Oleh :
Nafrah Amalia
K1B1 21 002
Pembimbing:
dr. Wa Ode Harniana, M.Kes., Sp.KJ
MENGAMUK
LAPORAN
PSIKIATRI
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara diantar oleh
keluarganya dengan keluhan mengamuk, bila mengamuk pasien sering memukul orang yang dilihatnya dan
menghambur barang-barang di rumah. Pasien juga gelisah, mendengar suara-suara serta pasien sulit tidur, 3 hari
terakhir pasien tidak tidur sama sekali. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir dan memberat 3 hari yang lalu.
Sebelum dibawa ke RSJ pasien di ruqyah namun tidak ada perubahan sehingga keluarga memutuskan untuk
membawa pasien ke RSJ.
Sebelum sakit pasien rajin membantu ayahnya mencari nafkah bekerja sebagai buruh bangunan, rajin beribadah,
mudah bergaul, serta terbuka kepada adik-adiknya dan keluarganya jika ada masalah. Namun setelah sakit pasien
mengurung diri dikamar, dan pasien tidak lagi bekerja.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Menurut ayahnya, keluhan pasien muncul ketika pasien menelpon ayahnya untuk meminta izin pulang ke
kampung dengan alasan ingin memberikan uang ke keponakannya karena baru saja menerima gaji dan sekaligus
untuk memeriksa sawah yang dimilikinya, namun sang ayah melarang, setelah mendengar jawaban tersebut pasien
langsung memaki ayahnya melalui telpon.
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Faktor
stressor
psikososial Keinginan pasien yang tidak diikuti
A. Status Internus
Seorang pria datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 27 Agustus 2021. Pasien lahir di Sinjai, 1 Juli 1998, belum menikah, agama Islam, suku Bugis, pendidikan
terakhir SD, dan memiliki pekerjaan sebagai buruh bangunan. Pasien diantar oleh keluarganya dengan keluhan
mengamuk, bila mengamuk pasien sering memukul orang yang dilihatnya dan menghambur barang-barang di
rumah. Pasien juga gelisah, mendengar suara-suara serta pasien sulit tidur dan 3 hari terakhir pasien tidak tidur
sama sekali. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir dan memberat 3 hari yang lalu. Sebelum dibawa ke RSJ
pasien di ruqyah namun tidak ada perubahan sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ
Sebelum sakit pasien rajin membantu ayahnya mencari nafkah bekerja sebagai buruh bangunan, rajin
beribadah, mudah bergaul, serta terbuka kepada adik-adiknya dan keluarganya jika ada masalah. Namun setelah
sakit pasien mengurung diri dikamar, dan pasien tidak lagi bekerja. Terdapat hendaya sosial, pekerjaan, serta
waktu senggang.
IKHTISAR PENEMUAN
BERMAKNA
Menurut ayahnya, keluhan muncul setelah pasien menelpon ayahnya untuk meminta izin
pulang ke kampung dengan alasan ingin memberikan uang ke keponakannya karena baru saja
menerima gaji dan sekaligus untuk memeriksa sawah yang dimilikinya, namun sang ayah
melarang, setelah mendengar jawaban tersebut pasien langsung memaki ayahnya melalui telpon.
Pemeriksaan status mental tampak seorang pria berusia 23 tahun wajah tampak sesuai
usianya, menggunakan baju kaos berwarna pink dan celana pendek berwarna hitam, perawakan
besar tinggi, kuku kotor, rambut acak-acakan serta nampak tidak merawat kebersihan diri. Pasien
memiliki kesadaran berubah, perilaku dan psikomotor gelisah, pembicaraan spontan serta
intonasi tinggi, sikap terhadap pemeriksa tidak kooperatif, mood sulit dinilai, afektif labil,
keserasian tidak serasi, sulit untuk memusatkan perhatian, fungsi orientasi dan daya ingat baik,
terdapat halusinasi auditorik, tidak dapat mengendalikan impulsnya, norma sosial terganggu, uji
daya nilai terganggu, penilaian realitas terganggu serta tilikan 1 (penyangkalan total terhadap
penyakitnya).
EVALUASI
MULTIAKSIAL
•
A. Aksis 1 :
Berdasarkan hasil alloanamnesis ditemukan tanda dan gejala yang secara klinis bermakna yaitu
mengamuk, memukul orang, menghambur barang-barang di rumah, gelisah, mendengar suara-suara
serta sulit tidur menyebabkan timbulnya distress (penderitaan) dan hendaya sehingga pasien dapat di
golongkan mengalami Gangguan Jiwa.
• Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan hendaya dalam menilai realitas yaitu
terdapat halusinasi auditorik sehingga pasien ini digolongkan dalam Gangguan jiwa Psikotik.
• Pada riwayat penyakit sebelumnya tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita pasien ini sehingga pasien ini digolongkan dalam Gangguan Jiwa Psikotik Non
Organik
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan penggunaan NAPZA yang dapat menyebabkan
disfungsi otak sehingga kemungkinan gangguan psikotik akibat Penggunaan NAPZA dapat
disingkarkan.
• Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat, kesadaran
berubah, psikomotor gelisah, serta terdapat halusinasi auditorik. Berdasarkan PPDGJ-III memenuhi
dua gejala skizofren sehingga dikatakan Skizofrenia (F20).
• Pada pasien tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, tak terinci, depresi
pasca skizofrenia, simpleks, sehingga digolongkan ke dalam Skizofrenia YTT (F20.9).
EVALUASI
MULTIAKSIAL
B. Aksis II:
Tidak Ada ciri kepribadian khas
C. Aksis III:
Tidak ada
D. Aksis IV:
Keinginan pasien yang tidak diikuti
E. Aksis V
GAF = 20-11 (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri).
DAFTAR PROBLEM
Psikologik
Organobiologi Terdapat gangguan Sosiologik
psikologi sehingga Terdapat hendaya sosial,
Terdapat
membutuhkan psikoterapi pekerjaan, dan waktu
ketidakseimbangan senggang sehingga
neurotransmitter sehingga membutuhkan sosioterapi
membutuhkan 54%
psikofarmaka
20%
PROGNOSIS
Faktor pendukung :
• Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
• Keluarga memberikan support yang baik kepada pasien
Faktor penghambat :
• Faktor ekonomi keluarga pasien
• Usia muda pasien
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang sekitar untuk memberikan dorongan pada pasien agar
menciptakan lingkungan yang kondusif terutama di dalam rumah/ keluarga agar pasien dapat
menjalani pengobatan dengan baik karena faktor stressor dapat ditekan.
PEMERIKSAANPENU
NJANG
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,
dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari).
b.Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau
tilikan, atau suportif
c. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-
psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak
terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan
hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
THANK YOU