Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 20

Gangguan Kebutuhan Nutrisi Patologis System


Pencernaan Dan Metabolic Endokrin

Dosen Pengampu : Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes


Delvitri Norwanti (P07220120068)
Lisnawati (P07220120083)
Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati karena toxin/racun,seperti bahan kimia atau obat-
obatan ataupun agent penyebab infeksi seperti Virus.Berdasarkan dari jenisnya penyebab terjadinya Hepatitis dibagi menjadi
2 jenis yakni Infeksi dan Hepatitis non infeksi.

Etiologi Hepatitis

Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:


1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus.

Klasifikasi hepatitis

Menurut Charlene J. Reeves (2001) terdapat berbagai hepatitis diantaranya sebagai berikut :
4. Hepatiis A (HAV: hepatiis infeksi). HAV disebabkan kontaminasi fecal oral, yang umumnya melalui air dan makanan
yang terkontaminasi.
5. Hepatiis B (HBV; serum hepatiis), HBV disebarkan melalui suntikan percutaneus oleh “pertocaneous inoculation” yang
disebabkan instrumen atau jarum yang terkontaminasi, kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi hepatitis B
surface antigen (HBsAg) (misalnya, selama kontak seksual), dan lintas-transmisi virus antara bayi dan ibu yang terjadi
dalam rahim, pada kelahiran, atau selama periode paska kelahiran Host / orang terinfeksi mungkin merupakan
pembawa yang tak menunjukkan gejala.
3. Hepatitis C (HCV; non – A, non – B). HCV disebarkan
4. Secara parenteral,khususnya tranfusi darah yang terkontaminasi (sebelum 1990), para pecandu obat-obatan yang
menggunakan jarum terkontaminasi, dan melalui kontak cairan tubuh misalnya kontak seksual.
5. Hepatitis D (HDV; delta hepatitis). HDV disebarkan dengan cara sama seperti HBV maupun super infeksi pada pembawa
HBV.
6. Hepatitis E (HEV). HEV terjadi melui transmisi oral – fekal.
7. Hepatitis yang disebabkan racun dan obat. Hepatitis ini dapat disebabkan berbagai kadar obat-obatan beracun, alkohol,
toksin industri, atau racun pabrik.
Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan meliputi:
1. Fase Pre Ikterik
2. Fase Ikterik
3. Fase penyembuhan

Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium
4. Pemeriksaan pigmen.
• Urobilirubin direk.
• Bilirubin serum total
• Bilirubin urine
• Urobilinogen urine
• Urobilinogen feses
 
2. Pemeriksaan protein
• Protein total serum
• Albumin serum
• Globulin serum

3. HbsAG (hepatitis B surface antigen).


4. Waktu protombin
Respon waktu protombin terhadap vitamin K.
5. Pemeriksaan serum transferase dan transminase
• AST (asparat aminotransferase) dan SGOT (serum glutamik oksaloasentik transminase).
• ALT (alanin aminotransferase) dan SGPT (serum glutamik piruvik transaminase).
• LDH (lactate dehydrogenase).
6. Amonia serum.
Radiologi
• Foto rontgen abdomen.
• Pemindahan hati dengan preparat technetium,emas atau
rose,begal yang berlabelradiokatif.
• Kolestogram dan kalangiogram.
• Arteografi pembuluh darah seliaka.
  Pemeriksaan tambahan
• Laporaskopi.
• Biopsi hati (Doengoes,1999).

Penularan hepatitis

1. Hepatitis A dan E
Fecal oral dengan menelan makanan yang sudah
terkontaminasi,kontak dengan penderita melalui
kontaminasi faces pada makanan atau air minum,atau
dengan makan kerang yang mengandung virus yang tidak
dimasak dengan baik.
2. Hepatitis B
Kontak dengan penderita melalui parenteral yang berasal
dari produk-produk darah secara intravena,kontak
sesual,dan perinatal secara vertikel (dari ibu ke janin).
3. Hepatitis C dan D
Kontak dengan pendertita melalui perenteral,penggunaan
obat- obatan IV dan tranfusi,dan kontak seksual
(Marilynn,2000).
Pengobatan hepatitis
 
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit hepatitis virus ini,asalkan dirawat dengan baik,biasanya dapat disembuhkan selama 6 bulan
penderita harus istirahat total 1-4 minggu,maka cukup protein tapi rendah lemak dan disertai dengan mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral.

Penatalaksanaan

Menurut Elizabeth J.Corwin (2016) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari:


1. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi alcohol.
2. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan secara
bertahap untuk infeksi kronis.
3. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim reverse transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis kronis.
4. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog nukleotida adalah pengobatan yang sangat berhasil untuk saat ini.
5. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima gamma lobulin murni yang spesifik terhadap HAV dan HBV, yang dapat memberikan
imunitas pasif terhadap infeksi.

Asuhan Keperawatan

6. Pengkajian :
A
a. Identitas Klien : Pada penyakit hepatitis biasanya sering di temukan pada laki- laki usia produktif 40-50 tahun. Perempuan dewasa relative lebih
rendah potensi terkena hepatitis karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen maskulin untuk menghadapi kanker.
b. Keluhan Utama : Klien biasa datang dengan keluhan:Demam,sakit kepala,nyeri pada perut kanan atas,mual,muntah,ikterik,lemah,letih,lesuh,dan
anoreksia.
c. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan sekarang gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas.
• Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan,prosedur oprasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibandingkan dengan saudara-saudaranya.
• Riwayat kesehatan keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan dan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit
pencernaan.
Perencanaan Keperawatan
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1
Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak nyaman dan 1) Bina hubungan saling percaya dengan 1) Hubungan saling percaya antara perawat dan klien bertujuan

cemas. menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. agar klien mampu mengungkapkan masalah yang ada serta

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2). Beri kesempatan pada klien untuk memudahkan perawat untuk melakukan intervensi

2x24 jam diharapkan klien dapat menurunkan kecemasan. mengungkapkan perasaannya. 2) Klien dapat merasa lega dan perawat dapat mengetahui
Kriteria hasil :
masalah yang dihadapi klien. Dan memberikan suasana
1). Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
tenang
gejala cemas agar klien tidak

2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik

untuk mengontrol cemas

3) Tekanan darah dalam batas normal ( 120/80 mmHg)


4) Postur tubuh, ekspresi

wajah. Bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan cemas


3) Pahami rasa takut/ansietas klien.
berkurangnya kecemasan. 3). Perasaan adalah nyata dan membantu klien untuk terbuka
4) Temani atau atur supaya ada seseorang bersama
sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapainya
klien sesuai dengan indikasi.
4). Dukungan yang terus menerus mungkin membantu klien

5). Pantau tingkat ansietas dan diskusikan mengurangi rasa takut ke tingkat yang dapat diatasi

penyebab bila mungkin. 5). Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan

kemampuan klien untuk menghadapinya

dengan lebih realistis.


Hangat
6).Dapat sendiri tanpa bantuan nafsu makan

6). Berikan mengurangi rasa keluarga klien dan


P : Selera makan kembali
cemas klien akan normal, BB normal memudahkan
penjelasan pada
menyakitinya. proses makan.

klien tentang
3
Nyeri akut berhubungan 1) Pantau 1). Memberikan
penyakitnya.
dengan nyeri bagian abdomen. karakteristik nyeri dasar untuk mengkaji
2
Ketidakseimbangan nutrisii 1) Kaji pemenuhan 1). Mengetahui
Tujuan : Setelah dilakukan dan tingkat nyeri dan
kurang dari kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi kekurangan nutrisi
tindakan keperawatan selama ketidaknyamanan mengevaluasi tingkat
berhubungan dengan klien klien 2). Agar
2x24 jam diharapkan nyeri klien. nyeri
anoreksia. 2) Kaji penurunan dapat dilakukan 2).
klien berkurang. Kriteria Hasil : 2) Observasi TTV
Tujuan : Setelah dilakukan nafsu makan intervensi dalam Mengidentifikasi
1). Klien tampak rileks 2). pada klien
tindakan keperawatan klien. pemberian makanan tingkat nyeri klien
Ekspresi wajah klien tampak 3) Berikan teknik
selama 2x24 jam 3) Jelaskan pada klien dan pedoman untuk
tenang rekasasi pada klien
diharapakan pola makan pentingnya 3) Dengan intervensi selanjutnya
4). Beri posisi
klien kembali normal. makanan pengetahuan 3). Untuk mengurangi
nyaman.
Kriteria Hasil :
bagi proses yang baik nyeri 4).
K : Klien mampu 5.) Bahas dengan dokter
penyembuh tentang nutrisi Meningkatkan
menjelaskan kembali
an. akan memotivasi penggunaan kenyamanan dan
tentang nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
A : Klien mengatakan 5). Kemungkinan
4) Berikan meningkatkan
nafsu makan mulai
makanan pemenuhan
meningkat
P : Klien mampu makan makanan
selagi 4) Untuk
meningkatkan
analgetik 3) Ketebalan dan tekstur jaringan
nyeri tidak bisa diatasi
normal
dengan teknik dan
4) Menunjukan
mengurangi nyeri terjadinya proses
penyembuhan

5 Intoleransi aktivitas berhubungan 1). Tingkatkan tirah 1) Meningkatkan


4
Resiko kerusakaan 1) Pertahankan 1). Kekeringan
dengan kelemahan umum Tujuan : baring/duduk, berikan isirahat dan
integritas pada kulit kebersihan tanpa meningkatakan Setelah dilakukan tindakan lingungkan tenang, batasi ketenangan

berhubungan dengan gatal menyebabkan kulit sensifitas kulit keperawatan selama 2x24 jam kunjungan sesuai keperluan. menyediakan waktu

diharapakan klien mampu 2).Tingkat aktivitas sesuai yang digunakan


pada kulit Tujuan : Setelah kering. dengan merangsang
melakukan aktivitas dalam batas toleransi, melakukan untuk penyembuhan
dilakukan tindakan ujung syaraf 2).
2) Anjurkan tidak normal. rentang gerak sendi 2) Tirah baring lama
Kriteria Hasil :
keperawatan selama Penggantian pasif/aktif. dapat
menggaruk, 1). Mampu melakukan aktivitas
2x24 jam diharapkan rasa gatal merangsang menurunkan
instruksikan klien sehari-hari (ADLs) secara mandiri
3). Kolaborasi kemampuan,ini
pada kulit klien berkurang. pelepasan histamin, 2). Berpartisipasi dalam aktivitas
Kriteria Hasil : untuk memberikan dapat terjadi
menghasilkan lebih fisik tanpa disertai peningkatan TD, pemeberian obat anti
tekanan pada area karena
1) Menunjukan pemahaman Nadi, dan RR.
banyak pruritus keterbatasan
3). Mampu berpindah ansietas.
dalam proses perbaikan kulit pruritus untuk
3). Pendingin akan aktivitas yang
dan mencegah terjadinya tujuan menggaruk
menggangu
menurunkan
cidera berulang 3). Pertahankan periode istirahat
2) Tidak ada tanda-tanda vasodilatasi dan
kelembaban 3). Membantu
infeksi dalam
pelembaban
ruangan pada 30- kekeringan
40% dan dingin
sendiri/tanpa bantuan alat manajemen
4). Awasi dan catat kebutuhan tidur
pemeriksaan 4). Membantu
laboratorium: dalam
bilirubin total dan mengetahui
bilirubin direc tingkat bilirubin
dalam hati.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien hepatitis terdiri atas sebagai berikut :
1. Pemeriksaan antibodi virus hepatitis.
2. Tes fungsi hati.
3. Pemeriksaan USG perut.
4. Biopsi hati
Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan pelaksanaan dari rencana yang sudah dibuat untuk proses penyembuhan klien selama klien dirawat dirumah
sakit. Setiap tindakan yang diberikan dari rencana tindakan harus diberi tanggal, waktu dan paraf (Doenges, 2009).
Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu hasil akhir dari perkembangan klien dari setiap tindakan yang sudah direncanakan.Dan klien sudah mengalami perubahan
terhadap diri yang dirasakan (Doenges,2009).
Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan klien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat
diatasi.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan peningkatan berat badan,menunjukkan peningkatan selera makan,klien
menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah,2012). Diabetes merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat
bekerjasebagaimana mestinya.

Etiologi

Menurut Huda (2015) terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes mellitus tergantung dari tipe diabetes melitus, diantaranya:
1. Diabetes Mellitus Tipe I yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh
:
• Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe I.
• Faktor imunologi (autoimun) .
• Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi beta.

2. Diabetes Mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin. diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas
terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II
adalah sebagai brikut : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus


Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari tiga gejalan yaitu:
3. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan.
4. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl .
5. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah: Poliuria,
polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan.
Klasifikasi

Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:


1. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin) Diabetes Melitus tipe 1 terjadi akibat
kerusakan dari sel beta pankreas sehingga tubuh mengalami kekurangan insulin,sehingga penderita
Diabetes tipe 1 akan ketergantungan insuli seumur hidup, Diabetes Melitus tipe 1 disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) faktor imunologik dan faktor lingkungan (Hardianah, 2013).
2. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin) Diabetes Melitus tipe 2 ini
disebabkan insulin yang berada didalam tubuh tidak bekerja dengan baik, bisa meningkat bahkan
menurun , Diabetes tipe ini umum terjadi dikarenakan oleh faktor resikonya yaitu malas olahraga dan
obesitas, faktor yang mempengaruhi Diabetes yaitu riwayat keluarga obesitas, gaya hidup dan usia yang
lebih 65 tahun memiliki resiko tinggi (Muhlisin, 2015).
Patway DM 1
 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis utama DM berupa:


1. Kadar gula darah meningkat.
2. Poliuria.
3. Polifagia (Makan yang berlebihan).
4. Polidipsia (peningkatan rasa haus).

Penatalaksanaan

Terapi Diabetes Melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya mengurangi
komplikasi vaskuler dan neuropatik, Dengan tujuan kadar gula dalam darah menjadi normal tanpa adanya gangguan yang serius pada pola aktivitas
klien (Perkeni, 2015).Terdapat lima komponen penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:
5.  Penyuluhan atau edukasi.
6. Latihan Fisik.
7. Terapi gizi.
8. Farmakoterapi.
9. Mengontrol gula darah.

Pemeriksaan penunjang

10. Pemeriksaan Laboratorium


Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict(reduksi).
2. Kadar glukosa darah
Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-<100 mg/dl. Dan gula darah
2 jam post pradial <180 mg/dl (Subekti, 2012).
3. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin (Srihartini, 2014).
Asuhan keperawatan

Pengkajian
Pengumpulan data antara lain meliputi :
1. Biodata : Informasi yang harus ditanyakan meliputi (nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama suku, pendidikan,
pekerjaan, status, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis (Purwaningsih, 2012).
2. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian pertama kalinya klien mengalami nyeri, perdarahan, kemerahan, dan
hematoma dengan di Diaknosa Diabetes Melitus serta adanya luka yang lama sembuh sampai membusuk dan berbau (Susilowati, 2014).
• Riwayat kesehatan sekarang : Data yang berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya dan apa saja upaya yang dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya (Purwaningsih, 2012).
• Riwayat penyakit dahulu : Berisi tentang riwayat penyakit Diabetes Melitus atau penyakit-penyakit lainya seperti penyakit pankreas (Kasron,
2012).
• Riwayat kesehatan keluarga : Adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus karena Diabetes melitus
merupakan penyakit yang dapat diturunkan (Kasron, 2012).
• Riwayat psikososial : Berisi tentang riwayat adanya pasien stres fisik maupun emosional karena dengan adanya stres dapat mempengaruhi
peningkatan hormon stres seperti kortisol, epinefrin, glukagon yang menyebabkan kadar gula darah meningkat (Purwaningsih, 2012).
• Pola aktifitas dan latihan : Berisi tentang gambaran aktifitas sehari-hari seperti fungsi pernafasan dan sirkulasi, pada pasien Diabetes Melitus
yang mengalami luka pada kaki atau tungkai bawah penderita akan tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara normal dan penderita
akan merasakan mudah lelah (Purwaningsih, 2012).
• Status kesehatan umum : Berisi tentang keadaan penderita, kesadaran, tanda-tanda vital, gula darah jika didapatkan hipoglikemia gejala yang
muncul pasien akan mengalami takikardi, palpitasi,namun jika sebaliknya pasien mengalami hiperglikemia pasien akan mengalami neuropati
diabetikum, dan harus dilihat dari bentuk badan karena penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami penurunan berat badan (Kasron,
2012).
• Pola metabolic nutrisi : Pada penderita Diabetes Melitus cenderung mengalami peningkatan nafsu makan tetapi berat badan akan semakin
turun, karena glukosa didalam darah tidak bisa dihantar oleh insulin ke sel-sel tubuh sehingga sel mengalami penurunan massa. Pada
pengkajian intake cairan terkaji sebanyak 2500-4000 cc/hari (Kasron, 2012).
• Pola eliminasi : Berisi data tentang eliminasi dan BAB, jumlah urin yang banyak dijumpai baik volume maupun frekuensi pada frekuensi
biasa lebih dari 10 x /hari dengan volume mencapai 2500-3000cc /hari. Untuk warna tidak berubah dan untuk bau terdapat unsure aroma gula
(Purwaningsih, 2012).
• Pola tidur dan istirahat : Penderita Diabetes Melitus akan mengalami perubahan pola tidur karena terjadi (poliuria) penderita akan sering
kencing pada malam hari yang mengakibatkan terganggunya pola tidur dan istirahat pasien (Purwaningsih, 2012).
• Pola konsep diri : Penurunan harga diri yang dialami penderita Diabetes Melitus dikarenakan mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh,
lamanya perawatan, banyaknya biaya yang dikeluarkan, serta pengobatan mengakibatkan klien mengalami gangguan peran pada keluarga dan
menimbulkan kecemasan (Kasron, 2012).
• Pola nilai keyakinan : Untuk menemukan bagaimana tenaga kesehatan yang menangani kasus Diabetes Melitus dalam memberikan motivasi dan
dukungan pada penderita (Susilowati, 2014).

Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital.
2. Kepala dan rambut.
3. Mata.
4. Hidung.
5. Mulut.
6. Telinga.
7. Leher.
8. Paru-paru.
9. Jantung.
10. Abdomen.
11. Extremitas
12. Kulit dan kuku.

Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Diabetes Melitus (DM) :IMT


Sedangkan pemeriksaan fisik pada pasien diabetes Melitus (DM) lebih terkon-sentrasi pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT)
merupakan salah satu indikator status gizi berdasarkan indeks berat badan dan tinggi badan. Penderita diabetes mellitus adalah salah satu kelompok
penderita yang berisiko mengalami penurunan indeks massa tubuh karena adanya gangguan metabolisme zat gizi. Indeks massa tubuh yang tinggi
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kejadian diabetes (Abadi&Tahiruddin 2020).
Upaya penanganan penderita DM atau pemeriksaan fisik berkala perlu menjadi fokus utama dalam proses penyembuhan pasien dengan cara :
13. Melakukan monitoring terhadap IMT.
14. IMT sangat diperlukan untuk pasien DM Tipe II oleh karena itu pada pasien DM diperlukan memantau status gizinya.
15. Untuk menghitung IMT perlu mengukur berat badan dan tinggi badan.
16. Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur lebih
dari 18 tahun.
Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan
Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer, suhu lingkungan yang ekstrim Gangguan Integritas Kulit ditandai dengan,
perubahan pigmentasi, faktor mekanik, imobilitas, dan penurunan sensabilitas.
Batasan karakteristik
1. Batasan mayor:
Gangguan perfusi jaringan perifer
2. Batasan minor:
01
Kerusakan lapisan kulit,Luka pada extremitas,Hematoma,Kemerahan,Kadar gula sewaktu darah lebih dari 126 mg/dl,Perubahan status
nutrisi. Content Here
You can simply impress your
Rencana Asuhan Keperawatan
02 audience and add a unique zing
and appeal to your Presentations.
Tujuan Kreteria hasil
Content Here
Intervensi Rasional
Tupan: Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI
Dapat mempertahankan integritas 1.Perfusi
kulit jaringan meningkat(warna luka, You can simply
Perawatan impress
integritas your Monitor:
kulit :1.11353
yang baik setelah dilakukan
keperawatan 3x24 jam.
asuhan 03
sensabilitas baik) 2.Perdarahan sedang
3.Kemerahan sedang 4.Hematoma menurun
audience
1. and perubahan
Monitor
mengukur
and appeal
add a unique
tanda-tanda
to your
zing (dengan
sirkulasi
vital)
Presentations.
1. Memastikan sirkulasi pada daerah luka
normal
2. Untuk memaksimalkan penyembuhan luka
Tupen : kadar gula kembali Content
5.Nekrosis
normal setelah menurunHere
6.Suhu kulit membaik 2. Monitor perubahan status nutrisi
3. Monitor penurunan kelembapan 3.Mencegah terjadinya lesi
7.Sensasi meningkat
di lakukan asuhan keperawatan selam 1x24 jam.
Terapeutik: 4.Gunakan produk 4. Mengurangi adanya kulit kering dan retak
You can simply impress your
berbahan petrolium atau minyak pada kulit
04 audience and add a unique zing kering
and appeal to your Presentations. Edukasi : 5.Anjurkan mengguanakan
5. Untuk melembabkan kulit dan mencegah
terjadinya lesi
pelembab (mis. Lotion,serum) 6. Untuk mengetahui perkembangan luka
Perawatan luka: 1.14564 7. Untuk mengetahui terdapat infeksi atau tidak
You can simply impress your 6. Monitor karakteristik luka (mis. Drainase 8. Agar mengurangi rasa nyeri dan tidak
audience and add a unique zing warna, ukuran, bau) merusak jaringan granulasi
and appeal to your Presentations. 7. Monitor tanda-tanda infeksi 9. Untuk membersihkan luka
8. Lepaskan balutan dan plester secara berlahan
9. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih non toksik
10. Bersihkan jaringan nekrotik 10.
Agar mempercepat tumbuhnya jaringan
11. Berikan salep yang sesuai baru
kekulit/lesi,jika perlu 11. Sebagai antibiotic dan mempercepat
12. Pasang balutan sesuai dengan jenis luka tumbuhnya jaringan baru
13. Pertahankan tehnik steril pada saat 12. Untuk menutup luka yang terbuka
perawatan luka 13. Mencegah terjadinya infeksi
14. Ganti balutan sesuai jumlah14. Mencegah berkembangnya
exsudat dan drainase bakteri
15. Edukasi perawatan kulit 15. Mencegah terjadinya lesi pada
16. Anjurkan mika miki(bila perlu) kulit
16. Mencegah terjadinya ulkus
17. Edukasi pola perilaku kebersihan
dekubitus dan mengontrol
18. Edukasi 5 pilar DM
kelembapan kulit
19. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi
17. Menjaga kebersihan tubuh dan
dalam pemberian terapi dan diit
mencegah terjadinya infeksi
20. Pemeriksaan gula darah
18. Menjaga kesetabilan kadar gula darah
19. Agar mempercepat penyembuhan luka
20. Untuk mengetahui nilai kadar gula
darah
Implementasi

Adalah tindakan keperawatan dari sebuah perencanaan yang langsung diberikan kepada penderita. Tindakan keperawatan dibagi menjadi dua macam
yaitu tindakan (dependen) atau disebut juga kolaborasi, tindakan kolaborasi adalah tindakan yang berdasarkan hasil keputusan bersama, yang kedua
tindakan (independen) disebut juga dengan tindakan mandiri (Wartonah, 2012). Dalam penelitian ini penulis menggunakan implementasi keperawatan
sebagai perencanaan yang sudah di tentukan pada klien Diabetes Melitus dengan Gangguan Integritas Kulit.
 
Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah sebuah tindakan keperawatan yang terahir untuk mengetahui antara intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah diberikan
(Nikmatur& Saiful, 2012). Dengan tujuan membandingkan dan hasil implementasi keperawatan. Pada klien Diabetes Melitus diharapkan menunjukan
hasil yang semakin baik dengan ciri-ciri :
1. Perfusi jaringan meningkat(warna luka, sensabilitas baik).
2. Perdarahan sedang.

O
pt
3. Kemerahan sedang.

io
n
n
Option
4. Hematoma menurun.

io
pt

O
5. Nekrosis menurun.

pt
O

io
6. Suhu kulit membaik.

n
7. Sensasi meningkat.

Option
O

O
pt

pt
io

io
n

n
O
pt
io
n
Option
Option
O
pt
io
n
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai