Anda di halaman 1dari 54

Ns. Reni Desi Susanti, S. Kep.

 Upaya dibidang kesehatan yang menyangkut


pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah.
 Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal,
bagi ibu dan keluarganya untuk menuju
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan
landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
 Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan ,
sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan
diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan
kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga,
Posyandu dan sebagainya.
 Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan
balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10
keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di
sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan ibu menyusui.
 Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu
hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan
anak balita.
 Meningkatnya kemampuan dan peran serta
masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan
peran ibu dan keluarganya.
1. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1)
sebesar 100%.
2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
sebesar 90%.
3. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
4. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan
neonatal pertama (KN1) sebesar 90% dan KN
Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
5. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%. Balita
ditimbang berat badannya (jumlah balita
ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).
6. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
7. Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium sebesar
90%.
8. Ibu hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah sebesar 85% dan
9. Balita usia 6-59 bulan mendapatkan Kapsul Vitamin A sebanyak
85%.
10. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap kepada bayi 0-11 bulan
sebesar 90 %.
11. Penguatan Imunisasi Rutin melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional (GAIN) UCI, sehingga desa dan kelurahan dapat
mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebanyak 100%.
12. Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
dalam mendukung terwujudnya Desa dan Kelurahan Siaga aktif
sebesar 80%
ADVOKASI BINA SUASANA

PEMBERDAYAAN
KEMITRAAN
MASYARAKAT
Risiko kematian ibu & anak terjadi paling banyak pada periode
kelahiran

INDONESIA ADALAH SALAH SATU DARI 68 NEGARA


YANG MEMILIKI KEMATIAN IBU DAN NEONATAL YANG BURUK

LAHIR MATI
KEMATIAN BBL

KEMATIAN IBU
KEMATIAN ANAK
 Kesehatan Maternal/Ibu
 Kesehatan Perinatal dan Neonatal
 Kesehatan Bayi dan Anak
 Kesehatan Reproduksi
AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh,dll di setiap 100.000 kelahiran hidup.
 1990 : Safe Motherhood Initiative
 sebuah program yang memastikan semua wanita
mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga
selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya
 1996 : Gerakan Sayang Ibu (GSI)
 Program ini melibatkan sektor lain di luar kesehatan.
 Salah satu program utama yang ditujukan untuk
mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan
bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang
bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat.
 2000 : strategi
Making Pregnancy Safer
 2010 : program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS)
 menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%.
 Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
(52,6% kematian)
 Program EMAS:
 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi
obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150
Rumah Sakit PONEK dan 300
Puskesmas/Balkesmas PONED);
 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan
efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
 Pengelolaan program KIA
pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi semua ibu hamil
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan balita
diseluruhpelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar
4. Peningkatan deteksi dini resiko komplikasi kebidanan dan BBL
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan BBL secara kuat dan
terus menerus
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita sesuai
standar
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai
standar pada BBL, bayi dan balita
9. Peningkatan pelayanan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar
 Diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan
 Proses ini dilakukan selama rentang usia
kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai
usia kehamilan menjadi trimester pertama,
trimester kedua, dan trimester ketiga.
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah;
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi;
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90
tablet selama kehamilan;
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ);
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian
komunikasi interpersonal dan konseling,
termasuk keluarga berencana);
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana,
minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan
golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya); dan
10. Tatalaksana kasus
1 x pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu),
 1 x pada trimester kedua (usia kehamilan
12-24 minggu), dan
 2 x pada trimester ketiga (usia kehamilan
24 minggu sampai persalinan)
 Deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan
 Mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu
 dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
 dokter umum,
 dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan
persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan
kala IV persalinan.
 Keberhasilan program ini diukur melalui indikator
persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan
terlatih (Cakupan PN) dan persentase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF)
Target 75%

Terendah: Papua, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara


 Faktor Resiko pada ibu hamil
 Primigravida ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun
 Anak ≥ 4
 Jarak persalinan terakhir dan kehamilan
sekarang ≤ 2 tahun atau ≥ 10 tahun
 TB ≤ 145 cm
 BB ≤ 38 kg atau LILA ≤ 23,5 cm
 Riwayat penyakit keluarga
 Kelainan bentuk tubuh
 Risiko tinggi kehamilan
 HB ≤ 8gr
 Tekanan darah ≥ 140/90mmHg
 Oedema nyata
 Eklampsia
 Pendarahan
 KPD
 Letak lintang pada kehamilan ≥ 32 minggu
 Letak lintang
 Infeksi atau sepsis
 Penyakit kronis
 Riwayat kehamilan yang buruk
 Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
1. perdarahan,
2. hipertensi dalam kehamilan (HDK),
3. infeksi,
4. partus lama/macet,
5. abortus.
 Kematian ibu di Indonesia masih didominasi tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan
infeksi.  > 25% HDK
 Risiko tinggi pada neonatal
 BBLR
 Bayi dengan tetanus neonatrum
 Bayi dengan ikterus neonarum
 BBL dengan sepsis
 BBL dengan berat ≤ 4 kg
 Bayi preterm dan post term
 Bayi dengan cacat bawaan
 Bayi dengan persalinan dengan tindakan
1. ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan;
2. tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang
sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau
perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif
kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin;
3. tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini
komplikasi;
4. apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat
memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan
stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan;
5. proses rujukan efektif;
6. pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna
1. peningkatan pelayanan antenatal yang
mampu mendeteksi dan menangani kasus
risiko tinggi secara memadai;
2. pertolongan persalinan yang bersih dan aman
oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan
pasca persalinan dan kelahiran; serta
3. pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal
dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK)
yang dapat dijangkau secara tepat waktu
oleh masyarakat yang membutuhkan
1. Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K)
 kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dala
m melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko
kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses
dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
 Bagian dari konsep DESA SIAGA
2. Audit Maternal Perinatal
 Upaya dalam penilaian pelaksanaan serta
peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
 Keg: pembahasan kasus kematian ibu atau
bayi baru lahir sejak di level masyarakat sampai
di level fasilitas pelayanan kesehatan.
▪ kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan
ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal
dan bayi baru lahir
 Akses pelayanan antenatal (K1)
 Cakupan pelayanan ibu hamil (K 4)
 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN)
 Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)
 Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
 Cakupan pelayanan neonatus lengkap (KN lengkap)
 Deteksi faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat
 Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK)
 Neonatus dengan komplikasi yang tertangani
 Cakupan kunjungan bayi (29 hari-11 bulan)
 Cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan)
 penyebab kematian ibu dan kematian bayi
yaitu infeksi tetanus yang disebabkan oleh
bakteri Clostridium tetani
 akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril
atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil
sebelum melahirkan
 Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan
menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf
pusat.
 imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi:
 Wanita Usia Subur (WUS) = 15-49 tahun
 WUS/Ibu hamil
 5 dosis, dg interval:
 TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1
dengan masa perlindungan 3 tahun.
 TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2
dengan masa perlindungan 5 tahun.
 TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3
dengan masa perlindungan 10 tahun.
 TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4
dengan masa perlindungan 25 tahun.
TT2+ = cakupan ibu yg mendapat TT2 - TT5
Tertinggi: Jawa Barat, Kepualauan Bangka, Belitung; 93,5%, 91,2%, dan 87,68%
 Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar, yang dilakukan sekurang-urangnya
tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu
pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan
hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan
 Masa nifas dimulai dari enam jam sampai
dengan 42 hari pasca persalinan
1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas,
dan suhu);
2. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
3. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI
eksklusif;
5. emberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk
keluarga berencana;
6. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
Terendah: Papua
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga menyebutkan bahwa program
keluarga berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
 Tujuan Umum = membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera
 Tujuan lain = pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga
 KBmerupakan salah satu strategi untuk
mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T;
 terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20
tahun),
 terlalu sering melahirkan,
 terlalu dekat jarak melahirkan, dan
 terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
 KB juga merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak, serta perempuan
 Sasaran pelaksanaan program KB yaitu
Pasangan Usia Subur.
 PUS: pasangan suami-istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah, yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun
 Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) yang saat ini menggunakan
salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi
kehamilan.
 Peserta KB Baru adalah pasangan usia
subur yang baru pertama kali
menggunakan alat/cara kontrasepsi dan
atau pasangan usia subur yang kembali
menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran
 Pil
 Suntik
 Implan
 AKDR
 Kondom
 Tubektomi
Semakin rendah angka unmet need dapat mengindikasikan keberhasilan
penyelengaraan program KB.

Anda mungkin juga menyukai