Anda di halaman 1dari 49

PEMUTUSAN

HUBUNGAN KERJA DAN


SKORSING
Bambang Supriyanto
26 Juli 2008

1
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University Jakarta, 2006
PERATURAN
HUBUNGAN KERJA PERUNDANG
UNDANGAN

PERJANJIAN PERATURAN PKB PERATURAN


RECRUITMENT KERJA PERUSAHAAN LAINNYA

PENAWARAN MASA KERJA


New hire Pension
KERJA

PERJANJIAN Perselisihan Hubungan Industrial


KERJA • Perselisihan Hak
• Perselisihan Kepentingan
• Perselisihan PHK
• Perselisihan SP/SB
2
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
HUBUNGAN KERJA

 Berdasarkan perjanjian kerja yang


berdasarkan kesepakatan kedua pihak
 Hubungan kerja merupakan hubungan
kemitraan antara pengusaha dengan
pekerja?
 Dalam hubungan kerja, salah satu pihak
bersifat subordinasi terhadap pihak lainnya

3
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
UU NO 2 TAHUN 2004
PP
MAHKAMAH AGUNG ( 1 & 3 SAJA) 30 HARI

PUTUSAN
FINAL PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 50 HARI
MENGIKAT

ARBITRASI KONSILIASI MEDIASI


(2&4) (2,3&4) (1,2,3,4) 30 HARI 140 HARI

BERDASARKAN KESEPAKATAN

CATATKAN PERSELISIHAN DI DISNAKER.


DISNAKER TAWARKAN PENYELESAIAN :
KONSILIASI ATAU ARBITRASI (TUNGGU 7 HARI)

B I P A R T I T 30 HARI

HAK KEPENTINGAN PHK ANTAR SP/SB


(1) (2) (3) (4)
PERSELISIHAN 4
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
HAK NORMATIF DAN NON NORMATIF

 Hak normatif :
 Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam peraturan
per-uu-an : upah minimum, cuti, jam lembur, komponen
upah lembur, cuti haid, Jamsostek, THR, meninggalkan
pekerjaan dengan upah, ketentuan penghitungan uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang
penggantian hak, uang pisah, surat keterangan pernah
bekerja (dlm hal PHK)
 Ketentuan-ketentuan yang sebelumnya non normatif yang
kemudian dinyatakan dalam PK, PP, PKB
 Bukan non normatif : selain hak normatif

5
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
JENIS/ KATEGORI PHK
Jumlah TerPHK Individual, kurang dari 10 orang, 10 orang
atau lebih (masal)
Inisiator PHK Pekerja, Kesepakatan Bersama,
Perusahaan
Pekerja sbg inisiator Mengundurkan diri, Sakit berkepanjangan,
PHK Meninggal dunia
Kesepakatan Bersama Pengusaha dan pekerja sepakat untuk
mengakhiri hubungan kerja
Pengusaha sbg inisiator Pekerja melakukan pelanggaran terhadap
PHK PP atau PKB, kinerja rendah, efisiensi,
tutup/bangkrut/pailit, merger, akuisisi
Demi hukum Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mencapai
usia pensiun sbgmn diatur dalam PP atau
PKB

6
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
ASAS PHK DALAM
UU NO 13/2003

 Apabila PHK merupakan inisiatif


perusahaan, undang-undang mengatur
bahwa proses dibuat tidak mudah
 Dalam rangka melindungi pekerja

7
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
TIGA LANGKAH WAJIB
SEBELUM PHK
Dalam hal perundingan tidak menghasilkan
kesepakatan, pengusaha hanya dapat memPHK
pekerja setelah memperoleh penetapan LPPHI

Segala upaya sudah dilaksanakan,


tetap PHK tidak dapat dihindarkan, wajib
dirundingkan oleh pengusaha dengan pekerja
atau serikat pekerja

Pengusaha,pekerja, serikat pekerja,


dan pemerintah dengan segala upaya
mengusahakan agar tidak terjadi PHK
8
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENGUSAHA DILARANG
MELAKUKAN PHK (1)

 Pekerja tidak masuk kerja karena sakit


menurut keterangan dokter selama tidak
melampaui 12 bulan secara terus menerus
 Pekerja tidak masuk kerja karena memenuhi
kewajiban negara
 Pekerja melakukan ibadah yang
diperintahkan agamanya
 Pekerja menikah

9
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENGUSAHA DILARANG
MELAKUKAN PHK (2)

 Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur


kandungan, atau menyusui bayinya
 Pekerja mempunyai pertalian darah atau
perkawinan dengan pekerja lain di dalam
satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam
PK, PP, atau PKB

10
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENGUSAHA DILARANG
MELAKUKAN PHK (3)

 Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan/atau


pengurus SP, pekerja melakukan kegiatan SP di
luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
kesepakatan pengusaha atau berdasarkan
ketentuan dalam PK, PP, atau PKB
 Pekerja mengadukan pengusaha kepada yang
berwajib mengenai perbuatan pengusaha
melakukan tindak pidana kejahatan

11
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENGUSAHA DILARANG
MELAKUKAN PHK (4)

 Karena perbedaan paham, agama, aliran


politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan
 Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit
akibat kecelakaan kerja berdasarkan
keterangan dokter jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan

12
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENGUSAHA DILARANG
MELAKUKAN PHK (5)

 PHK yang dilakukan pengusaha melanggar


semua ketentuan tersebut, batal demi
hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan kembali pekerja yang
bersangkutan

13
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK TIDAK MEMERLUKAN
PENETAPAN
 Pekerja masih dalam masa percobaan (bila
telah dipersyaratkan secara tertulis
sebelumnya)
 Pekerja mengundurkan diri murni atas
kemauan sendiri
 Berakhirnya hubungan kerja sesuai PKWT
untuk pertama kali
 Pekerja mencapai usia pensiun dan
meninggal dunia

14
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SKORSING
 Selama belum ada penetapan dari LPPHI,
pengusaha dan pekerja harus tetap
melaksanakan kewajibannya
 Selama belum ada penetapan LPPHI,
pengusaha dapat melakukan penyimpangan
dengan melakukan skorsing terhadap pekerja
dengan tetap wajib membayar upah beserta
hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja

15
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK KESALAHAN BERAT

16
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SE MENAKERTRANS
NOMOR : SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005

TENTANG
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
ATAS HAK UJI MATERIL UNDANG -
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
TERHADAP
UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

17
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
KEKUASAAN KEHAKIMAN INDONESIA

MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERADILAN PERADILAN PERADILAN PERADILAN


MILITER AGAMA TUN UMUM

PENGADILAN PENGADILAN
PAJAK ANAK

PENGADILAN
NIAGA

PENGADILAN
HAM
MENTERI
PERHUBUNGAN PENGADILAN
HUBUNGAN
INDUSTRIAL

MAHKAMAH PENGADILAN MAHKAMAH


PELAYARAN KORUPSI SYARIAH

18
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SE MENAKERTRANS
NOMOR : SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005
 Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa Undang-
undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
khusus Pasal 158 ;Pasal 159 ; Pasal 160 ayat (1)
sepanjang  mengenai anak kalimat "....bukan atas
pengaduan pengusaha ";Pasal 170 sepanjang
mengenai anak kalimat "...Pasal 158 ayat (1) ..."; Pasal
171 sepanjang menyangkut anak  kalimat ....Pasal 158
 ayat (1) ... " Pasal 186 sepanjang mengenai anak
 kalimat "...Pasal 137 dan  Pasal 138 ayat (1) .... " tidak
mempunyai kekuatan hukum  mengikat.,

19
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SE MENAKERTRANS
NOMOR : SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005
Penyelesaian PHK :
a. Pengusaha yang akan melakukan PHK dengan
alasan pekerja/buruh melakukan kesalahan berat
(eks Pasal 158 ayat (1), PHK dapat dilakukan
setelah ada putusan hakim pidana yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap 
b. Bila pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib dan
pekerja/ buruh tidak dapat    melaksanakan
pekerjaan sebagaimana mestinya maka berlaku
ketentuan  Pasal 160 Undang – undang 13/2003.

20
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SE MENAKERTRANS
NOMOR : SE-13/MEN/SJ-HK/I/2005

 Dalam hal terdapat " alasan mendesak "


yang mengakibatkan tidak
memungkinkan  hubungan kerja dilanjutkan,
pengusaha dapat menempuh upaya
penyelesaian melalui  lembaga  penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

21
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK MASAL

PHK MASAL

22
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK MASAL
 PT DIRGANTARA INDONESIA
 HOTEL SHANGRI-LA
 PT TEXMACO
 PT HOTEL INDONESIA
 PABRIK-PABRIK TPT (TEKSTIL DAN PRODUK
TEKSTIL)
 PERTAMINA
 PERUSAHAAN-PERUSAHAAN KAYU –
KALTIM/KALSEL

23
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
HUBUNGAN INDUSTRIAL
Karakteristik Unik
 Ibarat mata uang dengan dua sisi :
 Rawan terjadinya perselisihan antara pengusaha
dengan pekerja karena adanya berbagai perbedaan
kepentingan yang mendasar di antara kedua pihak.
 Namun kedua pihak mempunyai kepentingan yang
sama.
 Sinergi dari kedua pihak berdasarkan semangat
kemitraan akan membawa manfaat bagi kedua
belah pihak.

24
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PENYEBAB UMUM PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
 Kurang efektifnya dialog dan kelembagaan Bipartit dan
Tripartit.
 Kurangnya transparansi pihak perusahaan
 Baik pengusaha maupun pekerja kurang memahami
dengan baik peran dan batas-batas kewenangan dan
hak masing-masing
 Seringkali disebabkan karena kurangnya itikad baik
kedua pihak
 Euforia kebebasan berorganisasi dan tingkat
profesionalisme Serikat Pekerja
 Keterbatasan lapangan kerja dan keterbatasan tingkat
pendidikan dan skill pekerja
 Kurang efektifnya mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial
25
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
MENGAPA TERJADI PHI
(FAKTOR PENGUSAHA)
 Kelalaian atau ketidakseriusan pengusaha dalam
merespon dan menanggapi keresahan yang sudah
cukup lama berkembang di perusahaan.
 Kelemahan Divisi Sumber Daya Manusia/ Hubungan
Industrial dalam mengelola hubungan industrial
 Kurang melakukan pendidikan dan pelatihan mengenai
Hubungan Industrial dan kemampuan profesionalisme
terkait dengan Hubungan Industrial
 Selama ini kurang membangun dan memelihara
komunikasi yang efektif dan transparansi dengan pekerja
pada umumnya dan Serikat Pekerja pada khususnya
 Tidak cukup menguasai peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
 Budaya perusahaan yang mencerminkan arogansi sikap
pengusaha
26
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
MENGAPA TERJADI PHI
(FAKTOR PEKERJA)
 Tingkat profesionalisme Serikat Pekerja di
perusahaan
 Kurangnya pemahaman dan penguasaan peraturan
perundang-undangan
 Serikat Pekerja di perusahaan merupakan anggota
Federasi Serikat Pekerja beraliran keras
 Mayoritas pekerja berpendidikan kurang tinggi
dengan skill yang terbatas
 Adanya cukup banyak pekerja dalam kelompok
“BSH”
 Adanya beberapa orang pekerja yang gemar mencari
perhatian dan suka menonjolkan diri
27
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
MENGAPA PHK MASAL ?
 Organisasi perusahaan terasa terlalu besar,
banyak pekerja yang dinilai tidak
perform/berkinerja maksimal (umur, pendidikan,
skill)
 Restrukturisasi, perubahan bentuk/sistim
organisasi untuk meningkatkan efektivitas operasi
 Kegiatan bisnis menurun (kalah bersaing, internal
problem, kondisi ekonomi nasional)
 Perusahaan harus tutup total
 Terjadi akuisisi perusahaan, merger dengan
perusahaan lain

28
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
BERBAGAI MACAM PHK MASAL
DAN PELAKSANAANNYA

PENYEBAB CARA PEMBAYARAN


PELAKSANAAN
Perusahaan tutup Sesuai normatif,
Sepihak oleh sekaligus
Perusahaan perusahaan
efisiensi
Perusahaan Normatif plus,
restrukturisasi/reorg sekaligus
anisasi
Perusahaan pailit Kesepakatan
bersama
Force Majeur Sesuai normatif,
diangsur
29
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
SEBELUM MELAKUKAN PHK MASAL
SE Menaker No : SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004

a. Mengurangi upah dan fasilitas pekerja tingkat atas, misalnya


tingkat manajer dan direktur ;
b. Mengurangi shift ;
c. Membatasi/menghapuskan kerja lembur ;
d. Mengurangi jam kerja ;
e. Mengurangi hari kerja ;
f. Meliburkan atau merumahkan pekerja/buruh secara bergilir
untuk sementara waktu ;
g. Tidak atau memperpanjang kontrak bagi pekerja yang sudah
habis masa kontraknya ;
h. Memberikan pensiun bagi yang sudah memenuhi syarat.

30
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
FAKTOR-FAKTOR MENYULITKAN
PHK MASAL
 Budaya perusahaan yang tidak menunjang terbentuknya
hubungan industrial yang sehat dan harmonis
 Kurang melembaganya komunikasi efektif antara
pengusaha dengan pekerja
 Kurangnya transparansi perusahaan
 Keterbatasan keuangan perusahaan
 Dorongan waktu pelaksanaan PHK
 Masuknya pihak ketiga yang kurang profesional
 SP/SB di perusahaan dikemudikan oleh Federasi yang
kurang profesional
 Kurang memahami peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan
 Kurangnya profesionalisme salah satu/kedua pihak
31
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK MASAL

SEPIHAK, KESEPAKATAN
INISATIF DARI BERSAMA
PERUSAHAAN PENGUSAHA &
PEKERJA

PEMBAYARAN
SEBATAS NORMATIF
ATAU
NORMATIF PLUS

32
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK MASAL SEPIHAK
PEMBAYARAN SEBATAS NORMATIF

 Berawal dari kondisi perusahaan yang terpaksa harus


mengurangi pekerja dalam jumlah besar secara
sekaligus.
 Kemampuan perusahaan tidak memungkinkan
memberikan pembayaran selain yang normatif
 Secara yuridis perusahaan benar, tetapi secara
psikologis dan sosiologis bermasalah
 Perlu kehati-hatian, kecermatan, kesabaran tetapi juga
ketegasan
 Koordinasi dengan instansi yang berwenang (Disnaker)
perlu dilakukan secara intensif
 Perlu strategi yang tepat untuk proses pelaksanaan PHK
masal

33
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
TEKNIK MENYIAPKAN PELAKSANAAN
PHK MASAL (1)
 Cukup waktu untuk mensosialisasikan permasalahan atau
penyebab PHK masal
 Pelatihan kepada semua pekerja tentang “Management of
Change”
 Adakan pendekatan kepada Pimpinan/pengurus SP,
termasuk juga informal leader pekerja
 Gunakan bahasa dan penyajian yang mudah dimengerti
pekerja
 Manfaatkan dan tugaskan middle dan senior manajemen
untuk mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi
perusahaan
 Siapkan data dan informasi secukupnya untuk menjelaskan
kepada pekerja. Bila perlu berikan fasilitas bagi pekerja
untuk dapat langsung mengakses data.
 Gunakan teknik penyampaian informasi dengan melibatkan
pekerja untuk berpikir dan menyimpulkan sendiri 34
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
TEKNIK MENYIAPKAN
PELAKSANAAN PHK MASAL (2)
 Buat simulasi penghitungan pembayaran yang akan diterima
pekerja dengan sample yang mewakili strata/level pekerja (Non
Staff, Junior Staff, Senior Staff)
 Bila pekerja melakukan penawaran (lebih dari normatif), sebelum
melakukan perundingan, siapkan para pihak untuk mengetahui
teknik negosiasi yang benar (pelatihan/workshop)
 Secara dini libatkan pejabat Disnaker setempat dan senantiasa
informasikan perkembangan prosesnya.
 Bersifat tegas, tidak terbawa “irama” pekerja, tetapi tidak kaku.
 Pertimbangkan untuk memberikan tambahan benefit selain yang
normatif: pelatihan ketrampilan wiraswasta, upah transisi,
bantuan biaya pendidikan anak transisi, biaya kesehatan transisi,
dll.
 Hindari kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan
pelaksanaan PHK Masal
35
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PROSES RESTRUKTURISASI ORGANISASI :
Matrix Pilihan BEBERAPA MODEL

Holistic APPROACH Partial/Departmental


-Recommended: untuk jumlah besar excess -Recommended: untuk jumlah kecil excess
employees, bila perubahan harus segera dilaksanakan employees, bila perubahan harus segera
dilaksanakan
Simultaneous

- Advantage: banyak kesempatan untuk internal


transfer, clear mapping organization untuk manpower -Advantage: implementasi dapat lebih cepat,
plan di masa datang, one time shoot secara lebih akurat memenuhi kebutuhan
- Disadvantage: process yang cukup rumit, persiapan departemen ybs, tidak begitu rumit
yg cukup panjang, terdapat kemungkinan adanya -Disadvantage: kesempatan internal transfer
instabilitas kegiatan operasi terbatas, kurang terintegrasi, kemungkinan
gangguan operasional lebih sedikit
TIMING

-Recommended: untuk jumlah besar excess employees, Recommended: untuk jumlah kecil excess
bila perubahan tidak harus segera dilaksanakan employees, bila perubahan tidak harus segera
-Advantage: banyak kesempatan untuk internal transfer, dilaksanakan
clear mapping organization untuk manpower plan di Advantage: implementasi dapat lebih akurat
masa datang, terdapat beberapa pengalaman dari setiap memenuhi kebutuhan departemen ybs, cukup
Gradual

batch untuk perbaikan bagi batch berikutnya, waktu untuk persiapan mental pekerja
kesempatan lebih panjang untuk menyiapkan mental
pekerja Disadvantage: perlu waktu panjang, sedikit
- Disadvantage: perlu waktu panjang, keresahan dan kesempatan untuk internal transfer, keresahan dan
kasak-kusuk pekerja, dapat berakibat tidak kasak kusuk pekerja, penurunan gairah kerja,
terlaksanakannya rencana keseluruhan. berpotensi tidak terlaksananya rencana
keseluruhan.
36
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PRINSIP-PRINSIP DASAR
RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN
 Laksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
 Maksimalkan upaya untuk lakukan internal transfer,
PHK harus merupakan upaya terakhir
 Laksanakan restrukturisasi secara transparan
 Libatkan dan komunikasikan kepada SP/SB secara
jelas dan bijaksana
 Perlakukan pekerja dengan konsisten dan
memperhatikan martabat dan kehormatannya
 Laksanakan bila mungkin dengan mutual agreement
dan pembayaran normatif plus
 Siapkan paket komunikasi efektif kepada semua
pekerja
37
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PHK MASAL KESEPAKATAN
DENGAN PAKET NORMATIF PLUS

 Berawal dari perlunya dilakukan pengurangan pekerja


karena: restrukturisasi organisasi, peningkatan efektifitas
organisasi, efisiensi operasional
 Pekerja yang tidak/kurang berpotensi perlu diganti
dengan yang pekerja yang lebih baik
 Dapat merupakan strategi awal untuk menuju pada PHK
sepihak dari perusahaan di masa datang
 PHK lebih mudah dilaksanakan karena berdasarkan
kesepakatan dan dengan pembayaran normatif plus
 Bersifat sukarela, opsi ada pada pekerja
 Kemungkinan terjadinya perselisihan atau gugatan lebih
kecil
38
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
ALTERNATIF SOLUSI UNTUK
KELEBIHAN PEKERJA (KESEPAKATAN)
DENGAN PAKET NORMATIF PLUS

TERBUKA SELEKSI KASUS PER KASUS


Program diumumkan Dilakukan identifikasi/ Dilaksanakan secara
secara terbuka, siapapun seleksi pekerja yang diam-diam
yang berminat akan ditawari.
dipersilakan mengajukan
permohonan

Melamar secara Seleksi berdasarkan Dilaksanakan secara


sukarela, tetapi review organisasi atau kasus per kasus. Pekerja
kinerja/skill pekerja. yang mengajukan
perusahaan berhak Pekerja yang terseleksi permohonan atau
menyetujui/ menolak ditawari. Pekerja dapat perusahaan yang
menolak tawaran melakukan pendekatan
Tentukan dalam periode Tentukan dalam periode Berjalan secara
tertentu/ terbatas tertentu/ terbatas berkesinambungan,
tanpa batas waktu
tertentu

39
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PLUS DAN MINUS
ALTERNATIVE SOLUSI KELEBIHAN PEKERJA

NO ALTERNATIF PLUS MINUS


1 TERBUKA Kesempatan secara Pekerja yang punya
fair kepada semua potensi dapat
pekerja mengajukan permohonan
2 SELEKSI Fokus pada pekerja -Pekerja yang tidak
yang dikehendaki ditawari dapat juga
untuk pergi mengajukan
permohonan.
-Pekerja yang ditawari
dapat merasa
tersinggung.
3 KASUS PER Bersifat fleksibel, Tidak dapat dilaksanakan
KASUS kasus per kasus bila keinginan untuk
mengurangi pekerja
bersifat segera. 40
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PROSES PELAKSANAAN
PHK MASAL (KESEPAKATAN)
DENGAN PAKET NORMATIF PLUS
DAFTAR PEKERJA
(INISIATIF DARI PERUSAHAAN) DISETUJUI

NOMINASI PEKERJA SERAHKAN NOMINASI


REVIEW NOMINASI OLEH
OLEH DEPT HEAD KPD HUMAN
TEAM PHKK
(VP LEVEL) RESOURCES
DEPT MGR
BERSAMA DNG
HR MGR
TAWARKAN
PAKET
PEKERJA TIDAK PHKK KEPADA
BERSEDIA PEKERJA YBS

PERIODE 30 HARI PEKERJA MERESPON SECARA


DIBERIKAN KPD PEKERJA TERTULIS TTG KESEDIAANNYA
PEKERJA UNTUK BERSEDIA MENERIMA TAWARAN PAKET
MEMPERTIMBANGKAN NORMATIF PLUS

PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PHKK
PHKK
41
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PERMASALAHAN PHK DAN SOLUSI
(1)
PERMASALAHAN SOLUSI
Kinerja EE dinilai kurang Usahakan semaksimal
memenuhi syarat, tapi tidak mungkin dengan penyelesaian
terdapat bukti yang cukup, bipartit, bila tidak
dipindahkan ke departemen memungkinkan, lanjutkan
lain tidak memungkinkan sesuai Per-UU-an yang
berlaku.
Kesalahan EE sangat jelas Usahakan semaksimal
menurut ER (baik pelanggaran mungkin dengan penyelesaian
berat atau ringan), tetapi tidak bipartit, bila tidak
terdapat bukti yang cukup memungkinkan, lanjutkan
sesuai Per-UU-an yang
berlaku.
42
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PERMASALAHAN PHK DAN SOLUSI
(2)

PERMASALAHAN SOLUSI
EE memiliki knowledge & skill Usahakan semaksimal
yang cukup, namun terjadi mungkin dengan penyelesaian
ketidakharmonisan dalam bipartit, termasuk dengan MAT
hubungan kerja dengan dengan paket khusus
supervisor

43
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
PERMASALAHAN PHK DAN SOLUSI
(3)
PERMASALAHAN TEKNIK & SOLUSI
PHK masal terpaksa harus dilakukan  Alasan harus jelas, tegas, logical
 Perusahaan harus transparan atas
data yang relevan
 Komunikasi yang efektif dengan
SP
 Bentuk integrated task force
 Lobby intensif dengan Disnaker,
Pemda, DPRD
 Siapkan pekerja secara psikologis
 Paket insentif, sbg tambahan
Maksimalkan bipartit, bila tidak
mencapai kesepakatan, lanjutkan
sesuai ketentuan per-UU-an
44
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
TUJUH - SYARAT UTAMA PHK

SUFFICIENT

CL R
EVIDENCE

CY

EA EA
EN

R SO
&
T

LO NS
IS
NS

GI
CA
CO

L
MO

NO OTHER

N
CHOICE

IO
IC E
M

UN TIV
AT
EXCEPT
EN

TERMINATION

MM E C
TU

CO EFF
M

COMPLIANCE
TO LAW

45
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
KASUS PHK (1)

1. 1984 : EE diterima sebagai Secretary


2. 1985-1999 : EE dipromosikan sebagai Ext. Secretary
3. 1991 : EE dipindahkan ke Human Resources Dept sebagai
Supv. Formalities & Office Services
4. 1991 : EE ada masalah tentang ticketing dan Formalities
5. 1993 : EE dipindahkan ke seksi lain, perusahaan kehilangan
kepercayaan
6. 1993 – 1996 : dalam seksi lain EE dinilai tidak berkinerja
dengan baik dan indisipliner. EE merasa berkinerja cukup
7. 1996 : Ditawari PHK dengan paket MAT, EE menolak karena
merasa tidak mempunyai kesalahan apapun
8. 1996 : EE diskors, tetapi kemudian dipekerjakan kembali,
karena tidak diketemukan unsur-unsur kesalahan
46
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
KASUS PHK (2)
9. 1996 : EE setelah dipekerjakan kembali, dipindahkan ke
bagian Training. Berdasarkan dokumen yang ada, kinerja EE
dinilai memenuhi syarat
10. 1998 : Karena ada reorganisasi di bagian Human Resources,
EE dipindahkan ke bagian Development
11. 2000 :EE complain karena merasa tidak dilakukan
Performance Appraisal terhadapnya, minta diperlakukan
secara adil, minta perusahaan agar meminta maaf
terhadapnya. Perusahaan tidak bersedia
12. 2000 – 2002 : hubungan antara EE dengan Perusahaan
semakin memburuk
13. 2002 : Kasus EE muncul di berbagai media masa.
Perusahaan menilai EE telah menodai nama Perusahaan
(sebagaimana diatur dalam PKB)

47
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
KASUS PHK (3)
Perusahaan mengajak EE melakukan perundingan Bipartit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Perusahaan kembali menawarkan PHK dengan paket MAT,


EE kembali menolak.

Perusahaan memproses kasusnya ke Kantor Tenaga Kerja


untuk mediasi, dan kemudian berlanjut ke P4D, P4P, PT TUN,
hingga ke Mahkamah Agung untuk mohon kasasi.
Hingga saat ini belum ada putusan kasasi MA.

48
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006
49
Certified Human Resources Professional (CHRP), Atma Jaya University, Jakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai