Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PELAKSANAAN MENGHARDIK PADA KLIEN

HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG UNIT PERAWATAN


INTENSIF PSIKIATRI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
Moh. Iqbal Okky Kusfanto, S.Kep
1419002572
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
Latar belakang
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang
berat. Schizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang
menggambarkan gangguan mental yang ditandai oleh
kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Salah
satu gejala umum dari skizofrenia yang banyak di
jumpai adalah halusinasi.
WHO (2016)

terdapat sekitar 35 juta orang terkena


depresi, 60 juta orang terkena bipolar,
21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5
juta terkena dimensia.
RISKESDAS
(2018)

memunjukkan prevalensi ganggunan mental


emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke
atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak
1,7 per 1.000 penduduk.
RSJD Dr. Amino Gondohuotmo
Semarang

Pada tahun 2017 di bulan oktober terdapat 139


orang, 134 orang/november, dan desember 172
Orang (madrin, upip, citro anggodo).pada tahun
2018 4 bulan terakhir di ruang endro tenoyo pasien
halusinasi berjumlah 100 orang . Berdasarkan angka
kejadian diatas membuktikan bahwa masih banyak
pasien dengan masalah utama halusinasi. Halusinasi
dapat menyebabkan kecemasan, bunuh diri,
mencederai diri, mencederai orang lain serta
lingkungan.
TUJUAN
UMUM KHUSUS
(Memahami Asuhan keperawatan Jiwa (Mampu merencanakan pengkajian, Diagnosa,
tentang gangguan sensori : halusinasi dengan asuhan , Tindakan, dan evaluasi keperawatan pada
pemberian tindakan latihan menghardik. ) klien halusinasi dengan SP 1 (Menghardik) )
TINJAUAN TEORI

Halusinasi adalah gangguan Menghardik halusinasi adalah cara


mengendalikan diri terhadap halusinasi
persepsi sensori dari suatu dengan cara menolak halusinasi yang
obyek rangsangan dari luar, muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi
gangguan persepsi sensori ini yang muncul atau tidak memedulikan
meliputi seluruh pancaindra. halusinasinya.
Diagnosa Keperawatan ( sesuai dengan konsep )

Dari pohon masalah keperawatan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang terdapat pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
TINJAUAN KASUS
(tanggal 28 Januari – 30 Januari 2020)
PENGKAJIAN

klien bernama Tn A, Tanggal pengkajian 28 Januari 2020, Berdasarkan pengkajian pola Persepsi klien
klien bermur 20 tahun, No. RM000xxx, klien berasal
dariSemarang, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir
mengalami Halusinasi pendengaran : Klien
klien SMP, Informan di dapat dari Klien. Klien datang kadang bicara dan tertawa sendiri, serta klien
dengan keluhan marah-marah, kluyuran, merusak barang, sering marah – marah sendiri. Klien mengatakan
mengancam orang lain. Faktor Predisposisi yang dialami Tn kadang dibisiki suara orang seperti menyuruh
A antara lain: Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ merusak benda – benda yang ada di sekitarnya,
sebelumnya pada tahun 2015, 2016, 2017 dan pada tahun
2020. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien klien mendengar bisikan itu pada saat dia sedang
jarang kontrol sendiri dan waktu sore – malam hari.
Analisa Data

