1
Tujuan Pembelajaran
• Epidemiologi trauma.
• Riwayat perkembangan Traumatologi.
• Mekanisme dari suatu trauma.
• Prinsip dasar dari manajemen trauma.
– Primary survey
– Secondary survey
– Manajemen ABCDE
– Imobilisasi servikal
• Contoh kasus spesifik
2
Epidemiologi
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas jangka panjang di negara
berkembang
19.000 kematian di Indonesia pada tahun 2020 karena
kecelakaan lalu lintas
Morbiditas tinggi = kehilangan pendapatan untuk
komunitas (masyarakat).
Merupakan tantangan besar negara berkembang,
termasuk Indonesia.
– Perkembangan teknologi trauma care
– Kurangnya infrastruktur untuk manajemen trauma
EMS (emergency medical service).
Pemberitahuan Pre-hospital.
Pelatihan dokter dan perawat pada trauma care.
3
Contoh morbiditas akibat kecelakaan mobil
mungkin tidak pakai seat belt.
6
Epidemiologi
Distribusi TRIMODAL KEMATIAN akibat Trauma
7
Riwayat Perkembangan Sistim Trauma
Penilaian trauma yang terstandarisasi
– Nebraska Cornfield, 1976
– Dokter ahli Orthopedi (James K. Styner)
– Mengarah ke pembentukan ATLS
Perkembangan Sistem Trauma
– Pertama dilakukan oleh militer AS saat masa perang
– Dikembangkan di AS ke Pusat Trauma Level 1, 2, 3 Otisarchives1 (flickr)
Sistem perkotaan
Sistem terintegrasi nasional
Level 1 – Tingkat perawatan tertinggi, pengarah penelitian,
palayanan klinik, dan edukasi
Level 2 – Menyediakan perawatan definitif pada pasien
trauma kompleks dengan cakupan yang luas
Level 3 – Menyediakan stabilisasi dan terapi awal. Dapat
memberikan terapi pada pasien trauma yang tidak
kompleks
Level 4 – Memberikan stabilisasi awal dan mentransfer
seluruh pasien trauma untuk perawatan definitif
8
Mekanisme Kerusakan
Trauma tumpul
– Tekanan kompresi
Sel di jaringan terkompresi dan hancur
Contoh, pada Limpa
– Tekanan merobek
Contoh, Aorta
– Tekanan merobek = Dari robekan komplit (Exsanguinasi)
hingga robekan parsial (Pseudoaneurysm)
– Tekanan berlebih
Kompresi jaringan tubuh berongga yang melebihi jaringan
sekitar, yang menyebabkan rupturnya dinding
Contoh, seperti kantong plastik
Contoh pada trauma = ruptur diafragma, kerusakan buli-
buli
9
Mekanisme Kerusakan
Tabrakan dari depan
Tabrakan dari samping (T bone)
Tabrakan dari belakang
Mekanisme rollover Nico.se (flickr)
11
Persiapan Sebelum Pasien Tiba
Organize Trauma
Response Team
13
Primary Survey
Prinsip kunci.
– Saat menemukan masalah dalam primary
survey, TERAPI SEGERA.
– Jika pasien memburuk, mulai dari awal
dari primary survey.
– Beberapa pasien kritis di Unit Gawat
Darurat tidak dapat melewati primary
survey.
14
Airway dan Proteksi Tulang Belakang
Mengapa airway pertama di algoritme?
– Gangguan jalan napas dapat menyebabkan kematian < 3 menit
– Hypoxia berkepanjangan = Perfusi tidak adekuat, kerusakan End-
organ
Penilaian Airway
– Tanda vital = RR, Sp O2
– Status Mental = Agitasi, Somnolen, Koma
– Patensi Airway = Sekresi, Stridor, Obstruksi
– Luka trauma diatas klavikula
– Status Ventilas = Penggunaan otot bantu napas, Retraksi, Wheezing
Catatan Klinis
– Pasien yang dapat berbicara secara normal biasanya tidak
membutuhkan manajemen jalan napas segera
– Suara lemah atau serakdapat mengindikasikan kerusakan trakea atau
laring
– Respirasi dengan bunyi tambahan biasanya mengindikasikan
sumbatan jalan napas
15
Airway Intervensi
Mempertahankan patensi Airway
– Suction sekret
– Chin Lift/Jaw thrust Dept. of the Army, Wikimedia Commons
– Nasopharyngeal Airway
– Definitive Airway
Bantuan Airway
– Oxygen
– NRBM (100%) Ignis, Wikimedia Commons
– Bag Valve Mask
– Definitive Airway
Definitive Airway
– Endotracheal Intubation
Stabilisasi In-line cervical
– Surgical Crichothyroidotomy
U.S. Navy photo by Photographer's
Mate 2nd Class Timothy Smith,
Wikimedia Commons 16
Chin lift + head tilt
17
Triple airway maneuver
18
Proteksi Tulang Belakang
Prinsip Umum: Lindungi seluruh tulang belakang hingga dapat
disingkirkan adanya kerusakan melalui radiologi atau pemeriksaan
klinis pada pasien dengan potensi kerusakan tulang belakang.
Proteksi Tulang Belakang
– Rigid Cervical Spinal Collar = Cervical Spine
– Long rigid spinal board atau immobilisasi pada permukaan rata seperti
stretcher = T/L Spine
Etiology kerusakan Medulla Spinalis (U.S.)
– Kecelakaan lalu linta(47%)
– Jatuh dari ketinggian (23%)
Catatan Klinis
– Treatment (Immobilisasi) sebelum diagnosis
– Mengembalikan kepala ke posisi neutral
– Jangan mengaplikasikan traksi
– Diagnosis kerusakan medulla spinalis jangan mendahului resusitasi
– Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering terkait dengan kerusakan
medulla spinalis
– Fokus utama = Pencegahan kerusakan lanjutan
19
Immobilisasi C-spine
Kembalikan kepala ke posisi neutral
Pertahankan in-line stabilization
Ukuran neck collar yang sesuai
Sandbags
Paladinsf (flickr)
21
Ada 3 gangguan napas yang
Life Threatening (mengancam jiwa)
1. Tension Pneumothorax
2. Hemothorax
3. Flail Chest
22
Breathing dan Ventilasi
Identifikasi kerusakan yang
mengancam nyawa
– Tension Pneumothorax
Udara terjebak pada kavum pleura
antara paru dan dinding dada
Tekanan akan semakin meningkat dan
menekan paru dan menggeser
Delldot (wikimedia) mediastinum
Pemeriksaan Fisik
– Tidak ada bunyi napas
– Sesak
– Distensi vena leher
– Deviasi trakea
Terapi
– Dekompresi jarum (needle thoracostomy)
2nd Intercostal space, linea Midclavicular
– Tube Thoracostomy
Author unknown, 5th Intercostal space, Linea Axillaris Anterior
www.meddean.luc.edu/lumenMedEd/medicine/pulmonar/cxr/pneumo1.ht
m 23
Needle Thoracostomy
Needle Thoracostomy
– Linea Midclavicular
– 14 gauge abbocath
– Diatas costa 2nd
– Terdengar aliran udara
24
Breathing dan Ventilasi
Hemothorax
– Darah pada kavum pleura, sering terjadi pada
trauma penetrasi dan trauma tumpul pada
dinding dada
– Sumber perdarahan = Paru, Dinding dada
(arteri interkostal), jantung, pembuluh darah
besar (Aorta), diafragma
– Pemeriksaan fisik
Bunyi napas menurun atau tidak ada
Perkusi pekak pada dada
Author unknown, Instabilitas Hemodinamik
http://www.trauma.org/index.php/mai
n/images/C11/
– Terapi = Tube Thoracostomy diameter besar
10-20% kasus memerlukan Thoracostomy untuk mengendalikan
perdarahan
25
Tube Thoracostomy
Tempat insersi
– Area intercostal 5th,
– Linea aksillaris anterior
Preparasi steril, anesthesia dengan lidocaine
Insisi 2-3 cm pada batas costa dengan pisau #10
Diseksi melalui jaringan subkutan hingga batas
kosta
Pungsi pleura diatas kosta
Masukkan chest tube menggunakan clamp dan
arahkan poterior dan apikal
Perhatikan “fogging” dari chest tube, dan
darah
Jahit fiksasi tuba
Komplikasi penempatan Chest Tube
– Kerusakan intercostal nerve, artery, vein
– Kerusakan paru
– Kerusakan mediastinum
– Infeksi
– Alergi terhadap lidocaine
– Penenpatan chest tube yang tidak sesuai
26
Breathing dan Ventilasi
Flail Chest
– Kerusakan langsung dinding dada akan
menyebabkan segmen yang tidak stabil pada
dinding dada yang bergerak terpisah dari
dinding dada
– Biasanya terjadi pada fraktur 2 atau lebih iga
– Biasanya disertai kontusio pulmonal
– Pemeriksaan fisik = pergerakan paradox pada
segmen dada
http://images1.clinicaltools.com/images/trauma/
– Terapi = perbaiki abnormalitas pertukaran gas
flail_chest_wounded.gif Intubasi awal pada pasien dengan distress napas
Hindari resusitasi cairan berlebih
Author unknown,
http://www.surgical-tutor.org.uk/default-home.htm 27
?specialities/cardiothoracic/chest_trauma.htm~right
Circulation
Tipe Shock pada Trauma
– Hemorrhagic
Anggap terjadi hemorrhagic shock pada seluruh pasien trauma
hingga terbukti sebaliknta
Akibat perdarahan Internal atau External
– Obstructive
Cardiac Tamponade
Tension Pneumothorax
– Neurogenic
Spinal Cord injury
Sumber perdarahan
– Chest
– Abdomen
– Pelvis
– Fraktur Femur Bilateral
28
Shock
Circulation
– Gangguan perfusi jaringan
– Oksigenasi jaringan tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
– Keadaan shock yang memanjang akan menyebabkan kegagalan
multi organ dan kematian sel
Tanda klinis Shock
– Gangguan status mental
– Takikardia (HR > 100) = tanda paling sering
– Arterial Hypotension (SBP < 120)
Femoral Pulse – SBP > 80
Radial Pulse – SBP > 90
Carotid Pulse – SBP > 60
– Perfusi jaringan tidak adekuat
Wara kulit pucat
“Cool clammy skin”
Capillary refill time memanjang (> 3 detik)
Penurunan Urine Output (UOP < 0.5 mL/kg/hr)
29
Circulation
Terapi Keperawatan Emergensi
– Dua infus IV besar
– Monitoring Cardiac
– Monitoring Blood Pressure
Prinsip Umum Terapi
– Hentikan perdarahan
Berikan tekanan langsung
Tutup sementara laserasi kulit kepala
– Pengembalian volume sirkulasi
Resusitasi kristaloid (2L)
Pemberian komponen darah
– Immobilisasi fraktur
Respon vs. Nonresponder
– Respon tidak tetap terhadap resusitasi cairan = tanda
perdahan aktif
– Non-responders = pertimbangkan penyebab lain shock,
atau ke kamar operasi untuk mengendalikan perdarahan
masif 30
Circulation
Tamponade Perikardial
– Pericardium atau sac antara jantung terisi
dengan darah karena trauma penetrasi
Pericardium
atau trauma tumpul pada dinding dada
Blood – Beck’s Triad
Distensi vena jugular
Hipotensi
He
– Terapi
Epicardium Evakuasi segera pericardial space
Dilakukan dengan perikardiosintesis (prosedur
sementara)
Aceofhearts1968(Wikimedia) Thoracotomy (terapi definitif)
31
Pericardiocentesis
Pungsi kulit 1-2cm inferior dari prosesus xiphoideus
Sudut tusukan 45/45/45 degree
Masukkan jarum mengarah ke ujung bawah skapula
kiri
Masukkan jarum sambil mengaspirasi
Lebih baik digunakan panduan USG atau EKG sadapan
V
Komplikasi
– Aspirasi darah di ventrikel
– Laserasi arteri koroner, vena, epikardium/miokardium
Author unknown,
http://www.trauma.org/images/image_library/ch – Aritmia jantung
est0054_thumb.jpg – Pneumothorax
– Pungsi esofagus
– Pungsi peritoneum
Author unknown,
32
www.brooksidepress.org/ProductsTrauma_Surgery?M=A
Disabilitas
Pemeriksaan neurologis dasar
– Pemeriksaan Pupil
Pupil dilatasi – menandakan herniasi transtentorial pada sisi ipsilateral
– Skala AVPU (d u mengetahui respond atau unrespond)
Alert
Responds to Verbal stimulation
Responds to Pain
Unresponsive
– Pemeriksaan Neurological kasar – Pergerakan Extremitas
Sama dan simetris
Sensasi normal
– Glasgow Coma Scale: 3-15
– Pemeriksaan Rectal
Tonus rectal normal
Catatan: Jika intubasi dilakukan sebelum penilaian neurologis,
pertimbangkan pemeriksaan neurologis cepat untuk menentukan
derajat kerusakan.
33
Disabilitas
Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (skala 15-3)
GCS ≤ 8
Intubasi
– Mata
Terbuka Spontan 4
Terbuka setelah perintah verbal 3
Terbuka karena nyeri 2
Tidak ada respon 1
– Respon motorik
Mengikuti perintah verbal 6
Dapat melokalisasi nyeri 5
Bergerak menghindari nyeri 4
Flexi terhadap nyeri (Postur dekortikasi) 3
Extensi terhadap nyeri (Postur deserebrasi) 2
Tidak ada respon 1
– Respon Verbal
Orientasi baik/dapat diajak berbicara 5
Disorientasi/Bingung 4
Kata-kata yang tidak berhubungan 3
Kata-kata tidak jelas 2
Tidak ada respon 1
34
Disabilitas
Prinsip Kunci
– Diagnosis pasti tidak penting pada periode evaluasi ini
– Tujuan utama adalah mencegah kerusakan lanjutan
dan identifikasi kerusakan
– Penurunan kesadaran = trauma kepala hingga terbukti
sebaliknya
– Mempertahankan perfusi serebral yang adekuat
adalah kunci dari pencegahan kerusakan otak lanjutan
Oxygenasi adekuat
Menghindari hipotensi
– Libatkan dokter bedah saraf lebih cepat untuk
menangani lesi intrakranial
35
Disabilitas
Dalam menyatakan Vertebra Cervical baik
– Pasien harus sadar dan berorientasi baik
terhadap orang, waktu, dan tempat
– Tidak ada defisit neurologis
– Tidak terintoksikasi oleh alkohol atau obat-
obatan
– Tidak ada nyeri pada seluruh prosesus spinosis
– Tidak ada kerusakan lain yang mengaburkan
– Pergerakan leher tidak menyebabkan nyeri
36
Exposure
Lepaskan seluruh pakaian
– Periksa tanda kerusakan lainnya
– Kerusakan tidak dapat didiagnosis hingga dilihat oleh
pemberi layanan
Logroll pasien untuk memeriksa sisi belakang pasien
– Pertahankan immobilisasi vertebra cervical
– Palpasi seluruh vertebra toraks hingga lumbal
– Minimum 3 orang, kadang memerlukan lebih banyak orang
Hindari hypothermia
– Berikan selimut hangat setelah melepaskan pakaian
– Hypothermia = Koagulopati
Meningkatkan risiko perdarahan
37
Exposure
Author unknown,
http://www.trauma.org/index.php/main/image/98/C11
38
Exposure
Author unknown,
http://www.trauma.org/images/image_library/chest0044b.jpg
39
Logroll Pada Trauma
Satu orang di
= Vertebra
Cervical
Dua orang =
Roll badan
Satu orang =
menginspeksi
punggung dan
palpasi
vertebra
40
Secondary Survey
Secondary Survey dilakukan setelah primary
survey selesai, dan pasien telah diresusitasi
adekuat
Tidak ada pasien dengan tanda vital
abnormal yang menjalani secondary survey
Secondary Survey termasuk riwayat singkat
dan pemeriksaan fisik komplit
41
Riwayat Penyakit
Menggunakan AMPLE
–Allergies
–Medications
–Past Medical History, Pregnancy
–Last Meal
–Events surrounding injury, Environment
Riwayat penyakit mungkin harus diperoleh dari
anggota keluarga atau petugas ambulans.
42
Pemeriksaan Fisik
Kepala/HEENT
Leher
Thoraks
Abdomen
Pelvis
Genitourinary
Extremitas
Neurologis
43
Pemeriksaan Fisik
Difficult airway
Source unknown
44
Pemeriksaan Fisik
Tanda Seatbelt
http://www.itim.nsw.gov.au/images/seat_belt_mark_2.jpg
Accessed 9/20/09 – Google Image Search 45
Pemeriksaan Fisik
Battle Sign
Raccoon's Eyes
http://health-pictures.com/eye/Periorbital-E
cchymosis.htm
Accessed 9/20/09 – Yahoo Images
http://
Grey-Turner’s Sign
H. L. Fred and H.A. van Dijk H. L. Fred and H.A. van Dijk
(Wikimedia) (Wikimedia)
46
Tambahan dari Secondary Survey
Radiology
– Pemeriksaan radiologi standar
C-spine, CXR, Pelvis
– Focused Abdominal Sonography in Trauma (FAST)
– Pemeriksaan radiologi tambahan
Cat scan imaging
Angiography
Foley Catheter
– Darah pada meatus uretra = jagan pasang Foley
catheter
Kontrol nyeri
Status Tetanus
Antibiotik untuk fraktur terbuka
47
Perawatan Definitif
Secondary Survey diikuti dengan evaluasi
radiografi
– CatScan
– Konsultasi
Neurosurgery
Orthopedic Surgery
Vascular Surgery
Transfer ke Perawatan Definitif
– Kamar operasi
– ICU
– Fasilitas lebih tinggi
48
Contoh kasus
Tn. Jones – laki laki 45 tahun
mengalami kecelakaan lalu lintas
dengan mobil terguling, dan
terlempar keluar dari kendaraan.
Pasien tidak menggunakan seatbelt.
Pasien tidak bergerak pada area Pete Prodoehl (flickr)
50
Pemeriksaan lanjut
Primary Survey
– Sadar, Kontak baik, Berbicara dengan petugas
– Breathing
Tidak ada bunyi napas pada sisi kiri
Apa yang kamu lakukan selanjutnya??
– Circulation
Tanda vital?
Infus?
Resusitasi?
– IV/O2/Monitor
– Disability
GCS = 14
– Exposure
51
Contoh Kasus
Chest tube telah terpasang
– Aliran udara terdengar, sesuai dengan
penumothorax
Ulangi pemeriksaan tanda vital
– Nadi 120
– TD 80/40
– RR = 15
– Sp O2 = 99% NRBM
Apa yang kamu lakukan selanjutnya?
– Pasien mengeluh nyeri abdomen
– Ecchymosis ditemukan pada perut kiri
– Resusitasi?
52
Contoh Kasus
Pemberian darah
Transfer ke perawatan definitif= kamar operasi
Bonemesh (flickr)
53
Kesimpulan
Penilaian pada pasien trauma dengan algoritma
standar didesain untuk memastikan kerusakan yang
mengancam nyawa tidak dilewatkan
Primary Survey + Resusitasi
– Airway
– Breathing
– Circulation
– Disabilitas
– Exposure
Secondary Survey
Perawatan Definitif
54
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
55
Pertanyaan?
Dkscully (flickr)
56
Circulation
Mengenai cardiac arrest . . .
– Penatalaksanaan pasien trauma
dengan cardiac arrest
CPR
Tube Thoracostomy (Chest Tube) Bilateral
Pericardiocentesis
Volume Resuscitation
– Cardiac arrest traumatik akibat
trauma tumpul sangat jarang
bertahan hidup (< 1%)
Tidak perlu dilakukan torakotomi segera
– Kasus cardiac arrest karena trauma
Author unknown,
penetrans mungkin memiliki
http://www.trauma.org/images/image_library/chest0 keuntungan bila dilakukan
046.jpg
torakotomi emergensi
Pericardial tamponade
Cross clamp aorta
57
Penilaian Awal dan Manajemen
Pasien Trauma
58
Hfastedge, Wikimedia Commons