Fermentasi 1
Fermentasi 1
IMA WIJAYANTI
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui
proses memanfaatkan penguraian senyawa dari bahan-
bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut
terdapat dalam tubuh ikan yang diubah menjadi
senyawa-senyawa lebih sederhana dengan bantuan enzim
yang berasal dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta
berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
PENDAHULUAN
Fermentasi telah lama dikenal manusia dan kini
beberapa diantaranya berkembang ke arah
industri spt roti, minuman beralkohol, yoghurt,
keju, kecap, tempe dsb.
Dalam fermentasi digunakan mikroorganisme
dengan pengendalian lingkungan.
Fermentasi dapat berfungsi sebagai pembentuk
cita rasa, memperbaiki tekstur, mengawetkan
produk, meningkatkan kualitas dsb.
Teknologi fermentasi umumnya sederhana
dengan biaya yang relatif murah.
PENGOLAHAN PANGAN DENGAN
FERMENTASI
1. Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan baku
ikan. Pada umumnya dibuat untuk ikan yang berkadar lemak
tinggi. Selama atau pada waktu fermentasi akan terjadi
perubahan kimia antara lain proses reaksi pada lemak yang
memberikan cita rasa khas.
Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara ain
ikan Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas, Tawes dan
ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling memuaskan
adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan.
CIRI-CIRI PEDA YANG BAIK
Berwarna merah segar, tekstur dagingnya maser, pHnya
6,0-6,4, rasanya khas disebabkan adanya proses
fermentasi. Kandungan lemak peda merah berkisar antar
7-14% yang memberikan rasa gurih. Warna yang
kemerahan merupakan salah satu faktor disenangi oleh
konsumen. Disamping itu tekstur peda merah lebih
maser dibandingkan peda putih.
Cara pengolahan ikan peda sangat bervariasi. Walaupun
demikian, pembuatan peda mempunyai fermentasi
penggunaan bahan tambahan garam dan dilakukan
secara tradisional.
Tahap-tahap pengolahan peda antara lain adanya sortasi
terhadap bahan baku, proses pengaraman, fermentasi dan
pematangan.
TAHAPAN PENGOLAHAN PEDA
1.Sortasi terhadap bahan baku yang akan
diolah, dilakukan penyiangan dengan membuang isi
perut dan insang kemudian cuci bersih agar peda yang
dihasilkan kualitasnya baik.
2.Ikan yang sudah disiangi dilakukan penggaraman
25%.
3.Disimpan dalam wadah dan disusun berlapis, kemudian
ditutup dan dilakukan proses fermentasi tahap pertama
selama 1-2 hari.
4.Selanjutnya dilakukan pembongkaran dan dibersihkan
dari garam, disimpan kembali kedalam wadah dan
dilakukan proses fermentasi tahap kedua agar terbentuk
cita rasa yang khas. Tahap itu disebut dengan tahap
pematangan. Pada tahap itu dapat dilakukan fermentasi
selama satu minggu sampai beberapa bulan, tergantung
pada cita rasa yang diinginkan.
MIKROORGANISME YANG BERPERAN
Mikroba yang berperan selama fermentasi peda adalah
mikroba yang berasal dari ikan itu sendiri atau dari garam
yang ditambahkan. Untuk mengetahui dengan tepat bakteri
yang terdapat pada peda diperlukan identifikasi lebih
lanjut. Namun dari beberapa uji yang dilakukan maka
mikroba-mikroba tersebut diduga dari bakteri jenis :
Acinetobacter, Flavobacterium, Cytophaga,
Corynebacterium.
PERUBAHAN SELAMA FERMENTASI
PEDA
Pada fermentasi tahap I, penambahan garam penurunan
kadar air tinggi sampai waktu tertetu, dan tidak terjadi
lagi penurunan kadar air hingga kadar airnya stabil.
Garam yang masuk kedalam daging ikan akan
menyebabkan terjadinya perubahan kimia dan fisik
terutama protein. Garam akan mendenaturasi protein dan
mengakibatkan koagulasi. Akibat dari proses itu, air
akan keluar dari tubuh ikan dan daging ikan akan
mengkerut.
Pada fermentasi tahap II akan terjadi pemecahan protein,
lemak dan komponen lainnya. Pada tahap itu enzim yang
berperan adalah enzim yang berasal dari jaringan ikan.
Aktivitas enzim selanjutnya akan merangsang aktivitas
yang dihasilkan oleh mikroba. Selama fermentasi, asam-
asam amino akan mengalami peningkatan akibat adanya
pemecahan protein selama fermentasi. Pemecahan
disebabkan oleh enzim proteolitik yang terdapat dalam
jaringan itu sendiri dan enzim yang dihasilkan oleh
mikroba.
Hasil degradasi protein dan lemak dapat menghasilkan
senyawa cita rasa, bau khas pada peda disebabkan karena
adanya senyawa metil keton, butil aldehid. Selain itu,
kandungan asam amino nitrogen yang tinggi juga dapat
mempengaruhi cita rasa peda. Konsistensi maser pada
peda sangat dipengaruhi oleh kandungan lemak yang
tinggi dan adanya enzim proteolitik yang akan mengubah
tekstur ikan sehingga menjadi maser. Sedangkan warna
merah pada peda selain disebabkan bahan baku, enzim
dari bakteri disebabkan pula karena selama fermentasi
terjadi interaksi antara karbonil yang berasal dari
oksidasi lemak dengan gugus asam amino dan protein.
2.TERASI
Terasi merupakan produk perikananyang berbentuk
pasta. Udang rebon merupakan bahan baku yang biasa
digunakan untuk terasi berkualitas baik. Sedangkan
terasi bermutu rendah biasanyadibuat dari limbah ikan,
sisa ikan sortirandengan bahan tambahan biasanya
tepungtapioka atau tepung beras, dan berbagai jeniskan
kecil (teri) atau udang kecil (rebon).
Kandungan padatan (protein, garam, Ca dan sebagainya)
terasi udang sekitar 27-30%, air 50-70% dan garam 15-
20%. Sedangkan terasi yang dibuat dari ikan kandungan
protein 20- 45%, kadar air 35-50%, garam 10-25% dan
komponen lemak dalam jumlah yang kecil sedangkan
kandungan vitamin B 12 cukup tinggi.
Mikroba yang ditemukan pada produk akhir fermentasi
dengan penambahan garam pada ikan terutama dari jenis
Micrococci dan penurunan pada jumlah mikroba
Flavobacterium, Achromobacter, Pseudomonas, Bacillus
dan Sarcina yang semula banyak terdapat pada ikan.
Mikroba yang dapat diisolasi dari terasi antara lain
bakteri Micrococcus, Aerococcus, Corynebacterium,
Flavobacterium, Cytophaga, Bacillus, Halobacterium
dan Acinetobacter selain beberapa jenis kapang.
PERUBAHAN SELAMA FERMENTASI
Campuran garam, rebon dan bahan- bahan lainnya pada
pembuatan terasi pada awalnya mempunyai nilai pH
sekitar 6 dan selama proses fermentasi pH terasi yang
terbentuk akan naik menjadi 6,5, akhir setelah terasi
selesai terbentuk maka pH turun kembali menjadi 4,5.
Apabila fermentasinya dibiarkan berlanjut maka akan
terjadi peningkatan pH dan pembentukan amonia.
Apabila garam yang digunakan selama fermentasi
kurang ditambahkan maka campuran tersebut akan terus
berlanjut dan akan terjadi pembusukan karena amonia
yang terbentuk terdapat dalam jumlah yang besar. Hal itu
dapat terjadi apabila pemberian garam kurang dari 10%.
Selama proses fermentasi, protein terhidrolisis
menjadi turunannya, seperti protease, pepton, peptida
dan asam amino. Terasi yang mempunyai kadar air 26-
42% adalah terasi yang baik, karena apabila kadar air
terasi terlalu rendah, maka permukaan terasi akan
diselimuti oleh kristal-kristal garam dan tekstur terasi
menjadi tidak kenyal. Apabila kadar air terasi terlalu
tinggi maka terasi akan menjadi terlalu lunak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeraman atau
proses fermentasi ikan untuk terasi dapat menghasilkan
aroma yang khas. Komponen aroma tersebut berupa
senyawa yang mudah menguap terdiri atas 16 macam
senyawa hidrokarbon, 7 macam alkohol, 46 macam
karbonil, 7 macam lemak, 34 macam senyawa nitrogen,
15 macam senyawa belerang, dan senyawa-senyawa
lainnya sebanyak 10 macam. Persenyawaan tersebut
antara lain akan menghasilkan bau amonia, asam, busuk,
gurih dan bau-bau khas lainnya.
3.KECAP IKAN
Kecap ikan sebagai salah satu produk fermentasi ikan.
Kecap ikan memiliki cita rasa yang berbeda dengan
kecap yang dibuat dari kacang kedelai. Warnanya bening
kekuningan sampai coklat muda dengan rasa asin yang
relatif serta banyak mengandung senyawa- senyawa
nitrogen. Selain komponen nitrogen, kecap ikan juga
mengandung mineral yang penting bagi tubuh,
contohnya garam NaCl atau garam kalsium.
MIKROORGANISME YANG BERPERAN
Mikroba yang telah berhasil diisolasi dari produk kecap ikan
antara lain bakteri halofilik dan khamir. Kapang yang ditemukan
seperti Cladosporium herbarum, Aspergillus fumigatus dan
Penicillium notatum.
Dari jenis khamir berupa Caudida clausenii.