Data Subyektif data obyektif

Dari data tersebut penulis mengangkat prioritas diagnosa gangguan persepsi


sensori :
halusinasi pendengaran.
Intervensi
Berdasarkan pengkajian didapatkan klien
mendengarkan suara bisikan orang seperti menyuruh
marah-marah. Setelah klien mendengar bisikan suara
yang didengar, peneliti langsung melakukan intervensi
yaitu melakukan SP 1 dengan cara menghardik.
Apabila klien mendengarkan bisikan yang
didengarkannya, bisa melakukan SP Menghardik
dengan cara tutup telinga dan mengatakan “ kamu
tidak ada, kamu tidak nyata” selama 3x atau lebih ,
sampai bisikan suara tersebut hilang dan klien tidak
mendengarkan lagi.
Implementasi
Dalam asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan
persepsi sensori : Halusinasi diruang Unit Perawatan
Intensif Psikiatri RSJD Amino Gondohutomo
Semarang Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan
penerapan teknik menghardik dalam waktu 3 hari yaitu
pada tanggal 28 Januari-30 Januari 2020. sehingga
diharapkan halusinasi pada Tn. A berkurang.
Evaluasi
tanggal Evaluasi (SOAP)
28 Januari Subyektif: pasien mengatakan mau melakukan cara mengontrol halusinasi
2020 dengan cara menghardik,
Obyektif: klien mampu mengulangi cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik tetapi belum sempurna,
Assisment: halusinasi masih,
planing: evaluasi kontrol halusinasi menghardik
29 januari Subyektif: 1)klien mengatakan masih mendengar bisikan yang berkata untuk
2020 melakukan sesuatu, seperti berdiam diri dan jelas saat malam hari. 2) klien
mengatakan sudah melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
Obyektif: klien terlihat mampu mengulangi apa yang diajarkan perawat.
Assisment: halusinasi masih.
Planing: evaluasi kontrol halusinasi menghardik.
30 Januari Subyektif: : klien mengatakan masih ada bisikan tetapi sudah berkurang.
2020 Obyektif: klien dapat mempraktekkan cara maenghardik sendiri tanpa bantuan
perawat atau orang lain.
Assisment: halusinasi tercapai.
Planing:pantau klien apabila terjadi halusinasi berulang dan lanjutan ke SP II
PEMBAHASAN
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Dalami (2009),
faktor predisposisi yang menjadi penyebab halusinasi
ada tiga, salah satunya faktor Sosial Budaya. Pada
faktor Stres yang menumpuk dapat menunjang
skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi diyakini
sebagai penyebab utama gangguan. Penyebab Tn. A
mengalami gangguang halusinasi yaitu faktor stres
yang menumpuk dan faktor adanya masalah dengan
teman bekerja.
Pada pohon masalah dijelaskan bahwa gangguan isolasi
sosial: Koping individu tidak efektif , Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi merupakan masalah utama (core
problem) sedangkan resiko Resti menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan merupakan akibat. Namun,
pada kasus Tn.A pada analisa data penulis lebih
memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Karena gejala
yang dialami Tn. A seperti bicara sendriri, sering
menyendiri, dan sering menderang suara orang mengajak
mengobrol.
Rencana Tindakan Keperawatan di susun berdasarkan pada
data yang diperoleh sesuai pengkajian dengan cara
wawancara. Cara perencanaan disesuaikan dengan data
data subjektif: Tn. A mengatakan mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, Klien mengatakan mendengar
bisikan seperti menyuruh marah-marah, , Klien
mengatakan mendengar bisikan pada waktu sore-malam
hari. Sedangkan data objektif: Klien terlihat berbicara
sendiri, Klien terlihat tertawa sendiri, klien terlihat
gelisah, pasien terlihat mondar-mandir. Dalam intervensi
dilakukan dua kali pertemuan dalam waktu 3 hari dari
tanggal 28 sampai dengan 30 Januari 2020, untuk
mengatasi masalah yang muncul.
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan
observasi keadaan klien agar mengetahui perkembangan
klien setiap hari. Klien Tn. A masih mengatakan
mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh klien
untuk marah-marah, klien mendengar bisikan mengajak
klien bercakap-cakap, senyum-senyum sendiri, gelisah,
klien susah tidur. Akan tetapi suara-suara yang didengar
Tn. A sudah tidak sering muncul lagi dan Tn. A sudah
jarang mendengarkannya .Sehingga Intervensi yang di
lakukan pada Tn. A mengulangi SP 1 yaitu cara
mengardik dan melanjutkan SP 2.
PENUTUP

KESIMPULAN SARAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai