Benny Tjokrosaputro selaku pihak yang mengatur dan mengendal ikan instrumen pengelolaan
investasi saham dan Reksa Dana PT Asuransi Jiwasraya (Persero) melakukan pembelian tanah,
bangunan dan penempatan uang yang mengatasnamakan pihak lain dari hasil tindak pidana korupsi
dalam pengelolaan investasi saham dan Reksa Dana PT Asuransi Jiwasraya.
PT. Asuransi Jiwasraya (PT. AJS) adalah BUMN yang bergerak di bidang asuransi. Dalam
menjalankan bisnisnya PT. AJS melakukan pengelolaan keuangan yang salah satu sumber dananya
berasal dari premi yang dibayarkan oleh pemegang polis asuransi, dan produk asuransi jiwasraya
tersebut bernama JS Saving Plan.
Untuk melakukan pengelolaan keuangan PT. AJS menginvestasikannya dengan cara melakukan
transaksi saham dan reksadana, yang bertujuan agar premi asuransi yang diberikan oleh pemegang
polis dapat berkembang dan memberikan keuntungan.Pada awal Tahun 2012 PT. AJS telah mulai
melakukan transaksi pembelian salah satu saham kelas 2 yaitu TRAM tanpa didahului dengan
adanya Analisa dan tahapan-tahapan aturan yang harus dilalui, pembelian tersebut dengan nilai
kurang lebih Rp 150 M pada jangka waktu antara Januari s.d. Maret 2012 dengan harga kisaran Rp
870 s.d. Rp 980/lembar.
z
Tetapi pada Bulan April s.d. September Tahun 2012 PT. AJS menjual kembali saham TRAM dengan nilai dan jumlah yang
sama seperti pada saat awal pembeliannya.
Kemudian di bulan November s.d. Desember 2012 PT. AJS membeli lagi saham TRAM dengan harga Rp 1010 s.d. Rp
1100 / lembar, dan terlihat sangat aktif dalam melakukan transaksi saham pada menjelang akhir Tahun 2012.
Setelah pembelian di Tahun 2012 , PT AJS kembali membeli saham TRAM pada Tahun 2013, serta membeli juga saham
IIKP dengan nilai kurang lebih Rp 400 M, selain itu PT. AJS juga mendapatkan pengalihan saham atas penutupan Reksa
Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) yang dikelola oleh PT. DHANAWIBAWA ARTHA CEMERLANG sebanyak 271.679.000
lembar saham senilai Rp 380.350.600.000 dan PT. KHARISMA ASSET MANAGEMENT (sekarang bernama POOL
ADVISTA) sebanyak 27.890.000 lembar saham senilai Rp 39.046.000.000 sebagai akibat dari penutupan reksadana oleh
BAPEPAM-LK karena transaksi yang dilakukan dalam reksadana tersebut telah melebihi ambang batas kepemilikan
Bahwa perolehan pengembalian asset dari DHANAWIBAWA ARTHA CEMERLANG dan KHARISMA ASSET
MANAGEMENT (POOL ADVISTA) ternyata diberikan ke PT. AJS dalam bentuk saham dan bukan berupa uang sebagai
pengembalian investasinya sehingga nilai investasi saham yang dimiliki oleh PT. AJS pada Tahun 2013 senilai kurang lebih
Rp 1,2 T.
z
Bahwa kurun waktu Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2017 PT. AJS menggunakan jasa Manajer
Investasi yaitu Treasure Fund Invesment, DHANAWIBAWA, KAM, KAPITAL, MAYBANK, MNC,
PINNACLE, PROSPERA, dan beberapa Manajer Investasi lain untuk mengelola investasi PT. AJS dalam
bentuk reksadana dan mengucurkan dana untuk investasi melalui MI sebesar Rp
16.612.899.259.814,09, yang tersebar ke sejumlah MI dengan nilai yang bervariasi.
Dalam mengelola keuangan dengan menggunakan Manajer Investasi, pihak PT. AJS selalu meminta
kepada MI untuk dibuatkan reksadana eksklusif yang sumber dananya hampir 100 % adalah dari PT.
AJS dan menginstruksikan kepada MI untuk mengisi underlying reksadana dengan beberapa saham
yang telah dipesan khusus diantaranya adalah saham TRAM, IIKP, MYRX, RIMO,SMRU, SMBR, PPRO,
LCGP.
Bahwa dalam setiap melakukan transaksi dalam reksadana eksklusif tersebut, para wakil Manajer
Investasi selalu mendapatkan perintah dan petunjuk dari Kadiv Investasi dan Keuangan PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) tentang arahan untuk bertransaksi saham-saham tertentu baik melakukan penjualan
ataupun pembelian bahkan mengalihkan saham yang ada di dalam reksadana meskipun transaksi yang
dilakukan atas perintah dari Jiwasraya tersebut beresiko tinggi dan cenderung merugikan.
z
PT. AJS mengubah pola investasi dari pembelian saham secara langsung menjadi
pola investasi dengan reksadana bertujuan untuk menyamarkan investasi
pembelian saham-saham yang beresiko tinggi untuk perusahaan asuransi.
Bahwa pembelian maupun penjualan saham yang dilakukan PT. AJS dilakukan
tanpa adanya analisa komprehensif dan fundamental sehingga tidak sesuai dengan
prinsip GCG.
Dalam melakukan transaksi jual beli saham yang sangat massif melalui Manajer
Investasi oleh PT. AJS ternyata diketahui beberapa reksadana yang dikelola oleh
Manajer Investasi belum mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Dalam kasus Benny tjokro Dimana ia di katakan masuk kedalama Kasus pencucian uang yang merugikan
perkonomian . dimana pencucian uang termasuk kedalam tindak pidana ekonomi . dikarenakan Direktur Utama PT
Hanson International Tbk, Benny Tjokrosaputro didakwa telah melakukan tindakan pencucian uang yang duitnya
bersumber dari pengelolaan dan penggunaan dana investasi milik nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Akibatnya negara merugi hingga Rp16 triliun . dimana Benny tjokro dianggap merugikan perkonomian dalam kejahatan
Money laundering ( pencucian uang ) .
definisi Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang. yaitu Menurut Pasal 1 Angka 1 UU 8/2010 tentang TPPU . Dengan memperhatikan ketentuan
Pasal 3 UU No. 8/2010, maka dapat disimpulkan bahwa pencucian uang atau money laundering menurut UU No.
8/2010 adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh orang perseorangan atau korporasi terhadap harta kekayaan
yang perolehannya berasal dari tindak pidana, dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
uang tersebut dari otoritas yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana. dalam Jenis-jenis tindak
pidana yang dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 8/2010 menyatakan bahwa Hal yang di lakukan Oleh benny
tjokro adalah hal yang menentang Tindak pidana ekonomi di karenakan menurut jenis tindak pidan pasal 2 AYAT (1)
UU 8/2010 Benny di Dakwa telah melakukan tindakan pencucian uang yang duitnya bersumber dari pengelolaan dan
penggunaan dana investasi milik nasabah PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
z
karna dalam hal tersebut jenis yang di lakukan benny dalam pasal 2 AYAT (1) UU
8/2010 yaitu dalam korupsi dan dalam bidang perasuransian . Maka dalam ilmu
hukum pidana hal tersebut dianggap sebagai Concursus Idealis, yaitu seseorang
melakukan 1 perbuatan sekaligus melanggar bbrp ketentuan pidana. maka hal
tersebut menejelaskan mengapa kasus Benny tjokro adalah kasus Tindak pidana
ekonomi .
kemudian bukti lain bahwa kasus ini adalah kasus tindak pidana ekonomi adalah
Tujuan pertama dari pencuian uang adalah agar uang haram tersebut
tersembunyi dan tidak dapat diketahui dan dilacak asal-usulnya oleh para
penegak hukum. Tujuan kedua adalah agar setelah proses pencucian uang
selesai dilakukan, uang tersebut secara formil yuridis merupakan uang yang
berasal dari sumber yang sah atau dari kegiatan-kegiatan yang tidak melanggar
hukum. dan Menurut Pasal 3 dan pasal 4 UU 8/2010 tentang TPPU.
z
Dalam penjelsan pasal 3 dan pasal 4 UU 8/2010 tetang TPUU dalam kasus benny tjokro ia melakukan
pencucian uang dan uang tersebut di ahlikan ke hal hal yang lain seperti Adapun dugaan TPPU yang
dilakukan Benny adalah:
Menerima uang dari penjualan Medium Tems Note (MTN) PT Armidan Karyatama dan PT Hanson International
sebesar Rp 880 miliar, kemudian disamarkan dengan membelikan tanah di Maja, Banten, atas nama orang lain.
Beli saham MYRX, BTEK dan MTN PT Armidian Karyatama dan PT Hanson International sejumlah Rp 1,7
triliun dan disembunyikan di rekening Bank Windu.
Mentransfer uang sejumlah Rp 75 miliar ke rekening Bank Mayapada atas nama Budi Untung
Membeli tanah di Kuningan, Jakarta Selatan, dan dijual ke pengusaha properti senilai Rp 400 miliar kemudian
ditransfer ke beberapa rekening atas nama orang lain
Membeli 4 unit apartemen di Singapura seharga SGD 563.693.300
Melakukan pembangunan perumahan dengan mengatasnamakan orang lain
Membeli tanah senilai Rp 2,2 triliun dari uang jual beli saham
Membeli tanah senilai Rp 3 triliun dari jual beli saham
Menukarkan uang berasal dari tindak pidana korupsi sebanyak 78 kali transaksi. Total sejak 2015-2018 sebesar
Rp 38.619.434.500 dan transaksi beli valuta asing sebesar Rp 158.629.729.585.
z
Maka menurut hal hal yang di lakukan benny telah melanggar TPUU
dimana ia melakukan menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana maka dalam hal tersebut
benny di dakwa melakukan pencucian uang dari hasil korupsi PT jiwasraya
yang kemudia hal tersebut yang menyatakan bahwa kasus kemudian
maka dari hal tersebut kasus Benny tjokro alasan kasus tersebut adalah
kasus TPE karea dalam kasus ini ia melakukan n tindak pidana ekonomi
yang ia lakukan dengan cara pencucian uang ( Money Laundering) . maka
kasus Benny Tjokro termasuk kedalam tindak pidana ekonomi karena
sudah merugikan perokonomian.