Bekerja
Kelompok 4:
1. Chairunnisha Hafez
2. Cindy Herwiti
3. Erfrensi Cinta Laura
4. Hizkia Raymarch
5. Maya Tri Setyo
6. Rischa Miananda
7. Riski Putri
8. Suci Rahmayanti
9. Zuhal Bin Hasbi
Sesak Nafas Ketika Bekerja
Laki-laki 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan terakhir. Sesak
timbul ketika bekerja atau olahraga saja. Selain itu pasien juga sering tidak nyaman bernapas ketika
tidur jika bantal tidak ditinggikan. Pasien adalah penderita hipertensi sejak 20 tahun yang lalu dan tidak
rutin minum obat. Pasien juga perokok aktif sejak 30 tahun yang lalu. Pemeriksaan tanda vital
ditemukan: TD= 160/90 mmHg, Nadi= 100 x/menit, Napas= 24 x/menit, Suhu= 36,5 oC. Pemeriksaan
fisik ditemukan JVP meningkat, ictus cordis SIC V linea axillaris anterior, suara jantung normal, suara
paru ditemukan ronki basah halus. Dokter memberi obat furosemid dan merujuk ke sp JP. Dua hari
kemudian pasien ke sp JP, dokter melakukan pemeriksaan rontgen, EKG dan ECG.
STEP 1: CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS
KEYWORDS
Laki-laki 60 tahun sesak napas 1 bulan yang lalu
Timbul saat bekerja atau olahraga
Tidak nyaman bernapas ketika tidur jika bantal tidak ditinggikan
RPD : hipertensi 20 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat
Kebiasaan : merokok sejak 30 tahun yang lalu
Pemeriksaan fisik : tekanan darah 160/90 mmHg
nadi 100 x/menit
respirasi 24 x/menit
jvp meningkat
ictus cordis sic V linea axillaris anterior
suara paru ditemukan ronki basah halus
Obat furosemid
Pemeriksaan rontgen, EKG dan ECG
STEP 2: PROBLEM DEFINITION
Definisi
Faktor Resiko
Etio-Patogenesis
Diagnosis Banding
Klasifikasi
Tatalaksana
Patofisiologi &
Penegakan Diagnosis Manifestasi Klinis
STEP 5: FORMULATING LEARNING ISSUE
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar
C. Klasifikasi
01 Berdasarkan waktu
02 Berdasarkan gangguan
fungsi diastolik & sistolik
03 Berdasarkan fraksi ejeksi
04 Berdasarkan kapasitas
fungsional (NYHA)
05 Berdasarkan kelainan
struktural jantung
06 Berdasarkan lokasi
1. Klasifikasi berdasarkan waktu
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
2. Klasifikasi berdasarkan gangguan
fungsi sistolik dan diastolik
Gagal Jantung
Gagal Jantung sistolik diastolik
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
3. Klasifikasi berdasarkan
fraksi ejeksi
Definisi HFpEF dan HFrEF
Klasifikasi EF (%) Deskripsi
1. Gagal jantung ≤40 % Dapat juga disebut gagal jantung sistolik
dengan penurunan
EF (Reduced EF
(HFrEF))
1. Gagal Jantung ≥50% Dapat juga disebut gagal jantung diastolik
dengan EF baik
(Preserved EF
(HFpEF))
a. HFpEF borderline 41-49 Karakteristik tatalaksana dan tujuan terapi serupa
dengan HFpEF
b. HFpEF perbaikan >40 Pasien gagal jantung dengan EF yang masih baik
(HFpEF) yang sebelumnya memiliki EF menurun
(HFrEF)
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
4. Klasifikasi berdasarkan
kapasitas fungsional
Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak napas
Kelas II Terdapat batasan aktivitas fisik ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
nafas
Kelas III Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi
aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak
Kelas IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
5. Klasifikasi berdasarkan
kelainan struktural jantung
Stadium A Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat gangguan struktural
atau fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala
Stadium B Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang berhubungan dengan perkembangan gagal jantung,
tidak terdapat tanda atau gejala
Stadium C Gagal jantung yang simptomatik berhubungan dengan penyakit struktural jantung yang mendasari
Stadium D Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat istirahat
walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Gagal ventrikel kiri
Adalah ketidakmampuan
6. Klasifikasi ventrikel kiri untuk
memompa darah seperti
berdasarkan lokasi keadaan normal
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
B. Faktor Resiko
5. Stress
Terjadi peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah
7. Beban Fisis dan makanan 1. Usia
Penambahan asupan sodium Prevalensi gagal jantung
dapat memicu gagal jantung meningkat seiring
bertambahnya usia
5. Obesitas 3. Genetik
Distribusi lemak tubuh berperan Berisiko 2x lebih besar
dalam peningkatan faktor resiko 4. Hipertensi daripada yang tidak memiliki
penyakit jantung Risiko meningkat sejalan riwayat penyakit jantung.
dg peningkatan tekanan
darah
Dumitru, Loana. 2018. Heart Failure. https://emedicine.medscape.com/article/163062-overview#a5. Diakses tanggal: 15 November 2019
Kemenkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 854
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika
McPhee SJ & Ganong WF. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Alih bahasa oleh Brahm U Pendit. Jakarta: EGC
D. Etio-patogenesis
Emboli paru;
Etiologi Memperkuat kegagalan ventrikel
Anemia;
Kombinasi dg penyakit jantung
sebelumnya memicu gagal jantung
Hipertensi Sistemik;
Kardimiopati;
Peningkatan tekanan arteri yg
Terkait dengan disfungsi otot
cepat dekompensasi jantung
atau listrik jantung
Aritmia;
- Takiaritmia disfungsi
miokard
Defek jantung bawaan; Penyebab Penyebab - Pemisahan antara kontraksi
Dapat mengubah pola normal atrium & ventrikel khas pada
aliran darah
Intrinsik Sekunder aritmia meningkatkan tekanan
atrium
Infark miokard;
Dapat mengganggu fungsi
ventrikel
Tamponade jantung;
Menyebabkan penurunan
curah jantung serta syok Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
Wexler, Randy. 2019. Cardiomyopathy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2999879/. Diakses tanggal: 14 November 2019
Mechanic, Oren J. 2019. Acute Myocardial Infraction. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459269/. Diakses tanggal: 14 November 2019
Sun R. 2015. Congenital Heart Disease. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25638345. Diakses tanggal: 13 November 2019
Stashko, Eric. 2018. Cardiac Tamponade. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431090/. Diakses tanggal: 14 November 2019
Patogenesis
Lanjutan Patogenesis...
a. Perubahan hemodinamik
b. Aktivasi sistem saraf simpatis
Mekanisme
kompensasi
Disfungsi diastolik
Asites
Distensi vena jugularis
patofisiologi Gagal jantung kiri
Peningkatan tek.
Alveolus = udara
Diafhragma
terperangkap
Dipsnea Ortopnea
1. Gagal ventrikel kiri
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
2. Gagal ventrikel kanan
Obstruksi prakapiler
- Kongenital (pirau, obstruksi)
- Hipertensi pulmonal idiopatik
Cor pulmonale
- Vasokontriksi akibat hipoksia
- Embolus paru
- Penyakit paru obstruktif kronik
Gray, H.H, Dawkins D.K, Simpson L.A, Morgan, M.J. 2005. Lecture Notes: Kardiologi, Alih Bahasa: Agoes, A.Z. Jakarta: Penerbit Erlangga
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
Manifestasi klinis
Nyeri dada
McPhee SJ & Ganong WF. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Alih bahasa oleh Brahm U Pendit. Jakarta: EGC
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
D. Penegakan
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Kriteria Diagnosis
Gagal Jantung Akut Gagal Jantung Kronis
1. Anamnesis KU Sesak nafas Sesak nafas
Progres - Hitungan hari (sesak napas Perlahan-lahan
ivitas berat atau edema)
perburu - Jam hingga menit
kan (berhubungan dengan infark
miokard)
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
5. Bunyi jantung 3 (S3) Lanjutan pemeriksaan Fisik...
terjadi akibat deselerasi (perlambatan) mendadak darah ketika batas-batas elastis
rongga ventrikel tercapai atau akibat benturan dinding ventrikel dengan dinding
dada.
McPhee SJ & Ganong WF. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Alih bahasa oleh Brahm U Pendit. Jakarta: EGC
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie Ahmad H. Edisi 13. Jakarta: EGC
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thoraks
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Pemeriksaan Laboratorium
a. Foto Thoraks
kardiomegali Penjelasan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Dumitru, Loana. 2018. Heart Failure. https://emedicine.medscape.com/article/163062-overview#a5. Diakses tanggal: 15 November 2019
Beragam presentasi EKG terkait gagal jantung
1. Dilatasi atrium kanan Elektrokardiografi
1. Dilatasi atrium kiri
1. Infark Miokard
Ada gelombang Q pada sadapan V2-V3
dengan elevasi segmen
ST pada sadapan V2-V5 yang terkait dengan
inervasi gelombang T.3
Dumitru, Loana. 2018. Heart Failure. https://emedicine.medscape.com/article/163062-overview#a5. Diakses tanggal: 15 November 2019
M. Green, Jacqueline, Antony J. Chiaramida. 2007. EKG 12-Sadapan Terpercaya. Alih bahasa oleh: Samik Wahab. Jakarta: EGC
b. Ekokardiografi
d. Pemeriksaan Laboratorium
M. Green, Jacqueline, Antony J. Chiaramida. 2007. EKG 12-Sadapan Terpercaya. Alih bahasa oleh: Samik Wahab. Jakarta: EGC
Dumitru, Loana. 2018. Heart Failure. https://emedicine.medscape.com/article/163062-overview#a5. Diakses tanggal: 15 November 2019
Kriteria Diagnosis
Kriteria Framingham dapat dipakai untuk diagnosis gagal
jantung kongestif.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing
E. Penatalaksanaan
1. Non-
3. Edukasi
Farmakologi
2. Farmakologi
1. Non-Farmako
Manajemen perawatan mandiri bertujuan menjaga stabilitas
a fisik, menghindari perilaku yg dapat memperburuk kondisi
dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung
c Pemantauan BB mandiri
Gray, H.H, Dawkins D.K, Simpson L.A, Morgan, M.J. 2005. Lecture Notes: Kardiologi, Alih Bahasa: Agoes, A.Z. Jakarta: Penerbit Erlangga
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Lanjutan non-Farmako..
Aktivitas fisik
Diuretik
Diuretik
Digoksin
Digoksin
Antagonis
Antagonis
Beta aldosteron
aldosteron
Angiotensin blocker
Converting
Enzyme
Inhibitors
(ACEI)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Indikasi Kontraindikasi
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Beta blocker
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40 % - Asma - Hipotensi
- Gejala ringan sampai berat - Blok AV (atrioventrikular) simtomatik
(kelas fungsional II-IV NYHA) derajat 2 dan 3, sindroma - Perburukan gagal
- ACEI/ARB (dan antagonis sinus sakit (tanpa pacu jantung
aldosteron jika indikasi) sudah jantung permanen), sinus - Bradikardia
diberikan bradikardia (nadi < 50
- Pasien stabil secara klinis (tidak x/menit)
ada perubahan dosis diuretik,
tidak ada kebutuhan inotropik i.v.
dan tidak ada tanda retensi
cairan berat)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Antagonis aldosteron
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Angiotensin reseptor blocker
- Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% - Sama seperti ACEI, - Perburukan fungsi ginjal
- Sebagai alternatif pada pasien kecuali angioedema - Hiperkalemia
dengan gejala ringan sampai berat - Pasien yang diterapi - Hipotensi simptomatik
(kelas fungsional II-IV NYHA) yang ACEI dan antagonis
intoleran ACEI aldosteron
bersamaan
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Tabel 10. Dosis obat yang umum dipakai pada gagal jantung
ARB
Antagonis Aldosteron
Beta blocker
Disadur dari ESC Guidlines for the Diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2012
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung.Edisi Pertama. Jakarta: PERKI
Digoksin
Fibrilasi atrial
- Dengan irama ventrikular saat istirahat >80x/menit atau saat aktivitas >110-120x/menit
Irama sinus
- Dosis optimal ACEI dan/atau ARB, betablocker dan antagonis aldosteron jika ada indikasi
Kontraindikasi
- Sindrom pre-eksitasi
Disadur dari ESC Guidlines for the Diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2012
Tiazide
Hidrochlortiazide 25 12,5-100
Masalah paru
Ncbi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Content Here
Get a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed.
Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Klinical Pathway (CP) Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Edisi I. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis