Anda di halaman 1dari 19

Sistem Imunologi (AIDS)

Oleh kelompok
1. Meilinda Luasunaung
2. Putri Rumambi
3. Vandam Walintukan
Definisi
Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan fungsi
pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama berhubungan
dengan pertahanan terhadap penyakit, reaksi biologi hipersensitif, alergi dan
reaksi jaringan. Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai
perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan
organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Disebut
human (manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia,
immuno-deficiency karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan
sistem kekebalan tubuh, dan termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu mereproduksi diri sendiri, melainkan
memandatkan sel-sel tubuh. Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS.
AIDS merupakan singkatan dari AcquiredImmuno DeficiencySyndrom.
Acquired berarti didapat, Immuno berarti sistem kekebalan tubuh,
Deficiency berarti kekurangan, Syndrom berarti kumpulan gejala. AIDS
disebabkan virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh.
Etiologi

Penyebab penyakit HIV/AIDS adalah Human


Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh. HIV
termasuk genus retrovirus dan tergolong ke dalam
family lentivirus.
Anatomi Fisiologi
Lanjutan...
 sistem imun

•Sistem imun terdiri dari:


•Sumsum Tulang
•Thymus
•Getah Bening
•Nodus Limfatikus
•Tonsil
•Limpa
 Mekanisme Pertahanan

Mekanisme Mekanisme Imunitas


pertahanan pertahanan humoral dan
Non spesifik spesifik Pembagian
antibody
Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10
minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan
menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh
tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam
waktu singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi
infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut
limfosit, Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Virus
menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4,
yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang
berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit, Sel-sel
yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan menga sel-sel lainnya pada sistem
kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi
HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. Perjalanan
penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
Patoflow
Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala pada
awal masa infeksi HIV, tetapi beberapa orang menunjukkan gejala
mirip penyakit flu dalam waktu satu atau dua bulan setelah infeksi.
Gejalanya adalah demam, sakit kepala, kelelahan, pembengkakan
limfe.Gejala yang lebih parah dapar timbul dalam kurun waktu 10
tahun atau lebih setelah HIV pertama kali masuk kedalam tubuh
orang dewasa atau dalam waktu dua tahun pada anak vang dilahirkan
tertular HIV dari ibunya.
Pada kebanyakan orang, gejala yang terlihat pertama adalah pembesaran
kelenjar limfe yang terjadi selama lebih dari 3 bulan. Gejala ini yang
terlihat dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun adalah:
1. Terasa kelemahan yang sangat
2. Bobot badan menurun drastis
3. Demam dan berkeringat terus menerus
4. Terjadi infeksi persisten karena jamur (oral atau vagina)
5. Kulit kering dan terkelupas
6. Hilang ingatan sesaat.
Lanjutan...
Gejala AIDS terdiri dari 2 yaitu :
 Gejala mayor
 Gejala Minor
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS adalah untuk


memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan
tes HIV. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau
urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk
mendeteksi HIV adalah:

Tes Antibody Tes Antigen


Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah

dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah

sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi

oportunistik. Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif

untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV

yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV

dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun,

terutama CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan

kuratif dan vaksinasi HIV masih memerlukan penelitian lebih lanjut.


Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
Meliputi :
 Keluhan utama
 Daftar riwayat penyakit dahulu
 Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV

 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan mulut
 Pemeriksaan sistem pernapasan
 Pemeriksaan sistem pencernaan
 Pemeriksaan sistem perkemihan
 Pemeriksaan sistem intagument
 Pemeriksaan sistem kardiovaskuler
 Pemeriksaan neurologi
Lanjutan...
 Diagnosa

Hipertermi b.d proses infeksi d.d suhu tubuh diatas nilai normal

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk
tidak efektif

Gangguan pertukaran gas

Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d turgor kulit


menurun

Resiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan


mengabsorsi makanan
Intervensi
N Diagnosa keperawatan Intervensi (SIKI)
o (SDKI)
1. Hipertermi b.d proses Manajemen hipertermi
infeksi dd suhu tubuh Observasi
diatas nilai normal •Identifikasi penyebab hiperterm
•Monitor suhu tubuh
•Monitor kadar elektrolit
•Monitor keluaran urine
•Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
•Sediakan lingkungan yang dingin
•Longgarkan atau lepaskan pakaian
•Basahi dan kipasi permukaan tubuh
•Berikan cairan oral
•Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperdosis (keringat berlebih)
•Lakukan pendinginan eksternal (mis : selimut
hioptermia atau kompres dingin pada
dahi,leher,dada abdomen,aksila)
•Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
•Berikan oksigen, jika perlu
Lanjutan..
Edukasi
•Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu

Latihan batuk efektif


2 Bersihan jalan napas Observasi
tidak efektif b.d sekresi •identifikasi kemampuan batuk
yang tertahan d,d batuk •monitor adanya retensi sputum
tidak efektif •monitor tanda dan gejala saluran napas
•monitor input dan output cairan (mis : jumlah dan
karakteristik)
terapeutik
•atur posisi semi fowler atau fowler
•pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
•buang secret pada tempat sputum
edukasi
•jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
•anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
Lanjutan...
selama 4 detik,ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
•anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
•anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3

kolaborasi
kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu

3 Gangguan pertukaran gas Pemantauan respirasi


Observasi
•monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya
napas
•monitor pola napas (mis
bradipnea,takipnea,hiperventilasi, kusmaul,dll
•monitor kemampuan batuk efektif
terapeutik
atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien dokumentasikan hasil pemantauan .
Lanjutan..
edukasi
•jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
•Informasikan hasil

4 Hipovolemia Manajemen hipovolemia


kekurangan intake Observasi
cairan d.d suhu tubuh •periksa tanda dan gejela hipovolemia (mis,frekuensi
meningkat nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
mennurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering,volume urin
menurun,hematokrit meningkat,haus lemah)
•monitor intake dan output cairan
terapeutik
•hitung kebutuhan cairan
•berikan posisi modifled Trendenlenburg
•berikan asupan cairan oral
edukasi
•anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
kolaborasi
•kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaClRL)
•Manajemen gangguan makan
Lanjutan..
5 Resiko defisit nutrisi Observai
dibuktikan dengan •monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
ketidakmampuan serta kebutuhan kaloi
mengabsorsi makanan Terapeutik
• timbang berat badan secara rutin
•Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
yang sesuai
•Lakukan kontrak perilaku
(mis. Target berat badan, tanggung jawab perilaku)
Edukasi
•Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
dan situasi pemicu pengeluaran makanan
(mis,pengeluaran yang disengaja, muntah,aktifitas
berlebihan )
•Ajarkan pengaturan diet yang tepat
Kolaborasi
•Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan,kebutuhan kalori dan pilihan makanan
TERIMAH KASIH
SALAM SEHAT

Anda mungkin juga menyukai