DIPLOMASI
DALAM MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN INDONESIA
1. PERUNDINGAN LINGGAJATI
(10-15 Nop. 1945)
Dilaksanakan di Linggajati.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan
Syahrir dengan anggotanya Mr. Moh.
Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan A.K.
Gani.
Delegasi Belanda dipimpin oleh Prof.
Schermerhorn dengan anggotanya van
Mook, F. de Boor, dan van Pool.
Ditengahi dan dipemimpin oleh Lord
Killearn dari Inggris.
1. PERUNDINGAN LINGGAJATI
(10-15 Nop. 1945)
Saksi-saksinya adalah Mr. Amir
Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono,
dan Ali Budiarjo.
Iring-iringan truk
infanteri Belanda
saat Operasi Produk,
Aksi Polisionil
Belanda yang
pertama.
2. Perjanjian Renville
Dengan adanya Agresi Militer Belanda I
ke wilayah RI, pada 1 Agustus 1947
sidang Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan seruan kepada Ind dan Bld
untuk segera menghentikan tembak
menembak (gencatan senjata) dan
selanjutnya menuju ke jenjang
perundingan. Seruan itu berlaku sejak 4
Agustus 1947.
2. Perjanjian Renville
Selanjutnya atas permintaan Indonesia
melalui Sutan Syahrir sebagai duta keliling
RI, Dewan Keamanan PBB menawar
komisi jasa baik bernama Komisi Tiga
Negara (KTN) untuk Indonesia yang akan
bertugas menyelesaikan sengketa RI-
Belanda melalui perundingan.
2. Perjanjian Renville
KTN:
Indonesia memilih Australia, dan Belanda
memilih Belgia sebagai anggota KTN;
selanjutnya Australia dan Belgia memilih AS
sebagai anggota KTN.
Anggota KTN:
Australia diwakili oleh Richard C. Kirby.
Gambar seorang
prajurit Indonesia
bersiap siaga di
perbatasan
Yogyakarta
AGRESI MILITER BELANDA II
(19-12-1948)
Pada 19 Desember 1948 Belanda melakukan
Agresi Militer Belanda II dengan
membombandir ibu kota RI di Yogyakarta dan
menangkap para pejabat tinggi negara RI,
dengan maksud untuk memaksa RI
menerima keinginannya.