(Diksi)
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), diksi adalah pilihan kata yang tepat
dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu (seperti yang diharapkan)
Majas perbandingan adalah majas yang gaya bahasanya diungkapan dengan cara menyandingkan atau
membandingkan suatu objek dengan objek lainnya, bisa berupa penyamaan, pelebihan, atau penggantian.
Majas perbandingan ini masih dibagi lagi ke dalam beberapa macam-macam gaya bahasa, seperti:
- Personifikasi, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan fungsi benda mati yang dapat bersikap
seperti manusia. Contohnya seperti, angin malam telah melarang aku ke luar.
- Metafora, adalah gaya bahasa yang digunakan sebagai kiasan yang secara eksplisit mewakili suatu maksud lain
berdasarkan persamaan atau perbandingan. Contoh majas metafora seperti usahanya bangkrut karena memiliki utang
dengan lintah darat.
- Eufemisme, adalah gaya bahasa di mana kata-kata yang dianggap kurang baik diganti dengan padanan kata yang
lebih halus. Contohnya, Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
- Metonimia, adalah gaya bahasa yang menyandingkan istilah sesuatu untuk merujuk pada benda yang umum.
Contohnya, bila haus, minumlah Aqua. Kata Aqua di sini dikenal sebagai sebuah brand air mineral yang sudah cukup
terkenal.
- Alegori, adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata kiasan. Contohnya, mencari wanita yang
sempurna seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
- Sinekdok, adalah majas yang terbagi menjadi dua yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdok totem pro parte.
Contoh gaya bahasa ini seperti
1) Pars pro Toto: Hingga bel berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.
2) Totem pro Parte: Indonesia berhasil menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
- Simbolik, adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup
lainnya. Contohnya seperti, perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
- Asosiasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun disamakan dengan menambahkan
kata sambung bagaikan, bak, atau seperti. Contohnya, wajah ayah dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
- Hiperbola, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal.
Contohnya, pria itu memiliki semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.
Majas pertentangan adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata kiasan di mana maksudnya
berlawanan dengan arti sebenarnya.
Majas pertentangan memiliki beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:
- Paradoks, merupakan suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya dengan situasi kebalikannya.
Contoh majas ini seperti, di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.
- Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata di mana memiliki arti yang saling bertentangan.
Contohnya, Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.
- Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang disebutkan sebelumnya.
Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi misalnya hanya saja atau kecuali. Contoh gaya bahasa ini seperti,
Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
- Litotes, merupakan suatu ungkapan seperti merendahkan diri meskipun pada kenyataan sebenarnya justru
sebaliknya. Contohnya seperti, silakan mampir ke gubuk kami yang sederhana ini. Kata rumah di sini disebut sebagai
gubuk
- Sinisme, adalah gaya bahasa di mana seseorang memberikan sindiran secara langsung kepada orang
lain. Contohnya, Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana-mana.
- Sarkasme, adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir orang lain dengan konotasi yang
kasar. Contohnya, dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyarakat.
- Ironi, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan dengan makna berlawanan dengan fakta
sebenarnya. Contohnya, rapi sekali ruanganmu, sampai aku kesulitan untuk duduk di sini.
Majas ini adalah gaya bahasa untuk menyatakan sesuatu secara tegas guna meningkatkan pemahaman
dan kesan kepada pembaca atau pendengar.
Beberapa jenis majas penegasan adalah:
- Repetisi, adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata dalam suatu kalimat. Contohnya seperti, pria
itu pencopetnya, dia pelakunya, dia yang mengambil dompet saya.
- Retorik, merupakan gaya bahasa dalam bentuk kalimat tanya tetapi sebenarnya tidak perlu dijawab.
Majas ini biasanya dipakai untuk penegasan sekaligus sindiran. Contohnya, kalau kamu sholat subuh
setiap kapan saja?
- Pleonasme, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dengan makna sama, tapi diulang-
ulang terkesan tidak efektif tapi disengaja untuk menegaskan sesuatu. Contohnya, Kita harus maju ke
depan agar bisa menjelaskan pada teman sekelas. Kata maju sudah pasti ke depan.
- Antiklimaks, adalah gaya bahasa yang menjelaskan lebih dari tingkatan tertinggi ke tingkatan
terendah. Contohnya seperti, setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staff dan siswa rutin
melaksanakan upacara bendera.
- Pararelisme, adalah gaya bahasa yang mengulang-ulang sebuah kata untuk menegaskan makna kata
tersebut dalam beberapa definisi yang berbeda. Biasanya jenis majas ini digunakan pasa sebuah puisi.
Contoh majas ini seperti, sayang itu sabar. sayang itu lemah lembut. sayang itu memaafkan..
Tautologi, merupakan gaya bahasa yang mengulang kata yang bersinonim untuk menegaskan suatu
kondisi atau maksud tertentu. Contoh gaya bahasa ini seperti, sia adalah gadis yang
Idiom merupakan kata lain dari ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang bermakna khusus. Makna
dari idiom bukanlah berasal dari kata-kata pembentuknya, akan tetapi terbentuk setelah kata-kata
tersebut digabungkan. Idiom sering digunakan sebagai kiasan dalam penyampaian makna. Sebagai
contoh adalah gabungan kata “membanting tulang”. Makna dari gabungan kata tersebut akan memiliki
makna yang berbeda tergantung dari kalimat yang menyertainya.
Sebagai contoh, perhatikan kedua kalimat berikut:
Gabungan kata pada kalimat ini bukanlah sebagai idiom karena membentuk makna sesungguhnya yaitu
kegiatan membanting tulang.
Gabungan kata pada kalimat ini berkedudukan sebagai idiom karena sebagai kiasan untuk makna
bekerja keras.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Jenis Jenis Idiom
Idiom dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan unsur pembentuk dan pemilihan kata
pembentuknya.
Berdasarkan unsur pembentuknya, idiom dibedakan menjadi idiom penuh dan idiom
sebagian.
- Idiom penuh, adalah ungkapan yang maknanya tidak tergambar dari unsur-unsur
pembentuknya. Contoh idiom penuh adalah tangan kanan yang mempunyai makna orang
kepercayaan, atau buah hati yang mempunyai makna kesayangan.
- Idiom sebagian, adalah ungkapan yang maknanya masih tergambar dari salah satu unsur
pemebntuknya. Contoh idiom sebagian adalah kabar burung yang mempunyai
makna kabar/berita yang belum pasti kebenarannya.
- Pertemuan empat mata kedua presiden negara adidaya dipenuhi dengan rencana penguasaan dunia. (empat mata =
pertemuan antara dua orang)
- Adu mulut antara ayah dan kakak selalu berakhir dengan candaan dan tawa riang. (adu mulut = debat)
- Nenek Ida hidup sebatang kara setelah semua anaknya pergi merantau dan tak kembali pulang. - -
(sebatang kara = seorang diri)
- Akibat kantungmu bocor, kini kau tak punya simpanan apapun. (kantong bocor = boros)
- Rini sedang naik daun di sekolahnya karena ia menang juara olimpiade se-kabupaten. (naik daun = populer)
- Jangan pernah melakukan pekerjaan dengan setengah hati karena nanti hasilnya tidak akan memuaskan. (setengah
hati = tidak serius)
- Ibu selalu memperlakukan anak-anak panti seperti darah dagingnya sendiri. (darah daging = anak kandung)
Ayah selalu memarahi kakak karena sifatnya yang kepala batu. (kepala batu = bandel, keras kepala)
diproduksi dari awal (bisa memakai imajinasi sang pencipta atau dengan ronde komputasional).
Sedangkan bahasa a posteori, kosakata dan atur bahasanya didasarkan dari satu atau semakin bahasa
alami. Bahasa fiksi dan eksperimental mampu juga bersifat 'naturalistik', maksudnya bahasa tersebut
memang diproduksi untuk terdengar alamiah, dan apabila didasarkan posteriori, bahasa tersebut
mencoba mengikuti perhitungan alamiah dari fonologikal, leksikal dan atur bahasa. Karena bahasa ini
biasanya tidak diperuntukkan untuk kemudahan pembelajaran atau komunikasi, bahasa naturalistik
bahasa fiksi biasanya semakin susah dan berbelit. (karena bahasa tersebut mencoba meniru perilaku
yang biasa ditemui di bahasa alami seperti kata kerja dan benda yang tidak reguler, perhitungan
fonologis yang berbelit, dan lain-lain.) Jadi, berdasarkan keterangan di atas, bahasa terkonstruksi
mampu dibagi menjadi:
bahasa auksiliari (ing: auxiliary language, auxlangs) - bahasa yang diproduksi untuk komunikasi
international
bahasa artistik (ing: artistic language, artlangs) - bahasa yang diproduksi dengan semakin melihat ke
unsur estetikanya
bahasa logis (ing: logical language, loglangs) - bahasa yang diproduksi untuk kebutuhan dalam
eksperimentasi dalam logika atau filosofi
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Sebuah bahasa terkonstruksi mampu mempunyai penutur ibu (native speakers), apabila sang anak
mempelajarinya dari kecil dari orang tua yang mempelajarinya. Diperkirakan Esperanto mempunyai
jumlah penutur asli sebanyak selang 200 sampai 2.000 orang. Seorang bagian dari Klingon Language
Institute, d'Armond Speers, mencoba untuk membesarkan anaknya sebagai native speaker dari
Klingon dan Inggris, namun dia menemukan bahwa pada waktu itu, kosakata Klingon tidak cukup
akbar untuk mengekspresikan benda yang sering ditemui di rumah, "meja" dan "botol" sebagai
contohnya.
Pengguna bahasa terkontruksi juga kadang-kadang mempunyai gagasan lain mengapa mereka
memakainya. Di selang gagasan tersebut, Hipotesa Sapir-Whorf yang terkenal (walaupun masih
diperdebatkan kebenarannya) sering dinamakan. Hipotesa tersebut mengklaim bahwa bahasa yang
kita bicarakan mempengaruhi kegiatan kita berpikir, sehingga, bahasa yang "lebih baik" harusnya
mampu membuat sang pembicaranya sampai tingkat intelegensi yang semakin tinggi, atau mampu
menerima titik pandang yang semakin beragam.
Perluasan makna kata adalah generalisasi kata akibat dari dinamika bahasa.
Contoh : kata , dulu digunakan untuk menyebut ayah, tetapi sekarang di perluas penggunaannya untuk menyebut laki laki yang lebih
tua.
- secara derivatif, membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak
sama dengan kata.
b. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata dasar akan
mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada
satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
2. Sufiks(akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang
3. Konfiks(sirkumfiks/simulfiks)
Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, dan
berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal,
sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan
ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
4. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi dari dua afiks
atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal
beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
c. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara
sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi
sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik
(dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya
sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
d. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang
bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda atau yang baru.
e. Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah proses pembentukan
kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.
f. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil
proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm
(utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan), dan SD (utuhnya
Sekolah Dasar)
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
Kesimpulan
Diksi adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa yang
terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata
aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.
kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.
a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.
b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau
cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa.