Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN PERKARA

PERCERAIAN
HUKUM ACARA
Pasal 54
 Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan

dalam lingkungan Peradilan Agama adalah


Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang telah diatur secara
khusus dalam Undang-undang ini.
Pasal 65
 Perceraian hanya dapat dilakukan di depan

sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang


bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
HUKUM ACARA KHUSUS
 Cerai Talak (Pasal 66 – 72)
 Cerai Gugat (Pasal 73 – 86)
 Cerai dengan alasan Zina (Pasal 87 – 88)
I. CERAI TALAK
 Cerai talak dilakukan apabila yang
mengajukan perceraian adalah SUAMI dengan
mengajukan PERMOHONAN.
 Suami  PEMOHON
 Isteri  TERMOHON
Kompetensi Relatif
 Permohonan diajukan ke Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman TERMOHON
◦ KECUALI apabila termohon dengan sengaja meninggalkan
tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin
pemohon
 Jika termohon bertempat kediaman di luar negeri,
permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon
 Jika pemohon dan termohon bertempat kediaman di
luar negeri, permohonan diajukan kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan
mereka dilangsungkan atau Pengadilan Agama Jakarta
Pusat
Penetapan
 Bentuk keputusan Pengadilan adalah
PENETAPAN
 Jika kedua pihak tidak mungkin lagi

didamaikan dan telah cukup alasan


perceraian, maka Pengadilan menetapkan
bahwa permohonan tersebut dikabulkan
 Terhadap Penetapan, Termohon dapat

mengajukan BANDING
Ikrar Talak
 Setelah penetapan memperoleh kekuatan hukum
tetap, Pengadilan menentukan hari sidang penyaksian
ikrar talak, dengan memanggil suami dan istri atau
wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.
 Suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam
suatu akta otentik mengucapkan ikrar talak yang
dihadiri oleh istri atau kuasanya.
 Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau
patut, tetapi tidak datang menghadap sendiri atau
tidak mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya
dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri
atau wakilnya
Gugurnya Penetapan
 Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam)
bulan sejak ditetapkan hari sidang
penyaksian ikrar talak, tidak datang
menghadap sendiri atau tidak mengirim
wakilnya meskipun telah mendapat panggilan
secara sah atau patut maka gugurlah
kekuatan penetapan tersebut, dan perceraian
tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan
yang sama
Putusnya Perkawinan
 Setelah Ikrar Talak, Hakim membuat
penetapan yang isinya menyatakan bahwa
perkawinan putus sejak ikrar talak diucapkan
dan penetapan tersebut tidak dapat
dimintakan banding atau kasasi
II. CERAI GUGAT
 Cerai gugat dilakukan apabila yang
mengajukan perceraian adalah ISTERI dengan
mengajukan GUGATAN.
 Isteri  PENGGUGAT
 Suami  TERGUGAT
Kompetensi Relatif
 Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya
kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman penggugat
◦ KECUALI apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan
tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
 Jika penggugat bertempat kediaman di luar negeri,
gugatan perceraian diajukan ke Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.
 Jika penggugat dan tergugat bertempat kediaman di
luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan
mereka dilangsungkan atau Pengadilan Agama Jakarta
Pusat.
Putusan
 Bentuk keputusan Pengadilan atas gugatan
cerai adalah PUTUSAN
 Perceraian dianggap terjadi beserta segala

akibat hukumnya terhitung sejak putusan


Pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap
 Gugatan perceraian gugur apabila suami atau

istri meninggal sebelum adanya putusan


Pengadilan  Pasal 69 dan Pasal 79
MEDIASI
 Mediasi dilakukan oleh mediator yang
berupaya untuk mendamaikan suami dan
isteri yang akan bercerai
 Mediasi dilakukan di luar sidang
Gugatan dalam Perkara Perceraian
 Pasal 66 ayat (5) & Pasal 86 ayat (1)
 Dimungkinkan dilakukan penggabungan

permohonan atau gugatan cerai dengan


gugatan lainnya sebagaimana tercantum
dalam pasal-pasal tersebut
 Gugatan tersebut dapat diajukan dalam

konpensi maupun rekonpensi


Larangan Mengajukan Gugatan
Rekonpensi
 Pasal 132 ayat 1 HIR / Pasal 157 RBg 
memberi hak kepada Tergugat untuk
mengajukan rekonpensi, KECUALI:
1. Rekonpensi diajukan kepada Penggugat Konpensi
yang bertindak untuk suatu kwaliteit  Penggugat
Konpensi adalah Kuasa yang bertindak dalam
kualitas mewakili kepentingan Pemberi Kuasa
2. Pengadilan yang memeriksa tuntutan konpensi tidak
berwenang memeriksa tuntutan rekonpensi
3. Rekonpensi tidak dapat diajukan pada tingkat
banding
4. Rekonpensi tidak dapat diajukan terhadap eksekusi
PENGECUALIAN Tambahan dalam
Pengadilan Agama
 Khusus perkara perceraian
5. Permohonan cerai talak tidak dapat direkonpensi
dengan gugatan cerai, dan sebaliknya
 Putusan PA Karangasem No.
8/Pdt.G/2003/PA.Krs
◦ Isteri (Penggugat) menggugat cerai Suami
(Tergugat). Dalam Jawaban yang dilakukan oleh
Tergugat, ia membantah dalil gugatan Penggugat
dan mengajukan gugatan rekonpensi mengenai
perceraian
◦ Rekonpensi ditolak oleh PA
Cont’d
 PA menolak rekonpensi tersebut dengan pertimbangan
hukum:
◦ Tujuan konpensi dan rekonpensi adalah sama yaitu putusnya
perkawinan
◦ Hukum menentukan dua bentuk cara putusnya perkawinan, cerai
talak dan cerai gugat
◦ Cerai talak dan cerai gugat memiliki tata cara dan prosedur yang
berbeda, sehinga tidak mungkin dikompromikan
◦ Filosofi dibolehkannya mengajukan gugatan rekonpensi adalah
untuk menyederhanakan prosedur dan mencegah kemungkinan
timbulnya putusan yang bertentangan
◦ Jika kedua gugatan (konpensi dan rekonpensi) dikabulkan secara
bersamaan, akan menyulitkan prosedur dan melahirkan putusan
yang bertentangan
◦ Jika gugatan konpensi dikabulkan, maka terdapat cukup alasan
untuk menyatakan gugatan rekonpensi tidak dapat diterima
Permohonan Tindakan Pendahuluan
Pasal 77
 Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan

penggugat atau tergugat atau berdasarkan pertimbangan bahaya


yang mungkin ditimbulkan, Pengadilan dapat mengizinkan suami
istri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu rumah.

Pasal 78
 Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan

penggugat, Pengadilan dapat:


a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;
b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak;
c. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-
barang yang menjadi hak bersama suami istri atau barang-barang yang
menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri.
III. CERAI DENGAN ALASAN ZINA
 Alat bukti atas tuduhan zina adalah empat
orang saksi laki-laki secara in flagrante
delicto
 Apabila penuduh tidak dapat memberikan

alat bukti tersebut, maka ia termasuk qadzaf


dan dihukum dengan 80 kali dera
 Penuduh dapat lepas dari hukuman qadzaf

dengan melakukan Sumpah Li’an


Pasal 87
1) Jika permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan
salah satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon
atau penggugat tidak dapat melengkapi bukti-bukti dan
termohon atau tergugat menyanggah alasan tersebut, dan
Hakim berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu
bukan tiada pembuktian sama sekali serta upaya
peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik
dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon
atau tergugat, maka Hakim karena jabatannya dapat
menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah.
2) Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula
untuk meneguhkan sanggahannya dengan cara yang
sama.
Pasal 88  Sumpah
1) Sumpah yang dilakukan oleh suami,
penyelesaiannya dapat dilaksanakan dengan
cara SUMPAH LI’AN.
2) Sumpah yang dilakukan oleh istri,
penyelesaiannya dilaksanakan dengan
hukum acara yang berlaku.
Terima kasih ~ wassalam

Anda mungkin juga menyukai