orang maka ini
berarti bahwa 120 ribu orang dengan gangguan jiwa berat
memerlukan perawatan di rumah sakit . Padahal yang
tersedia sekarang hanya kira – kira 10.000 tempat tidur.
 Di indonesia sejak dahulu sudah dikenal adanya “ Srikandi Edan “,

Gatot kaca Gandrung “, . Bagaimana para penderita ganggua jiwa

diperlukan pada zaman dahulu kala di indonesia tidak di ketahui

dengan jelas .
 Bila beberapa tindakan terhadap penderita gangguan jiwa sekarang

dianggap warisan dari nenek moyang kita.Adapun tindakan yang

dimaksud adalah dipasung , dirantai atau diikat lalu ditempatkan

sendiri dirumah atau dihutan ( bila sifat gangguan jiwanya berat dan

membahayakan ) Bila tidak berbahaya , dibiarkan berkeliaran

didesa , sambil mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat.


UPAYA KESEHATAN JIWA DI INDONESIA

 Dulu kala gangguan jiwa dianggap kerasukan


 Terapi : mengeluarkan roh jahat
 Zaman Kolonial sebelum ada RSJ di Indonesia, pasien gangguan jiwa ditampung di RS Sipil

atau RS Militer di Jakarta, Semarang, dan Surabaya, yang ditampung pada umumnya

penderita gangguan jiwa berat.


 1882 : RSJ pertama di Indonesia (Bogor).
 1902 : RSJ Lawang.
 1923 : RSJ Magelang.
 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan

(custodial care). Stigma : keluarga menjauhkan diri dari pasien


 Sejak tahun 1910 - mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat)

& restraints (pengikatan ).


 Mulai tahun 1930 - dimulai terapi kerja seperti menggarap lahan

pertanian bagi para penderita gangguan jiwa.


 Selama Perang Dunia II & pendudukan Jepang - Upaya kesehatan jiwa

tak berkembang.
 Proklamasi - Perkembangan baru Pada bulan Oktober 1947 pemerintah

membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa ( belum bekerja dengan baik).

Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa

untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan.


 Tahun 1966 - PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa-UU
Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh
pemerintah. Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi
Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) dengan instansi
diluar bidang kesehatan.
 Sejak tahun 1970 an : pihak swasta pun mulai
memikirkan masalah kesehatan jiwa.
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI
INDONESIA
 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu keperawatan
merupakan bagian yang esensial dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
termasuk pula keperawatan jiwa. Peningkatan kualitas
tersebut hendaknya sejalan dengan penerapan praktik
keperawatan yang didasarkan pada fakta (evidence-
based practice for nursing
 Keperawatan jiwa secara holistik menggabungkan
aspek pengetahuan, afektif dan psikomotor dari
berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan
kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual
pasien gangguan jiwa. Hal ini diupayakan untuk
memfasilitasi pasien ke arah perkembangan kesehatan
yang lebih optimum, dengan pendekatan pada
pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup
serta pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Menurut American Nurses Asociation

 Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek


keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku
manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien
dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
 ANA membentuk Conference Group on Psychiatric
Nursing. Kelompok ini bekerja untuk mendefinisikan
praktik keperawatan kesehatan jiwa-psikiatrik.
 Di 1973, ANA merupakan organisasi pertama yang
mempublikasikan standar praktik kesehatan jiwa dan
keperawatan pskiatrik; sedangkan standar yang telah
direvisi dipublikasikan pada 1982 dan 1994.
Peran perawat menurut depkes
 Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau
hambatan dalam melaksanakan Peran social erdasarkan 2 definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu
perubahan dalam fungsi jiwa baik itu dalam proses berpikir,
kemauan maupun tindakan yang mengakibatkan gangguan dalam
peran sosial
 Penggolongan gangguan jiwa.
 Gangguan jiwa digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu :
 Neurosa.
 Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan
kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan
yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut
 Psikosa.
 Psikosis merupakan gangguan penilaian yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita
dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru
versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom
yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi
gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit
tersebut.
Perawat mempunyai 6 peran sebagai
berikut
 Mitra kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien. Perawat

menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru. Sebagai mitra

kerja, Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan kerha sama yang

harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, saling

mengasihi dan menghargai.


 Nara sumber (resources person) memberikan jawaban yang spesifik terhadap

pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area

permasalahan yang memerlukan bantuan. perawat mampu memberikan informasi

yang akurat, jelas dan rasional kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.
 Pendidik (teacher) merupakan kombinasi dari semua
peran yang lain. Perawat harus berupaya memberikan
pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga
terutama dalam megatasi masalah kesehatan.
 Kepemimpinan (leadership) mengembangkan hubungan
yang demokratis sehingga merangsang individu untuk
berperan. Perawat harus mampu memimpin
klien/keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan
melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif klien.
 Perngasuh pengganti (surrogate) membantu individu belajar
tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik
interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya klien
untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau
rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhannya.
 Konselor (consellor) meninhgkatkan pengalaman individu menuju
keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan
produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan terhadap
masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan
 Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai