1. Sri Apriliani 2007010132 2. Mahrisya Rindu W 2007010179 3. Sumartha 2007010005 4. Noor Ifansyah 2007010207 5. Ziadatan 2007010267 6. Herniyati 2007010454 7. Ari Fitrianto 2007010282 8. Umi Laili 2007010240 PENGERTIAN HIPERTENSI Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang.
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan
darah tinggi. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian. Berikut adalah klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa: Normal: sistolik di bawah 120 mmHg / diastolik di bawah 80 mmHg Prehipertensi: sistolik 120-139 mmHg / diastolik 80-89 mmHg Hipertensi stadium 1: sistolik 140-159 mmHg /diastolik 90-99 mmHg Hipertensi stadium 2: sistolik 160 mmHg ke atas / diastolik 100 mmHg ke atas Krisis hipertensi (perlu penanganan segera): sistolik 180 mmHg ke atas / diastolik 110 mmHg ke atas Gejala Hipertensi Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain: Sakit kepala; Lemas; Masalah penglihatan; Nyeri dada; Sesak napas; Aritmia; dan Adanya darah dalam urine. Penyebab Hipertensi Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Masing-masing memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini : 1. Hipertensi Primer Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun. 2. Hipertensi Sekunder Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain: Obstruktif sleep apnea (OSA). Masalah ginjal. Tumor kelenjar adrenal. Masalah tiroid. Cacat bawaan di pembuluh darah. Pengobatan Hipertensi a. Non farmakologi yaitu modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup sehat merupakan saran untuk mencegahan dan mengatur tekanan darah tinggi (Chobanian, 2003) b. Terapi Farmakologi Tujuan awal pengobatan ditujukan pada penurunan tekanan darah, tetapi tujuan akhir adalah untuk menghindarkan komplikasi lambat, memperbaiki kualitas dan memperpanjang hidup (Tjay dan Rahardja, 2007). Ada beberapa hasil penelitian yang memberikan data bahwa menurunkan tekanan darah dengan beberapa obat seperti angiotensin converting enzyme inhibitors (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI), angiotensin receptor blockers (ARB), ß-blocker, calcium channel blockers (CCB), and tiazid tipe diuretik akan mengurangi komplikasi yang disebabkan hipertensi (Chobanian, 2003). Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Dosis dinaikkan berangsur-angsur sampai tercapai efek yang diinginkan yang dinamakan metoda start low go slow (Tjay dan Rahardja, 2007) PENCEGAHAN HIPERTENSI Untuk mencegah tekanan darah tinggi, lakukan olahraga secara rutin dan jaga berat badan agar tetap ideal. Periksakan juga tekanan darah secara berkala ke dokter, terlebih jika Anda memiliki faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
mencegah hipertensi, yaitu : Mengonsumsi makanan sehat. Batasi asupan garam. Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan. Berhenti merokok. Berolahraga secara teratur. Menjaga berat badan. Mengurangi konsumsi minuman beralkohol. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT HIPERTENSI merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung PENYEBARAN/ KEADAAN DI INDONESIA
Prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia berdasarkan
pengukuran pada umur ≥18 tahun menurut hasil Riskesdas 2013 terdapat di Bangka Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada tahun 2013 di provinsi Bali sebesar 19,9% (Kemenkes.RI, 2014). Epidemiologi hipertensi berdasarkan orang dapat diklasifikasikan menurut umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Semakin tinggi umur maka prevalensi hipertensi akan cenderung meningkat (Kemenkes RI, 2013)