Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 2

Andi Irwan Patta ( 183145105048 )

Wa Ode Reni Ariyanti ( A1C219015 )

Enjhel Litha Masehi ( A1C219051 )

Ardila Luding (

Nurlina
KEPERAWATAN ANAK II

Sistem Digestive ( Pencernaan )

Hirschprung
Atresia Ani
Atresia Duktus Hepatikus
DEFENISI
 HIRSCHPRUNG PADA ANAK
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon atau hirschprung, namun pada intinya sama
yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum
berelaksasi.

 Atresia Ani
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna,
termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum.

 ATRESIA BILIER/ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS


Atresia Bilier atau atresia duktus hepatikus adalah suatu penghambatan didalam pipa/ saluran-
saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder).
Ini merupakan kondisi kongenital, yang berarti terjadi saat kelahiran.
ETIOLOGI

 HIRSCHPRUNG PADA ANAK


Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi
karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan
sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
sub mukosa dinding plexus.

 Atresia Ani
Atresia dapat disebabkan Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu
atau 3 bulan.

 ATRESIA BILIER/ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS


Atresia Bilier atau atresia duktus hepatikus disebabkan oleh suatu proses inflamasi yang merusak
duktus bilier dan juga akibat dari paparan lingkungan (disebabkan oleh virus) selama periode
kehamilan dan perinatal.
MANIFESTASI KLINIK

 HIRSCHPRUNG PADA ANAK

Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat
menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi
abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi
konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen
dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila
telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang
dapat berdarah.
 Atresia Ani
• Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
• Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
• Mekonium keluar melalui sebuah fistulaatau anus yang salah letaknya.
• Distensi terhadap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
• Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
• Pada pemeriksaan rectal tauce terdapat adanya membran anal7.Perut kembung.
 ATRESIA BILIER/ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS
Data Subjektif dan Data Objektif Pada bayi dengan atresia bilier biasanya tampak sehat ketika baru
lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah lahir.
Data Subjektif Data Objektif
- Iritabilitas (bayi menjadi rewel) - Urin berwarna gelap
- Sulit untuk menenangkan bayi - Vases berwarna lebih pucat
- Hepatomegali
- Distensi abdomen
- Lambat saat makan.
PATOFISIOLOGI
 HIRSCHPRUNG PADA ANAK
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak
adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus
spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.

 Atresia Ani
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Mengakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi
abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya
feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya
akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya.
 ATRESIA BILIER/ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

Duktus bilier intrahepatik berkembang dari hepatosit janin, sel-sel asal bipotensial mengelilingi
percabangan vena porta. Sel-sel duktus bilier primitif ini membentuk sebuah cincin, piringan
duktal, yang berubah bentuk menjadi struktur duktus bilier matang. Proses perkembangan
duktus biliaris intrahepatik dinamis selama embriogenesis dan berlanjut sampai beberapa waktu
setelah lahir. Duktus biliaris ekstrahepatik muncul dari aspek kaudal divertikulum hepatik. Selama
stadium pemanjangan, duktus ekstrahepatik nantinya akan menjadi, seperti duodenum, sebuah
jalinan sel-sel padat. Pembentukan kembali lumen dimulai dengan duktus komunis dan
berkembang secara distal seringkali mengakibatkan 2 atau 3 lumen untuk sementara, yang
nantinya akan bersatu. Komponen intrahepatik selanjutnya bergabung dengan sistem duktus
ekstrahepatik dalam daerah hilus. Patogenesis atresia bilier tetap tidak jelas meskipun terdapat
beberapa teori etiologi dan investigasi.
PENATALAKSANAAN
 HIRSCHPRUNG PADA ANAK
- Keperawatan :
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi
tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali
melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi
kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT ).
- Medis :
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
1. ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan
secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran
normalnya.
2. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
 Atresia Ani
- Medis :
1. Kolostomi
2. Diltasi Anal
3. Anoplasty
4. Bedah Laparoskopik/Bedah Terbuka .
- Keperawatan :
1. Bowel Management
2. Diet Konstipasi
3. Diet Laksatif/Tinggi Serat
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM DIGESTIVE
HIRSCHPRUNG, ATRESIA ANI, ATRESIA DUKTUS HEPATIKUS

 Pengkajian
Idntitas :
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal.
Jarang pada bayi prematur dan bersamaan dengan kelainan bawaan bayi. Pada segmen aganglionosis
dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama
banyak pada anak laki-laki dan perempuan.

 Diagnosa Keperawatan.
1. Gangguan eliminasi BAB: obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen
5. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.
 Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan eliminasi BaB: obstipasi berhubungan dengan spastic usus dan tidak adanya daya dorong
- Tujuan: klien tidak mengalami gangguan eliminasi dengan criteria defekasi normal, tidak distensi
abdomen
- Intervensi:
1. monitor cairan yang keluar dari kolostomi. Rasional: mengetahui warna dan konsistensi feses dan
menentukan rencana selanjutnya.
2. Pantau jumlah cairan kolostomi. Rasional: jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk
pengganti cairan.
3. Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi. Rasional: untuk mengetahui diet yang mempengaruhi
pola defekasi terganggu.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat
- Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara
parenteral atau peroral.
- Intervensi:
1. Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan. Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
3. Pantau pemasukan makanan selama perawatan. Rasional: mengetahui keseimbangan nutrisi
sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
4. Pantau berat badan. Rasional: untuk mengetahui perubahan berat badan.
Lanjutan…
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan muntah dan diare
- Tujuan: kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan criteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit
normal.
- Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda dehidrasi. Rasional: mengetahui kondisi dan menentukan langkah
selanjutnya
2. Monitor cairan yang masuk dan keluar. Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
3. Berikan cairan sesua kebutuhan dan yang diprogramkan. Rasional: mencegah terjadinya
dehidrasi.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen
- Tujuan: kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan criteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami
gangguan pola tidur.
- Intervensi:
1. Kaji terhadap tanda nyeri. Rasional: mengetahui tingkat nyeri
2. Berikan obat analgesic sesuai program. Rasional: mengurangi persepsi terhadap nyeri yang
kerjanya pada system saraf pusat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai