DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN.
KELOMPOK 12
1. Muhammad Al Zikri
2. Putri Oktaviani
3. Rischa Yulia
Pengertian KKN ( Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme )
1. Korupsi
Menurut (Prodjohamidjojo, 2001 : 7) “Korupsi berasal dari Perkataan latin coruptio atau corruptus yang
berarti kerusakan atau kebobrokan”.
Menurut (Pope, 2003 : 6) adalah “Menyalahgunakan Kekuasaan dan kepercayaan publik untuk
keuntungan pribadi”. Dari definisi Tersebut terdapat tiga unsur dari pengertian korupsi, yaitu :
1. Menyalahgunakan kekuasaan;
2. Kekuasaan yang dipercayakan (yaitu baik di sektor publik maupun di sektor Swasta), memiliki akses
bisnis atau keuntungan materi;
3. Keuntungan pribadi (tidak selalu berarti hanya untuk pribadi orang yang Menyalahgunakan kekuasaan,
tetapi juga anggota keluarganya dan teman-Temannya).
secara yuridis dapat ditemukan dalam Pasal 1 UU No. 28 tahun 1999 yaitu Korupsi adalah tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak
pidana korupsi.
2. Kolusi
1. KORUPSI
- Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang
lenyap.
- Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial budaya.
- Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
- Ketidakadilan di berbagai bidang.
- Penyalahgunaan kekuasaan yang menyebabkan kesengsaraan pihak lain.
- Ketidakselarasan antara fungsi, tujuan, dan mekanisme proses (sesuai prosedur dan hukum) dengan praktiknya.
- Kesenjangan sosial.
- Mendapat hukuman bagi pelaku KKN.
- Pelanggaran hak-hak warga negara.
- Ketidakpercayaan rakyat pada aparat negara.
- Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu.
- Demokrasi menjadi tidak lancar
- Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
- Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
- Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka kolusi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan.
- merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara.
- merangsang untuk ditiru dan menjalar di lapisan masyarakat sehingga memberikan dampak negatif
3. NEPOTISME
1. Dampaknya secara luas adalah nepotisme ikut menjadi faktor pembentuk pragmatisme pemikiran masyarakat.
2. unsur keahlian atau kemampuan yang dimiliki, kalau nepotisme dilakukan dengan tidak memperdulikan kualitas, maka
pelakunya bisa dikategori sebagai orang yang dzalim dan dapat merusak tatanan kehidupan, baik keluarga, masyarakat,
negara, maupun agama.
3. unsur kejujuran dalam menjalankan amanat, Jika nepotisme dijalankan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam suatu
peraturan atau hukum tertentu, seperti menutup kesempatan kepada orang lain yang sama-sama mempunyai hak, maka ia
termasuk kelompok yang bisa dikategorikan sebagai orang yang tidak jujur dan khianat terhadap amanat.
4. Nepotisme dapat menimbulkan konflik loyalitas dalam organisasi, terutama bila salah seorang anggota keluarga ditempatkan
sebagai pengawas langsung di atas anggota keluarga yang lain. Rekan sekerja tidak akan merasa nyaman dalam situasi
seperti itu, oleh karenanya hal seperti ini harus dihindari (Pope, 2003).
5. Loyalitas yang tinggi kepada atasan sampai pada tahap tertentu mampu memberikan perlindungan bagi karyawan dari intrik-
intrik politik yang terus berlangsung (Susanto et al, 2008).
6. Diskriminasi dalam memperoleh kesempatan pengembangan diri dan karier berdampak pada menurunnya motivasi dan
semangat kerja, serta penurunan kinerja pegawai yang masuk melalui jalur rekrutmen resmi.
Setelah mengetahui pengertian dan dampak dari KKN,
Apa kebijakan dari pemerintah dan dasar hukumnya?
Dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, langkah yang
dibentuk oleh pemerintah yaitu dengan mengeluarkan peraturan di antaranya yaitu:
1. Ketetapan MPR-RI No. XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN
2. Ketetapan MPR-RI No. X /MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam
Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai
Pengganti UU No. 3 Tahun 1971
6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
7. Undang-undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pasca gerakan
reformasi nasional, prinsip-prinsip penyelenggaraan
pemerintahan yang baik tercermin dalam ketetapan Undang-
Undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, mengatur
mengenai asas-asas umum pemerintahan yang mencakup beberapa
asas yaitu:
Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan
dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya.
• Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh
orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam
lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.
• Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi tersebut
diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada orang lain.
• Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan
dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke siding pengadilan.
• Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk menghadap
dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal
pengurus atau ditempat pengurus berkantor.
THANKS!
Do you have any question?