Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA YTT (F20.9)

Oleh :
Nafrah Amalia
K1B1 21 002
 
Pembimbing:
dr. Wa Ode Harniana, M.Kes., Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEPARTO HARDJOHUSODO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
STATUS PASIEN

● Nama Dokter Muda : Nafrah Amalia


● Nama Pasien : Tn. A
● Nama Ayah : Tn. H
● No. Status / No. registrasi : 07 27 88
● Masuk RS : 27 Agustus 2021
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Sinjai, 1 Juli 1998
Status Perkawinan: Belum menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh bangunan
Alamat : Baruga
GEJALA UTAMA

MENGAMUK
LAPORAN
PSIKIATRI
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

1. Keluhan dan Gejala

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara diantar oleh
keluarganya dengan keluhan mengamuk, bila mengamuk pasien sering memukul orang yang dilihatnya dan
menghambur barang-barang di rumah. Pasien juga gelisah, mendengar suara-suara serta pasien sulit tidur, 3 hari
terakhir pasien tidak tidur sama sekali. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir dan memberat 3 hari yang lalu.
Sebelum dibawa ke RSJ pasien di ruqyah namun tidak ada perubahan sehingga keluarga memutuskan untuk
membawa pasien ke RSJ.
Sebelum sakit pasien rajin membantu ayahnya mencari nafkah bekerja sebagai buruh bangunan, rajin beribadah,
mudah bergaul, serta terbuka kepada adik-adiknya dan keluarganya jika ada masalah. Namun setelah sakit pasien
mengurung diri dikamar, dan pasien tidak lagi bekerja.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Menurut ayahnya, keluhan pasien muncul ketika pasien menelpon ayahnya untuk meminta izin pulang ke
kampung dengan alasan ingin memberikan uang ke keponakannya karena baru saja menerima gaji dan sekaligus
untuk memeriksa sawah yang dimilikinya, namun sang ayah melarang, setelah mendengar jawaban tersebut pasien
langsung memaki ayahnya melalui telpon.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Faktor
stressor
psikososial Keinginan pasien yang tidak diikuti

Hubungan gangguan Tidak ada hubungan antara gangguan sekarang


sekarang dengan dengan
riwayat penyakit
riwayat penyakit dan psikis sebelumnya.
dan psikis sebelumnya
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

• Penyakit medis : Tidak ada


• Riwayat penggunaan zat psikoaktif : Tidak ada
• Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Tidak ada
RIWAYAT KEHIDUPAN
KELUARGA

Pasien merupakan anak semata wayang serta


belum menikah
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Riwayat Pranatal dan Perinatal
Lahir di Sinjai, 1 Juli 1998. Pasien merupakan anak yang diharapkan oleh kedua
orang tuanya. Pasien lahir normal dan cukup bulan. Persalinan dibantu oleh
1 bidan, dilakukan di rumah orang tua, selama didalam kandungan ibu pasien
sehat serta pada saat kelahiran tidak ada penyulit dan cacat bawaan. Saat lahir,
pasien menangis spontan.
Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya, pasien
2 tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :
Pasien tinggal bersama neneknya, usia 6 tahun pasien masuk Sekolah
Dasar (SD) dan selalu naik kelas. Usia 10 tahun pasien berhenti sekolah
dan menyusul orangtuanya merantau ke Jayapura. Saat tiba di Jayapura
3 pasien tidak melanjutkan pendidikan namun bekerja sebagai pagawai
pencucian mobil.
Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (usia 12-18 tahun) :
pasien dan kedua orang tuanya kembali ke Kendari, namun pasien tidak
melanjutkan pendidikannya dan memilih bekerja sebagai buruh
bangunan hingga sekarang.
RIWAYAT MASA DEWASA
Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat
Pendidikan Pekerjaan Menikah Kehidupan Hukum
Spiritual
SD Buruh Belum Rajin Tidak ada
bangunan menikah beribadah
sebelum
sakit namun
setelah sakit
sudah tidak
lagi
Riwayat Kehidupan Sekarang:
Pasien tinggal sendiri di Kendari karena bekerja
namun sering dikunjungi oleh Ayah pasien yang
tinggal di Kolaka Timur.

Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya :


Pasien merasa dirinya tidak sakit.
—SOMEONE FAMOUS
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum
1. Seorang pria datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara,
menggunakan baju kaos berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam,
perawakan besar tinggi, kuku kotor, rambut acak-acakkan, serta nampak tidak
merawat kebersihan diri. Pasien datang dengan kedua tangan dipegang oleh
keluarganya.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah, terfiksasi
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi tinggi
5. Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan dan Empati :


1. Mood : Sulit dinilai
2. Ekspresi : Labil
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Fungsi intelektual Gangguan Persepsi

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :


Sesuai
1. Halusinasi : Auditorik,
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :
2. Ilusi : Tidak ada
a. Waktu : Baik
3. Depersonaisasi : Tidak ada
b. Tempat : Baik
4. Derealisasi : Tidak ada
c. Orang : Baik
3. Daya ingat :
a. Panjang : Baik
b. Sedang : Baik
c. Pendek : Baik
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Sulit untuk
memusatkan perhatian
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Terganggu
E. Proses Berfikir :
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Terganggu
b. Kontinuitas : Inrelevan dan inkoheren Hendaya berbahasa
2. Isi pikiran
c. Preokupasi : Tidak ada
d. Gangguan isi pikiran : Tidak ada.
F. Pengendalian Impuls : Tidak terganggu
G. Daya Nilai dan Tilikan :
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
4. Tilikan : Derajat 1, Penyangkalan total terhadap penyakitnya.
H. Taraf Dapat Dipercaya : Pasien dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

A. Status Internus

• Antropometri B. Status Neurologis


• TB: 150 cm
• BB: 55 kg • GCS : E4M6V5
• IMT: 24 kg/m2 • Pupil bulat isokor
• Pernapasan : 20 x/menit • Refleks fisiologis dalam batas
• Nadi : 75 x/menit normal
• TD : 120/80 mmHg • Refleks patologis tidak ada
IKHTISAR PENEMUAN
BERMAKNA

Seorang pria datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 27 Agustus 2021. Pasien lahir di Sinjai, 1 Juli 1998, belum menikah, agama Islam, suku Bugis, pendidikan
terakhir SD, dan memiliki pekerjaan sebagai buruh bangunan. Pasien diantar oleh keluarganya dengan keluhan
mengamuk, bila mengamuk pasien sering memukul orang yang dilihatnya dan menghambur barang-barang di
rumah. Pasien juga gelisah, mendengar suara-suara serta pasien sulit tidur dan 3 hari terakhir pasien tidak tidur
sama sekali. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir dan memberat 3 hari yang lalu. Sebelum dibawa ke RSJ
pasien di ruqyah namun tidak ada perubahan sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ
Sebelum sakit pasien rajin membantu ayahnya mencari nafkah bekerja sebagai buruh bangunan, rajin
beribadah, mudah bergaul, serta terbuka kepada adik-adiknya dan keluarganya jika ada masalah. Namun setelah
sakit pasien mengurung diri dikamar, dan pasien tidak lagi bekerja. Terdapat hendaya sosial, pekerjaan, serta
waktu senggang.
IKHTISAR PENEMUAN
BERMAKNA

Menurut ayahnya, keluhan muncul setelah pasien menelpon ayahnya untuk meminta izin
pulang ke kampung dengan alasan ingin memberikan uang ke keponakannya karena baru saja
menerima gaji dan sekaligus untuk memeriksa sawah yang dimilikinya, namun sang ayah
melarang, setelah mendengar jawaban tersebut pasien langsung memaki ayahnya melalui telpon.
Pemeriksaan status mental tampak seorang pria berusia 23 tahun wajah tampak sesuai
usianya, menggunakan baju kaos berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam, perawakan
besar tinggi, kuku kotor, rambut acak-acakan serta nampak tidak merawat kebersihan diri. Pasien
memiliki kesadaran berubah, perilaku dan psikomotor gelisah, pembicaraan spontan serta
intonasi tinggi, sikap terhadap pemeriksa tidak kooperatif, mood sulit dinilai, afektif labil,
keserasian tidak serasi, sulit untuk memusatkan perhatian, fungsi orientasi dan daya ingat baik,
terdapat halusinasi auditorik, tidak dapat mengendalikan impulsnya, norma sosial terganggu, uji
daya nilai terganggu, penilaian realitas terganggu serta tilikan 1 (penyangkalan total terhadap
penyakitnya).
EVALUASI
MULTIAKSIAL

A. Aksis 1 :
Berdasarkan hasil alloanamnesis ditemukan tanda dan gejala yang secara klinis bermakna yaitu
mengamuk, memukul orang, menghambur barang-barang di rumah, gelisah, mendengar suara-suara
serta sulit tidur menyebabkan timbulnya distress (penderitaan) dan hendaya sehingga pasien dapat di
golongkan mengalami Gangguan Jiwa.
• Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan hendaya dalam menilai realitas yaitu
terdapat halusinasi auditorik sehingga pasien ini digolongkan dalam Gangguan jiwa Psikotik.
• Pada riwayat penyakit sebelumnya tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita pasien ini sehingga pasien ini digolongkan dalam Gangguan Jiwa Psikotik Non
Organik
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan penggunaan NAPZA yang dapat menyebabkan
disfungsi otak sehingga kemungkinan gangguan psikotik akibat Penggunaan NAPZA dapat
disingkarkan.
• Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat, kesadaran
berubah, psikomotor gelisah, serta terdapat halusinasi auditorik. Berdasarkan PPDGJ-III memenuhi
dua gejala skizofren sehingga dikatakan Skizofrenia (F20).
• Pada pasien tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, tak terinci, depresi
pasca skizofrenia, simpleks, sehingga digolongkan ke dalam Skizofrenia YTT (F20.9).
EVALUASI
MULTIAKSIAL
B. Aksis II:
Tidak Ada ciri kepribadian khas
C. Aksis III:
Tidak ada
D. Aksis IV:
Keinginan pasien yang tidak diikuti
E. Aksis V
GAF = 20-11 (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri).
DAFTAR PROBLEM

Psikologik
Organobiologi Terdapat gangguan Sosiologik
psikologi sehingga Terdapat hendaya sosial,
Terdapat
membutuhkan psikoterapi pekerjaan, dan waktu
ketidakseimbangan senggang sehingga
neurotransmitter sehingga membutuhkan sosioterapi
membutuhkan 54%
psikofarmaka
20%
PROGNOSIS
Faktor pendukung :
• Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
• Keluarga memberikan support yang baik kepada pasien

Faktor penghambat :
• Faktor ekonomi keluarga pasien
• Usia muda pasien

 Quo ad vitam : bonam


 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
RENCANA TERAPI
Psikofarmaka

Hari pertama pasien diberikan :


Injeksi diazepam 10 mg/ iv
Injeksi lodomer 5 mg/ im
Hari kedua obat pasien di switch ke oral :
Trihexyphenidyl 1 x 1
Risperidon 2 mg 2x1
Diazepam 1,5mg 1x1
RENCANA TERAPI
Psikoterapi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya
sehingga pasien merasa legah dan dapat menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi
pasien.
Membantu pasien untuk memahami penyakitnya dan bantu mengatasi atau menghadapi
stressor.
Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien serta keluarganya agar optimis untuk
membantu menyembuhkan pasien
Memberikan edukasi kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan selalu berpikir
positif.

Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada orang sekitar untuk memberikan dorongan pada pasien agar
menciptakan lingkungan yang kondusif terutama di dalam rumah/ keluarga agar pasien dapat
menjalani pengobatan dengan baik karena faktor stressor dapat ditekan.
PEMERIKSAANPENU
NJANG

A. Fisik-biologis : Rapid Ag SARS COV-II non reaktif


B. Psikometri : Tidak ada (tidak dilakukan pemeriksaan)
 
DISKUSI/PEMBA
HASAN

Skizofrenia YTT (Yang tak Tergolongkan)


(F20.9)
Skizofrenia YTT adalah jenis skizofrenia yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia tapi tidak sesuai jika dimasukkan kedalam subtype skizofrenia
jenis apapun.
DISKUSI/PEMBA
HASAN
1. Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.


Antipsikotik bekerja mengontrol gejala positif dan negative yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Terdapat 2 jenis antipsikosis
yaitu tipikal dan atipikal. Tipikal lebih dominan untuk gejala positif bekerja untuk menghambat
reseptor dopamin di system limbik dan ekstrapiramidal sedangkan atipikal lebih dominan untuk
gejala negativ bekerja menghambat reseptor dopamin dan reseptor serotonin.
Rencana terapi yang diberikan pada kasus yaitu Trihexyphenidyl 1x1, Risperidon 2 mg
2x1, serta Diazepam 1,5mg 1x1. Trihexyphenidyl merupakan obat untuk mengatasi gejala
penyakit Parkinson dan gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat tertentu,
termasuk antipsikotik, gejala ekstrapiramidal meliputi kaku tubuh, gerakan yang tidak normal
dan tidak terkendali, serta tremor. Risperidon merupakan obat golongan antipsikosis atipikal
merupakan derivate dari benzisoksazol yang mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor 5-HT
dan aktivitas menengah terhadap reseptor D2, α1, α2 dan reseptor dopamin. Diazepam merupakan
obat golongan antianxietas
DISKUSI/PEMBA
HASAN
2. Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku
Terapi perilaku menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,
dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari).

b.Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau
tilikan, atau suportif

c. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-
psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak
terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan
hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai