Anda di halaman 1dari 14

Perlindungan Tenaga Kerja

di Indonesia
Intania Putri Nurmasilah XI DPIB 1 (16)
A. Hakikat Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-undang No. 13 tahun


2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”

Menurut pasal 1 Undang-undang No. 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan
tenaga kerja Indonesia di luar negeri, tenaga kerja Indonesia adalah setiap warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk
jangka waktu tertentu dengan menerima upah.
2. Kata Kunci yang Berkaitan dengan Tenaga Kerja

Pada UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, terdapat sejumlah definisi


yang berkaitan dengan tenaga kerja, yakni :
a. Ketenagakerjaan.
b. Pekerja atau buruh.
c. Pemberi kerja.
d. Pengusaha.
e. Tenaga kerja asing.
f. Hubungan kerja.
g. Hubungan industrial.
h. Lembaga kerja sama bipartit.
i. Lembaga kerja sama tripartit.
j. Pemutusan hubungan kerja.
k. Upah.
B. Perjanjian Tenaga Kerja
1. Hakikat Perjanjian Tenaga Kerja

Berdasarkan pasal 1 ayat 14 UU No.13 tahun 2003; Perjanjian kerja adalah


perjanjian antara pekerja dan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak.

Berdasarkan pasal 1601a Kuhperdata; Perjanjian kerja adalah perjanjian kerja


perburuhan yaitu dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk dibawah perintah
pihak yang lain, untuk waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

Berdasarkan pendapat Wiwoho Soedjono; Perjanjian kerja adalah hubungan hukum antara
seseorang yang bertindak sebagai pekerja dan majikan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dengan mendapat upah.
2. Syarat Perjanjian Kerja
a. Adanya kesepakatan kehendak (Consensus, Agreement)
Berdasarkan hukum, kesepakatan kehendak dikatakan tercapai jika tidak terjadi salah satu
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Paksaan (dwang, duress)
2. Penipuan (bedrog, fraud)
3. Kesilapan (dwaling, mistake)

b. Wewenang (Capacity)
Syarat wewenang berbuat maksudnya adalah bahwa pihak yang melakukan kontrak
haruslah orang yang oleh hukum memang berwenang mmebuat kontrak tersebut.
Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian yaitu :
1. Orang yang belum dewasa.
2. Mereka yang berada di bawah pengampuan.
3. Wanita yang bersuami.
c. Objek
Suatu kontrak haruslah berkenaan dengan hal yang jelas dan dibenarkan hukum.

D. Halal atau Legal


Suatu kontrak haruslah dibuat dengan alasan yang sesuai hukum yang berlaku. Jadi, tidak boleh dibua
untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum.

3. Isi Perjanjian Kerja


Berdasarkan pasal 54 UU No.13 tahun 2003, perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis, sekurang-
kurangnya memuat :
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
B. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja atau buruh.
C. Jabatan atau jenis pekerjaan.
D. Tempat pekerjaan.
E. Besarnya upah dan cara pembayaran.
F. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja.
E. Jangka waktu kontrak kerja.
F. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
C. Perlindungan Tenaga Kerja
1. Dasar Hukum Perlindungan Tenaga Kerja

Dasar hukum perlindungan tenaga kerja di Indonesia antara lain sebagai berikut :
a. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, yaitu, "Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.“
b. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, yaitu, “Setiap orang berhak atas jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.“
c. UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

2. Perlindungan Tenaga Kerja di Indonesia


Lingkup perlindungan buruh dalam UU No. 14 tahun 2003 mencakup :
d. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja untuk berunding dengan pengusaha.
• Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi.
• Pasal 6 : Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
dari pengusaha.
• Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh atau mengembangkan
. kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.
• Pasal 12 : (1) Pengusaha bertanggungjawab atas peningkatan kompetensi
pekerjanya.
(2) Setiap pekerjaan memiliki kesempatan yang sama untuk ikut
pelatihan kerja.
• Pasal 31 : Tenaga kerja punya hak untuk memilih, mendapatkan, dan
pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak.
• Pasal 32 : (1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka,
bebas, objektif, dan adil, dan setara tanpa diskriminasi.
(2) Menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai keahlian
dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat.
(3) Penempatan tenaga kerja memperhatikan pemerataan kesempatan
kerja dan penyediaan sesuai dengan program nasional dan daerah.
• Pasal 114 : Pengusaha wajib memberitahukan peraturan perusahaan kepada buruh.
• Pasal 151 : (1) Pengusaha, pekerja, serikat pekerja dan pemerintah harus
mengusahakan agar tidak putus kontrak kerja.
(2) Jika pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud
pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan.
• Pasal 156 ayat (1) : Dalam pemutusan hubungan kerja, pengusaha wajib membayar
uang pesangon.

b. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


• Pasal 86 : (1) Buruh mempunyai hak untuk mendapat perlindungan atas
kesehatan dan keselamatan kerja, moral, perlakuan yang sesuai harkat
dan martabat.
(2) Diselenggarakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja guna
mewujudkan produktivitas kerja.
• Pasal 87 : Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi.

c. Perlindungan Khusus bagi Pekerja Perempuan, Anak dan Penyandang Cacat


—Perempuan
• Pasal 76 : (1) Pekerja perempuan ≤ 18 tahun dilarang dipekerjakan antara
pukul 23.00-07.00.
(2) Perusahaan dilarang mempekerjakan buruh perempuan hamil.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan buruh perempuan antara jam
23.00-07.00 wajib memberikan makan, menjaga kesusilaan dan
keamanan di tempat kerja.
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi
pekerja perempuan yang berangkat dan pulang antara pukul
23.00-05.00.

—Anak
• Pasal 68 : Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
• Pasal 69 : Bagi anak yang berumur 13-15 tahun boleh melakukan pekerjaan
ringan sepanjang tidak mengganggunya kesehatan fisik,
mental, dan sosial.
• Pasal 70 : (1) Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan
bagian dari kurikulum pendidikan.
(2) Paling sedikit berumur 14 tahun.
(3) Pekerjaan diberi petunjuk yang jelas tentang tata cara pelaksanaan
serta bimbingan dan pengawasan dalam melakukan kerja.
• Pasal 71 : (1) Anak dapat melakukan pekerjaan untuk mengembangkan minat bakat

(2) Ketentuan mengenai anak yang bekerja untuk bekerja untuk


mengembangkan bakat minat diatur dengan keputusan menteri.
• Pasal 72 : Jika anak dipekerjakan bersama-sama dengan orang dewasa,
maka tempat kerja anak harus dipisah.
• Pasal 73 : Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja,
kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
• Pasal 74 : Dilarang melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.
• Pasal 75 : (1) Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan
anak yang bekerja diluar hubungan kerja.

—Penyandang Cacat
• Pasal 67 : Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
d. Perlindungan Tentang Upah Serta Kesejahteraan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
—Pengupahan
• Pasal 88 : (1) Pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Kebijakan pengupahan meliputi : upah minimum, upah lembur,
upah tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak masuk kerja
karena melakukan kegiatan lain, denda dan potongan upah, dll.
(3) Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
• Pasal 89 : (1) Upah minimum berdasarkan provinsi atau kabupaten.
(2) Upah minumum ditetapkan oleh gubernur.
• Pasal 90 : (1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari UMR.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum,
dapat dilakukan penangguhan.
• Pasal 91 : Pengaturan pengupahan ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha
dan pekerja atau buruh.
• Pasal 92 : (1) Pengusaha menyusun struktur dan skala dengan memerhatikan
golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi.
(2) Pengusaha meninjau upah secara berkala dengan memerhatikan
kemampuan produktivitas.
• Pasal 93 : (1) Upah tidak dibayar apabila buruh tidak bekerja.
• Pasal 94 : Komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka
besar upah pokok sedikit-dikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
• Pasal 95 : Pelanggaran karena kesengajaan/kelalaian dapat dikenakan denda.

—Kesejahteraan dan Jaminan Sosial


• Pasal 99 : Setiap keluarga buruh berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
• Pasal 100 : (1) Pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan.
(2) Penyediaan fasilitas dilaksanakan dengan memerhatikan kebutuhan
pekerja dan ukuran kemampuan perusahaan.
• Pasal 101 : Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, dibentuk koperasi dan
usaha-usaha produktif di perusahaan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai