HIDROLOGI
PERTEMUAN 2
KONDISI IKLIM INDONESIA
PEMBENTUKAN AWAN DAN HUJAN
SEBARAN HUJAN INDONESIA
Dosen Pengasuh :
NURYADI, S.Si, M.Si
(1) KONDISI IKLIM INDONESIA
Terdapat tiga jenis iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim
tropika (iklim panas), dan iklim laut.
1) Iklim Musim (Iklim Monsun)
Sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode
tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim
terdiri dari 2 jenis, yaitu “Angin musim barat daya (Monsun Barat) dan Angin musim
timur laut (Monsun Timur)”. Angin monsun barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga
Maret yang basah sehingga membawa “Musim Hujan”. Angin monsun timur bertiup
sekitar bulan April hingga September yang sifatnya kering yang mengakibatkan “Musim
Kemarau”.
3) Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah
laut mengakibatkan banyaknya penguapan air laut menjadi “udara yang lembab dan
curah hujan yang tinggi”.
Astronomis : Terletak di Katulistiwa : IKLIM TROPIS
Geografis : Memiliki luas laut > luas darat (3:1) IKLIM LAUT
Ciri : suhu tinggi, penguapan besar, RH selalu tinggi,
menyebabkan CH tinggi. Sepanjang daerah pantai bertiup
angin darat & angin laut.
Geologis : Jalur gunung api, letusannya menghasilkan banyak debu,
terdapat sistem angin gunung & angin lembah.
Oktober – Maret :
Asia m. dingin (tek.+) & Australia m. panas (tek.-) angin muson timur laut;
lewat ekuator berbelok ke kiri (angin muson barat laut). Angin muson timur
laut melalui lautan : musim hujan di Kalimantan, Sumatera, Jawa & Sulawesi.
April – September :
Australia m.dingin (tek. +) & Asia m. panas (tek. -) angin muson tenggara;
lewat katulistiwa berbelok ke kanan (angin muson barat daya). Angin muson
tenggara melalui gurun membawa angin kering: musim kemarau di Nusa
Tenggara, Jawa, Sumatera, Kalsel & Sulawesi.
Hujan Orografik:
lereng pegunungan Bukit Barisan, lereng gunung api di Jawa, lereng
pegunungan di Papua.
Angin Fohn :
Deli (Bohorok), Cirebon (Kumbang), Pasuruan (Gending), Sulsel (Brubu).
Kecepatan Angin :
Pantai utara Jawa 1,8-2,4 m/dt, Sumut 3-4 m/dt, Yogyakarta ± 0,8 m/dt.
Radiasi :
Minimun : Desember & Juni
Maksimum : September & Maret
Yogyakarta kisarannya 320 cal/cm2/hr (Desember) & 392 cal/cm2/hr (Sept)
Lama penyinaran matahari :
Terendah Januari (29% di Cipanas); tertinggi Agustus (83% di Madiun).
Suhu tahunan rata-rata :
Wilayah perairan : 28oC; daratan: 27oC. Perairan yg luas berpengaruh besar
mengendalikan suhu, dan fluktuasi kecil.
Tmaks = 31,1-0,61h ; Tmin = 22,8-0,53h; dimana (h dlm hm, T dlm oC)
Kelembaban Udara :
Pada malam hari >90%; Pada Musim Hujan 80-85%; Musim Kemarau 60-70%
Evaporasi :
Di dataran rendah pada MH : 4 mm/hari; pada MK : 5 mm/hari
Merupakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT) atau Intertropical Convergence
Zone (ITCZ): jalur tekanan rendah tropika atau zona yg memiliki suhu tertinggi
dibandingkan daerah sekitarnya = ekuator termal (bergeser mengikuti “perjalanan”
matahari) hujan zenith
Rata2 CH > 2000 mm/th. CH terendah di Palu (604 mm/th), tertinggi di Baturaden
(7069 mm/th). Wilayah timur lebih kering dari pada wilayah barat.
Pertanian : Tanaman pangan (padi, jagung, ketela, kedelai, kc. tanah); Hortikultura
(sayuran, buah & bunga).
Perkebunan : karet, teh, kopi, kelapa sawit, kina, tebu, tembakau, kelapa, kapuk, lada,
cengkeh, pala, kayu manis.
Kehutanan : Hutan hujan tropis, hutan sekunder, hutan musim, hutan bakau, hutan
rawa, hutan gambut. Fungsi : hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam/wisata,
hutan cadangan.
Depresi atau arus udara naik yang luas juga sering terjadi di “sekitar
daerah front”. Daerah front adalah daerah yang “memisah dua massa
udara yang memiliki sifat-sifat berbeda” seperti densitas dan
suhunya. Depresi yang terbentuk pada daerah dan proses seperti ini
disebut sebagai “depresi frontal”.
5) Pembentukan Awan pada Daerah Front
Front dibedakan “dua macam”, yaitu front dingin dan front panas. Jika massa
udara panas bergerak menggantikan tempat massa udara dingin disebut
sebagai front panas.
Posisi permukaan front adalah “condong dan landai” dan massa udara panas
mengalir lambat ke atas massa udara dingin. Pada front panas umumnya
terbentuk “awan merata”, apabila massa udara cukup basah. Jenis awan yang
biasanya terbentuk adalah Nimbostratus (Ns), Altostratus (As) dan Cirostratus
(Cs). Pembentukan awan pada front panas tergantung dari “stabilitas dan
kelembaban udara yang naik”.
Jika massa udara dingin bergerak menggantikan tempat massa udara
panas disebut sebagai front dingin. Awan yang terbentuk di daerah front
dingin berubah-ubah tergantung dari stabilitas dan kelembaban udara,
demikian juga kecondongan permukaan front.
Umumnya permukaan front dingin “lebih terjal” dari pada front panas.
Apabila front dingin bergerak mendekati suatu daerah, maka yang pertama
tampak adalah “jenis awan rendah kemudian diikuti oleh awan-awan
merata yang lebih tinggi di belakang front”.
Proses pembentukan awan akibat adanya front
Jika permukaan front dingin terjal, maka akan terbentuk awan yang hebat,
terutama apabila udara panas yang terangkat ke atas “cukup basah dan
labil”. Jenis awan yang terbentuk adalah “Cumulus besar dan
Cumolonimbus (Cb)” di dalam daerah massa udara panas. Pada keadaan
seperti ini akan terjadi “showers yang lebat dan kadang-kadang disertai
badai guntur”.
(B) Pemusnahan Awan
e) Rambun (Hail)
Rambun atau Hail adalah ”hujan yang terdiri dari bola-bola atau
potongan-potongan es kecil”. Tiap butiran disebut batu-rambun (hail-
stone) yang memiliki garis tengah ”antara 5 – 50 mm”.
Hail stone umumnya terjadi di dalam awan Cumolonimbus (Cb) dan
sering disertai dengan adanya badai guntur.
Hail umumnya jatuh dari ketinggian beberapa kilometer, ”sehingga
umumnya telah mencair sebelum mencapai permukaan tanah”. Hal ini
salah satu penyebab mengapa hail (rambun) jarang teramati pada
dataran rendah di daerah tropis.
(3)
RATA-RATA
CURAH HUJAN
BULANAN DAN TAHUNAN
INDONESIA
(1981-2010)
30
10 cm
1
KETERANGAN GAMBAR
1. Corong penampung air hujan dengan luas tarik
penampang corong 100 cm2 ( bibir corong
terbuat dari kuningan / tembaga ).
2
2. Leher penakar hujan ( diameter 13 cm ,
terbuat dari seng / paralon 5 mm ).
63 cm
3. Tabung penampung air hujan ( untuk 3 L air
, terbuat dari seng/ paralon).
Alat Penakar Hujan
3
1,0 m
1,2 m 0,30 m
1,0 m
2m 0,50 m
1,0 m 1,0 m
0,50 m
Besi / kayu
Plat seng / Gembok
Pagar kawat
kawat harmonika
harmonika
Penempatan
Alat Penakar Hujan
Tipe Observatorium (OBS)
Curah Hujan (milimeter) :
merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak
mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter
Tipe Hujan di Indonesia
Tipe Ekuatorial :
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan dua puncak hujan
maksimum yaitu pada Maret dan November. Curah hujan setiap bulan cukup tinggi, yaitu
lebih dari 150 milimeter dan sebaran wilayahnya umumnya berada di sekitar ekuator.
Puncak hujan biasanya terjadi pada saat posisi matahari berada di atas suatu wilayah
tersebut yang merupakan wilayah Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ).
Tipe Monsun :
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan dengan satu puncak hujan
maksimum yaitu pada Januari atau Desember. Curah hujan bulanan menunjukkan
perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau (curah hujan < 150 milimeter) dan
periode musim hujan (curah hujan > 150 milimeter). Sebaran wilayah umumnya berada di
selatan ekuator yang sensitif terhadap gerakan atau perubahan sistem angin monsun.
Puncak hujan biasanya terjadi pada saat sistem monsun barat dominan melintasi wilayah
tersebut.
Tipe Lokal :
Umumnya tipe ini memiliki pola hujan rata-rata bulanan yang kebalikan dengan tipe
monsun. Pada saat wilayah tipe monsun mengalami musim hujan, maka wilayah ini
mengalami musim kemarau, demikian juga sebaliknya. Selain itu, akibat dari kondisi
geografisnya terdapat pula wilayah tipe lokal yang memiliki curah hujan cukup rendah
sepanjang tahun dengan rata-rata bulanan kurang dari 150 milimeter.
TERIMA KASIH