2
Kasus 1 :
Perusahaan “Global” mengharapkan
memperoleh EBIT pada tahun ini sebesar Rp
10.000,-. Modal yang digunakan terdiri dari
obligasi dengan bunga 5% sebesar Rp 40.000,-
Prefered stock dengan deviden RP 4,- per
share dari 500 lembar yang dimiliki. Di samping
itu memiliki 1.000 lembar Common Stock. Dari
data tersebut dapat dihitung efek terhadap
earning per share bila EBIT yang dihasilkan
sebesar Rp 6.000,- ,Rp 10.000 dan Rp 14.000,-
Income tax yang harus dibayar 50%.
3
Pemecahan :
Bunga obligasi = 5% Rp 40.000,- = Rp
2.000,-
Dividend untuk preference stock = 500
Rp 4,- = Rp 2.000,-
Earning per share pada berbagai level
EBIT dapat dilihat dari tabel berikut :
4
EPS dalam berbagai tingkat EBIT
Kasus 1 Kasus 2
EBIT Rp 6.000 Rp10.000 Rp 14.000
Interest 5% Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 2.000
oblogasi
EBT Rp 4.000 Rp 8.000 Rp 12.000
Income Tax 50% Rp 2.000 Rp 4.000 Rp 6.000
EAT Rp 2.000 Rp 4.000 Rp 6.000
DEVIDENT PS Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 2.000
Earning untuk CS Rp 0 Rp 2.000 Rp 4.000
EPS Rp 0 Rp 2. Rp 4
Saham beredar 1.000 Lb 1.000 Lb 1.000 Lb
5
KETERANGAN:
Kasus 1. Penurunan laba sebesar 40%
yaitu dari Rp 10.000,- menjadi Rp 6.000,-
menyebabkan turunnya earning per share
sebesar 100%.
Kasus 2. Pertambahan 40% dalam laba
menghasilkan kenaikan earning per share
sebesar 100%.
6
KETERANGAN:
Degree Of Financial Leverage 2,5 berarti,
bila EBIT naik dengan 40%, maka earning
per share akan bertambah 100%. Atau bila
EBIT naik 10% maka EPS akan bertambah
25%. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan, perusahaan sangat
berkepentingan terhadap EBIT bila
menggunakan dana yang disertai beban
tetap, sehingga menjadi lebih jelas bahwa
operating leverage dan financial leverage
mempunyai hubungan yang erat . 7
KEBUTUHAN MODAL
Beberapa alternative sumber pembelanjaan :
Dengan emisi saham baru.
8
……… Lanjutan
Dari manapun sumbernya, pemegang saham
selalu mempunyai harapan agar EPS-nya
selalu meningkat. Perbedaan tingkat EBIT yang
dapat dicapai perusahaan, mempunyai income
effect yang berbeda, baik terhadap EPS
maupun terhadap Rentabilitas Modal Sendiri
(RMS) pada berbagai tingkat leverage factor.
Keadaan ini memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana sebaiknya kebutuhan
modal dipenuhi. 9
Kasus 2:
Suatu perusahaan bekerja dengan modal sebesar
Rp 40.000.000,- yang terdiri dari 800.000 lembar
saham biasa. Pada tahun yang akan datang
diharapkan EBIT akan diperoleh sebesar Rp
8.000.000,- untuk itu diperlukan tambahan modal Rp
10.000.000,-. Income tax yang harus diperhitungkan
adalaha 50%.
Alternatif pembelanjaan yang mungkin dilakukan :
. Mengeluarkan obligasi dengan bunga 8%.
. Emisi saham baru dengan harga Rp 50,- per
lembar.
10
Efek dari Policy Pembelanjaan
Menjual obligasi Emisi saham baru
EBIT Rp 8.000.000 Rp 8.000.000
Interest 8% Rp 800.000 Rp 0
EBT Rp 7.200.000 Rp 8.000.000
Tax 50% Rp 3.600.000 Rp 4.000.000
EAT Rp 3.600.000 Rp 4.000.000
Saham beredar 800.000 lb 1.000.000 lb
EPS Rp 4,50 Rp 4,00
RMS 9% 8% 11
Kesimpulan :
Dalam hubungannya dengan EPS dan
RMS maka tambahan modal Rp
10.000.000,- lebih menguntungkan
dipenuhi dengan penjualan obligasi.
12
INDIFFERENT POINT
Dalam memilih alternative pembelanjaan, perlu
diperhatikan, alternative yang menghasilkan
EBIT yang memperoleh EPS yang sama. Pada
keadaan ini, perimbangan pembelanjaan
(financing mix) dalam tingkat leverage factor
berapapun, akan menghasilkan EPS yang
sama. Titik ini disebut dengan indifference
point. Dengan mengetahui indifference point
maka dapat diketahui pula tingkat perimbangan
mana yang paling mengguntungkan. Tingkat
indifference point dapat dihitung dengan
formula tertentu yaitu : 13
………Lanjutan
Tingkat indifference point dapat dihitung dengan
formula
x (1 t ) ( x c) (1 t )
Saham biasa versus obligasi
S1 S2
x = EBIT pada indifference point.
c = Bunga obligasi dalam rupiah.
t = Pajak perseroan.
S1 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar
kalau hanya menjual saham biasa.
S2 = Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau
hanya menjual saham biasa dan obligasi bersama-
sama. 14
…… Berdasarkan kasus 2
c = Rp. 800.000,-
t = 50%
S1 = 1.000.000
S2 = 800.000
x (1 0,5) ( x 800.000) 0,5
1.000.000 800.000
0,5 x 0,5 x 400.000
1.000.000 800.000
400.000 x 500.000 x 400.000.000.000
100.000 x 400.000.000.000
15
x 4.000.000
……. Bukti perhitungan :
Tambahan Tambahan
saham obligasi
EBIT Rp 4.000.000 Rp 4.000.000
Interest 8% Rp 0 Rp 800.000
EBT Rp 4.000.000 Rp 3.200.000
Tax 50% Rp 2.000.000 Rp 1.600.000
EAT Rp 2.000.000 Rp 1.600.000
Saham beredar 1.000.000 lb 800.000 lb
EPS Rp 2 Rp 2
16
Catatan:
Formula indifferent point di atas berlaku
bila sebelum tambahan dana,
perusahaan belum memiliki obligasi.
Bila sebelumnya perusahaan sudah
memiliki obligasi maka rumus tersebut
perlu diadakan penyesuaian yaitu :
17
……..Lanjutan
( x c1) (1 t ) ( x c 2) (1 t )
S1 S2
c1 = Bunga obligasi yang sudah ada.
c2 = bunga yang dibayarkan, baik
pinjaman lama maupun baru
18
Indifference Chart
EPS(Rp)
4 Debt
CSF
2 Indifference Point
1
0,75 Menguntungkan saham
0
1000 2000 4000 6000 8000
EBIT (Dalam ribuan Rp) 19
Penjelasan :
Bila perusahaan diperkirakan menghasilkan EBIT di
bawah indifference point maka pembelanjaan
sebaiknya dipenuhi dengan saham. Anggapan EBIT
= Rp 2.000.000,-. Pada tingkat EPS bila tambahan
dana dengan saham baru = Rp 1,- dan EPS = Rp
0,75 bila tambahan dana dibelanjai dengan obligasi.
Bila EBIT di atas indifference point maka
pembelanjaan sebaiknya dipenuhi dengan
mengeluarkan obligasi baru. Kasus diatas,
seandainya sebelum ada tambahan Rp 10.000.000,-
perusahaan telah memiliki obligasi sebesar Rp
15.000.000,-, maka indifference point dapat dihitung
sebagai berikut : 20
…….indifference point
indifference point dapat dihitung sebagai berikut:
21
Bukti Perhitungan:
Tambahan Tambahan
saham obligasi
EBIT Rp 4.000.000 Rp 4.000.000
Interest 8% Rp 1.200.000 Rp 2.000.000