Anda di halaman 1dari 22

Pengertian Gagal Jantung (CHF)

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan

sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup (Ongkowijaya &

Wantania, 2016).

Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak

napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau

fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya

pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi

sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan

darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme

jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup

tinggi (Aspani,2016)
Anatomi beberapa bagian jantung

1. Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra.
2. Atrium kanan berfungsi untuk menerima darah kotor dari tubuh yang dibawa oleh pembuluh darah.
3. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru-paru melalui keempat vena
pulmonari. Darah kemudian mengalir ke ventrikel kiri.
4. Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium pulmonari.
5. Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar dan paling berotot, menerima darah kaya oksigen dari
paru-paru melalui atrium kiri dan memompanya ke dalam sistem sirkulasi melalui aorta.
6. Arteri pulmonari merupakan pembuluh darah yang keluar dari dekstra menuju ke paru-paru, arteri
pulmonari membawa darah dari ventrikel dekstra ke patu-paru (pulmo).
7. Katup trikuspidalis, terdapat diantaranya atrium dekstra dengan ventrikel dekstra yang terdiri dari 3
katup.
8. Katup bikuspidalis, terdapat diantara atrium sinistra dengan ventrikel sinistra yang terdiri dari 2
katup.
9. Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium dekstra.
Fisiologi kardiovaskuler (Sistem Kardiovaskuler)

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan
barisnya di atas dan puncaknya di bawah. Jantung berada di dalam thorak, antara kedua
paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap kekiri dari pada ke kanan.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-
260 gram. Jantung terbagi atas sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri
dan kanan.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen keseluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme(karbondioksida). Jantung melaksanakan
fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh
tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen
dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dam memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardum,dimana
lapisan perikardium di bagi menjadi 2 lapisan yaitu:
1. Perikardium fibrosa (viseral), yaitu bagian kantung yang membatasi pergerakan
jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah
besar, melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2. Perikardium serosum (parietal), yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.
Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013)
 Meningkatkan preload: regurgitasi oarta, cacat septum ventrikel.
 Meningkatkan afterload: stenosis aorta, hypertensi sistemik.
 Menurunkan kontraktilitas ventrikel: IMA, kardiomiopati.
 Gangguan pengisian ventrikel: stenosis katup antrioventrikuler, pericarditif konstriktif,
tamponade jantung.
 Gangguan sirkulasi: Aritmia melalui perubahan rangsangan listrik yang melalui respon
mekanis.
 Infeksi sistemik/ infeksi paru : respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat.
 Emboli paru, yang secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap ejaksi
ventrikel kanan.
Patofisiologi
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagalan kanan atau gagal
jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak dapat memompa darah ke
dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah yang beroksigen oleh paru-paru dan
meningkatkan tekanan di atrium kanan dan sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena
sistemik menyebabkan edema pada ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak
stabil untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan
tekanan di atrium kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan
darah, menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru. Meskipun, setiap jenis
menghasilkan perubahan arteri yang berbeda sistemik/paru,secara klinis tidak biasa
untuk mengamati kegagalan semata-mata gagal jantung kanan ataugagal jantung kiri.
Sejak kedua sisi jantung tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan
satu ruang menyebabkan perubahan timbal balik di ruang berlawanan. Misalnya, dalam
peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vaskular paru akan menyebabkan tekanan
meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar hipertrofi ventrikel, penurunan
efisiensi miokard, dan akhirnya mengumpulkan darah dalam sirkulasi vena sistemik
(Syaifuddin,2011).
Menifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
a. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kotrol
pernapasan. Gejala:
 Dispnea
Terjadi kerena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi saat istirahat atau di
cetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
 Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring, tetapi akan
menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan
saat tidur.
 Batuk
Hal ini di sebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif,
tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan
sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai dengan
bercak darah.
 Mudah Lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
srikulasi normal dan oksigen serta menurunya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang di gunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan
batuk.
 Ronkhi
 Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stress akibat kesakitan berfasan
dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
b. Gagal jantung kiri
Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Gejala:
1. Oedem perifer
2. Peningkatan BB
3. Distensi vena jugularis
4. Hepatomegaly
5. Asites
6. Pitting edema
7. Anoreksia
8. Mual

c. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen


kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
9. Pusing
10. Kelelahan
11. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
12. Ekstrimitas dingin
Komplikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung Yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
2. Syok kardiogenik: stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan
curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung dan
otak).
3. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan perikardium
sampai ukuran maksimal. CPO menurun dan aliran balik vena kejantung menuju
tomponade jantung.
Penatalaksanaan
Menurut kosron (2012), penatalaksanaan pada CHF meliputi:
1. Terapi non farmakologi
2. Terapi farmakologi
 Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penuruna
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
 Terapi deuritic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalenia.
 Terapi vasodilator: Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHF (CONGESTIVE
HEART FAILURE)

A. Asuhan Keperawatan Menurut Teori

1. Pengkajian
a. Aktivitas atau Istirahat
Gejala : Keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan
aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengarahan tanaga
Tanda : Gelisah, perunahan status mental, misalnya tanda vital berubah pada saat aktivitas

b. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, khawatir, takut, stres yang berhubungan dengan penyakit atau
keprihatinan financial (pekerjaan, biaya perawatmedis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya ansiietas, ketakutan dan mudah tersingung

c. Eliminasi
d. Makanan atau cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakakn pada ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam atau makanan yang telah dip roses, lemak, gula,
dan kafein, penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites) edema

e. Hygine
Gejala : Keletihan atau kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri
Tanda : Penampilan menandakan kelalaiana personal
2. Diagnosa Keperawatan

a.Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena
sukender terhadap kegagalan kompensasi jantung.
Potensial komplikasi: syok kardiogenik
Data penunjang :
1)Subjektif : mengeluh pusing, sesak nafas, mual, berkeringat dingin, nyeri dada.
2)Objektif : hipotensi, MAP, abnormal, takikardi, disritmia, diaforesis, pulsus alternans, kulit
dingin dan pucat, dispnea/orthopnea/PND, ronkhi, BUN/kreatin meningkat, oliguri, pulsasi vena
jugularis/JVP > 3 cmH2O, disritmia, BJ3 gallop’s BJ1/BJ2 melemah atau split, terdengar
murmur/bising
Tujuan : Perfusi jaringan, curah jantung adekuat, dan tanda-tanda dekompensasi kordis tidak
berkembang.
Kriteria hasil :
a)Subjektif : keluhan di atas (pada data penunjang) berkurang atau hilang
b)Objektif : tekanan darah normal, MAP normal, denyut nadi kuat dan frekuensi normal. Kadar
BUN/kreatinin normal, JVP < 3 cmH2O, kulit hangat, keringat normal, irama jantung sinus, pola
nafas efektif, bunyi nafas normal, BJ tunggal, intensitas kuat, dan irama teratur.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
alveoli paru sekunder terhadap status hemodinamik tidak stabil
Potensial komplikasi: hipoksia berat.
Data penunjang :
1)Subjektif: sesak nafas, nyeri dada, batuk, letargi, keletihan
2)Objektif: agitasi atau bingung, sianosis, wheezing, rales/ronkhi di basal
paru, retraksi intercosta/suprasternal, pernafasan cuping hidung, nilai ABG
abnormal, PND/takipnea/orthopnea, dan kulit kuning pucat.
Tujuan : Mempertahankan pertukaran gas dalam paru secara adekuat untuk
meningkatkan oksigenasi jaringan.
Kriteria hasil :
1)Subjektif: keluhan sesak nafas, nyeri dada, dan batuk hilang
2)Objektif: tanda sianosis hilang, bunyi nafas normal, tanda-tanda kesulitan
bernafas hilang, nilai ABG dalam batas normal.
c. Kebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium
oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal.

Data penunjang :

a.Subjektif: sering buang air kecil (bila tidak menggunakan kateter urine)

b.Objektif: produksi urine perjam atau per 24 jam, tanda-tanda vital, asupan cairan/
24 jam, kadar elektrolit darah, berat badan, jenis dan dosis diuretik yang diberikan
serta waktu pemberian.

Tujuan : Mencegah terjadinya defisit cairan dan efek diuretik terkontrol.

Kriteria hasil :

1)Objektif: tanda-tanda vital, berat badan, produksi urine per jam atau per 24 jam dan
kadar elektrolit dalam batas normal, asupan cairan adekuat, dosis diuretik terkontrol
 Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperwatan Tujuan Intervensi
No
Perfusi jaringan, curah jantung adekuat, dan Peripheral Sensation Management (Manajemen
1 Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan curah jantung, kongesti vena tanda-tanda dekompensasi kordis tidak sensasi perifer)
sukender terhadap kegagalan kompensasi berkembang. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
jantung. Kriteria hasil terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
• Subjektif : keluhan di atas (pada data Monitor adanya paretese
penunjang) berkurang atau hilang Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
• Objektif  : tekanan darah normal, MAP jika ada lsi atau laserasi
normal, denyut nadi kuat dan frekuensi Gunakan sarun tangan untuk proteksi
normal. Kadar BUN/kreatinin normal, JVP Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
< 3 cmH2O, kulit hangat, keringat normal, Monitor kemampuan BAB
irama jantung sinus, pola nafas efektif, Kolaborasi pemberian analgetik
bunyi nafas normal, BJ tunggal, intensitas Monitor adanya tromboplebitis
kuat, dan irama teratur. