Anda di halaman 1dari 23

Interaksi obat dan

saluran cerna
Dosen Pengampu : Raisa Fadilla M.Farm.
Kelompok 1

Adiliah Laumara 180103003

Holilah 180103014

Muhammad Supardi 180103029

Taqiyatul Muslihah 180103051

Renaldha Janu Erga 180103060

Sadina Vania TDS 180103042


Pengertian interaksi obat

Efek suatu obat akibat adanya obat lain yang


diberikan secara bersamaan atau terpisah obat
berinteraksi sehingga efektivitas atau toksisitas obat
berubah.
Pengertian interaksi Gastrointestinal

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara

bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal

umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan

dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari interaksi farmakokenetik.

Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada yang

menguntungkan dan ada yang membahayakan.


Mekanisme Interaksi Obat

Secara garis besar dapat melalui beberapa cara yaitu :

 Interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas)

 Interaksi secara farmakokinetik meliputi ADME

 Interaksi secara farmakodinamik

Pada interaksi obat saluran cerna ini mekanisme yang di lewati hanya farmakokinetik

yaitu pada saat Adsorbsi.


Secara garis besar interaksi obat dibagi menjadi 2 bagian
:
> Interaksi antara obat-obat
Faktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal.
• Interaksi Langsung
Yaitu interaksi sksecara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi,sehingga
mengganggu proses absopsi.
Ex: obat obatan digoksin, siklosporin, asam valproate menjadi inaktif jika diberikan bersama adsorben
(kaolin charcoal) atau anionic exchang resins (kolestiramin, kolestipol).

• Perubahan Ph cairan saluran cerna


Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat yang bersifat
asam atau basa Misalnya :
Ex: Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga
absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
Lanjutan…

• Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandinkan di lambung.
Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi. Obat-obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara
bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung akan
memperlambat absorpsi obat lain.
Ex: Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolo dan obat
antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik narkotik akan
memperlambat absorpsi obat lain.
Lanjutan…
• Perubahan Flora usus.
Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai: Sintensis vitamin k dan merupakan sumber vitamin
K yang penting Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang aktif Sebagai metabolism obat
(missal levodova) Hidrolsis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu sehingga terjadi sirkulasi
enterohepatik yang memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral) Pemberian antibiotic spectrum
luas
Ex: tetrasiklin, kloranfenikol, ampislin,sulfonamide)akan mempengaruhi flora usus sehingga
menghambat sintesa vitamin K oleh mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini diberikan bersama
antikoagulan oral maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi pendarahan.

• Efek toksik pada saluran cerna


Ex: Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom malabsorpsi
yang menyebabkan absorpsi obat lain terganggu.

• Mekanisme tidak diketahui


Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorpsi obat lain dengan mekanisme yang tidak diketahui.
Ex: phenobarbital yang dapat mengurangi absopsi griseofulvin dalam saluran cerna.
Interaksi antara obat – makanan
Interaski obat dengan makanan masih belum banyak diketahui, seperti halnya dengan
interaksi antara obat dengan obat lain maka interaksi ini juga mempengaruhi absopsi
obat. Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi karena beberapa hal:

1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga menyebabkan penundaan absorpsi obat.


2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada
pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung
kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks sama seperti obat-obat yang mengandung
kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion
klasium, magnesium atau besi sehingga suasah diabsorpsi.
4. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitroso (nitrosamine) yang disebut kanserogen.
Ini terjadi pada zat makanan yang mengandung nitrit (nitirit biasanya digunakan
sebagai pengawet daging dan sosis) dengan aminofenazon.
5. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana absopsi obat dapat dihambat secara
kompetititf oleh zat makanan yang bersangutan. Kompetisi ini terjadi pada obat obat
yang merupakan analog dari zat makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-
merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui mekanisme yang sama dengan
mekanisme yang sama dengan mekanisme bahan sama dengan mekanisme
bahan makanan.  makanan
Pembagian obat-obatan
Dibagi menjadi 6 kelompok yaitu:
1. Antasida
2. Obat Penghambat Sekresi Penghambat Sekresi Asam Lambung Lambung
3. Obat-Obat Yang Obat-Obat Yang Meningkatkan Mukosa Meningkatkan
Mukosa Lambung
4. Digestan
5. Laksansia
6. Antidiare
7. Antiemetika
Kasus Interaksi Obat dan Cara Mengatasinya
Contoh kasus interaksi obat beserta cara mengatasinya:

A. interaksi obat dengan tingkat severity minor

1. Antasida + Alplarozam
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa antasida bisa menunda
penyerapan dan mengurangi konsentrasi Cmax pada benzodiazepin.
Mekanismenya belum di ketahui pasti, tetapi kemungkinan terkait dengan
pengosongan lambung atau kation yang mengikat benzodiazepin tersebut.
Dampaknya onset benzodiazepin tertunda dan efek klinis berkurang.
Lanjutan…
2. Antasida + Ranitidin
Antasida dapat menurunkan kosentrasi pada H2blocker.
Mekanismenya terkait dengan absorbsidan bioavilibitas di karenakan
penetralan asam. Di sarankan H2blocker di berikan satu atau dua jam
sebelum antasida

3. Omeprazol - isosorbid dinitrat


Omeprazol dapat menghamvat distribusi obat nitrat oral. Efek
samping antiangina mungkin akan berkurang tetapi ini dapat
memperburuk iskemik miokard. Alternatifnya dapat mempertimbangkan
terapi acid-suppresant
B. interaksi obat dengan tingkat severity moderat

1. Antasida + Ondansentron
Ondansentron dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur. Resiko
meningkat ketika magnesium di dalam darah sedikit yang bisa terjadi ketika
penggunaan obat pencahar secara berlebihan. Jika di temui gejala rendah
magnesium seperti kelelahan, mengantuk, pusing, kesemutan, nyeri otot, mual,
muntah alangkah baiknya segera memeriksakan ke dokter.
C. Interaksi obat dengan tingkat severity major

1. Omeprazol + clopidogrel
Mekanismenya adalah PPI dapat menghambat bioaktivasi CYP450
2C19 yang di mediasi oleh klopidogrel yang berakibat aktivitas enzim
berkurang dan bahkan tidak ada. Dampaknya dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, strok, serta angina yang tidak stabil. Interaksi obat
harus di tangani secara tepat di dasarkan. Pada identifikasi interaksi obat
potensial sehingga bisa di beri tindakan yang tepat seperti theraupetic dan
monitoring atau penyesuaian dosis untuk mengurangi dampak klinis
akibat interaksi obat
Thanks you
Sumber:
- Gitawati, Retno. 2008. “interaksi obat dan
beberapa implikasinya”. Media litbang kesehatan
volume XVIII nomor 4 .
- Yati, Falna,dkk. 2013. interaksi obat saluran cerna.
Universitas Sumatra medan.
-
Pertanyaan???
1. Yohanes
Pertanyaan: Lansoprazol – Isosorbit apakah efek yang di timbulkan sama dengan Omeprazol – Isosorbit?
2. Lince tolo
Pertanyaan: Mengapa Ranitidine di Tarik dari pasaran?
3. Irawati
Pertanyaan: Mengapa Lansoprazol dan Ranitidine di berikan bersamaan?
4. Ibu Raisa
Pertanyaan: Jelaskan pada slide ke 13 Antasida + Ranitidine?
5. Lince tolo
Pertanyaan: Jelaskan Klasifikasi Lnsoprazole dan Omeprazole?
6. Gius lovanti
Pertanyaan: Obat H2Blocer di minum dengan Sucralfat apakah akan terjadi interaksi obat?
Jawaban

1. Omeprazol sm lansoprazol itu sama krn 1 golongan yaitu inhibitor PPI (ppt farmakoterapi hipertensi kel1 35A)

2. karena senyawa ini diduga kuat mengandung senyawa yang dapat memicu sel kanker, yaitu N-nitrosodimethylamine
(NDMA).Namun kini, BPOM mengeluarkan surat edaran resmi yang menyatakan bahwa ranitidin bisa diedarkan kembali.
Beberapa produk ranitidin terbukti mengandung NDMA meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Namun, jumlah yang kecil
ini bisa memicu kanker jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.Hal inilah yang menjadi dasar BPOM meminta para
produsen ranitidin untuk menghentikan produksi, distribusi, dan menarik produknya dari pasaran untuk sementara.
berdasarkan surat edaran resmi, BPOM mengumumkan izin ranitidin untuk diedarkan kembali.Menurut BPOM, setelah
dilakukan kajian dan pengujian laboratorium terhadap cemaran N-nitrosodimethylamine (NDMA) dalam ranitidin di pasaran,
beberapa produk dinyatakan aman.Hal tersebut dikarenakan studi global menyepakati bahwa batas cemaran NDMA yang
diperbolehkan adalah 96 ng/hari.Artinya, beberapa produk tidak melanggar ambang batas tersebut sehingga bisa
dipergunakan dalam pengobatan. (https://hellosehat.com/obat-suplemen/ranitidin-diedarkan-kembali/)
3. Lansoprazol merupakan obat lambubg golongan penghambat pompa proton yang berfungsi untuk
menghambat produksi asam lambung. Umunnya lansoprazol di sarankan untuk di konsumsi paling efektif di
pagi hari saat perut kosong atau sebelum makan, Ranitidine merupakan obat lambung golongan penghambat
reseptop H2 yang berfungsi untuk menghambat produksi asam lambung. Umumnya di anjurkan untuk di
konsumsi 2x sehari sebelum makan, Keduanya memiliki fungsi yang sama, oleh sebab itu umumnya
penggunaan kedua obatvtersebut secara bersamaan tidka menimbulkan dampak yangblebih signifikan
(https://www.alodokter.com/komunitas/topic/magg-dan-greed)

4. Antasid merupakan obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung dan meredakan gejala-gejala
seperti nyeri ulu hati, mual, serta gejala sakit lambung lainnya. Ranitidin merupakan obat dari golongan bloker
histamin H-2 yang berfungsi menurunkan produksi asam lambung. Kedua obat ini sama-sama dapat
diberikan untuk mengurangi gejala-gejala penyakit lambung dan berkerja dengan cara yang berbeda. Antasid
bisa diberikan bersama dengan obat penurun asam lambung (seperti ranitidine) untuk meredakan gejala
dengan lebih cepat. Meskipun Antasid dan ranitidin dapat digunakan secara bersama-sama, pemberiannya
sebaiknya diberikan jarak 2-4 jam karena antasid dapat mengganggu penyerapan ranitidin sehingga
mengurangi efektivitas kerja obat ini. (https://www.alodokter.com/komunitas/topic/maag-157)
5. Lnsoprazol dan omeprazole adalah sama sama bisa menurunkan kadar asam lambung. Perbedaan keduanya tidak
terlalu banyak, salah satunya adalah keamanan penggunaannya pada ibu hamil dan menyusui.

Lansoprazole:
a. menunjukkan tingkat eradikasi H. pylori 99%, karena rejimen dengan durasi 14 hari memberikan hasil lebih baik dari
pada pengobatan dengan durasi yang lebih singkat. Lansoprazole kurang stabil dalam meningkatkan pH gaster
dibandingkan omeprazole, sehingga efektivitas antibiotik untuk mengeradikasi H. pylori menurun.
b. Lansoprazole tidak stabil terhadap pasien yang mengalami severe atrophic changes, karena berkurangnya sel
parietal yang merupakan sel target dari lansoprazole. Sedangkan menurut lansoprazole membutuhkan dosis yang
lebih tinggi untuk memperoleh efektivitas yang maksimal.
c. Pada penelitian ini tidak disebutkan kausa perbedaaan signifikan lansoprazole triple therapy dengan lansoprazole
concomitant therapy dalam eradikasi H. pylori.
Omeprazole:
d. mampu mengeradikasi H. pyloridengan kombinasi rejimen amoxicillin dan metronidazole dibanding lansoprazole
dengan kombinasi amoxicillin dan clarithromycin.
e. omeprazole memiliki durasi kerja yang singkat dalam meningkatkan pH intragastric. Antibiotik seperti amoxicillin
tidak stabil pada pH rendah dan memiliki waktu paruh 15 jam pada pH 2, Sedangkan clarithromycin akan
berdegradasi pada lingkungan asam dan memiliki waktu paruh kurang dari 1 jam pada pH 2. Sehingga penggunaan
omeprazole kurang efektif untuk eradikasi H. pylori.
f. Tidak ada perbedaan efektivitas dalam penggunaan rejimen terapi dengan omeprazole maupun lansoprazole untuk
eradikasi H. pylori. Adverse effect paling banyak terjadi pada rejimen terapi omeprazole berupa skin rash dan
lansoprazole berupa diarrhea, taste perversion dan dizziness.
Lansoprazole:
a. aman dikonsumsi oleh dewasa. Anak-anak juga dapat mengonsumsi obat ini, dengan resep oleh dokter.
b. Untuk ibu hamil dan menyusui, hingga saat ini belum ada data yang memadai mengenai keamanannya.
Sehingga, sebaiknya bumil dan busui tidak mengonsumsi obat ini kecuali sudah berkonsultasi dengan dokter.
c. Lansoprazole sudah terbukti tidak aman untuk mengobati GERD dan esophagitis erosif pada anak yang
berusia di bawah satu tahun.Sementara itu untuk anak berusia 1-11 tahun, obat ini belum diketahui
keamanannya apabila digunakan lebih dari 12 minggu.
d. Lansoprazole biasanya diminum satu kali sehari pada pagi hari. Obat ini paling baik dikonsumsi 30 menit
sebelum makan, karena makanan yang masuk ke lambung bisa memperlambat penyerapan obat ini.
Omeprazole:
e. boleh dikonsumsi oleh dewasa, termasuk ibu hamil dan menyusui.
f. Anak-anak dan bayi juga boleh mengonsumsi obat ini selama memang diresepkan oleh dokter.
g. Omeprazole sebaiknya dikonsumsi satu jam sebelum makan.
h. Dosis penggunaan obat ini sebenarnya berbeda-beda, tergantung dari penyakit yang diobati. Obat ini biasanya
baru akan terasa efeknya setelah 1-4 hari pemakaian.
(https://www.sehatq.com/artikel/perbedaan-lansoprazole-dan-omeprazole-obat-penurun-asam-lambung) &
(riset.unisma.ac.id/index.php/jkkfk/article/download/9878/7813)
6. Obat H2Blocer di minum dengan Sucralfat apakah akan terjadi interaksi obat?

H2antagonis reseptor + Sukralfat Paling in vitro dan penelitian pada manusia telah menemukan bahwa
sukralfat tidak mempengaruhi penyerapan baik simetidin, ranitidin, atau roxatidin, tetapi dua penelitian
menemukan pengurangan 22 hingga 29% dalam bioavailabilitas ranitidine karena penggunaan sukralfat
secara bersamaan, yang tidak diharapkan menjadi signifikan secara klinis. Tidak ada alasan yang jelas untuk
menghindari penggunaan bersamaan.

(ebook-- Stockley’s Drug Interactions A source book of interactions, their mechanisms, clinical
importance and management Ninth edition Edited by Karen Baxter BSc, MSc, MRPharmS)

Anda mungkin juga menyukai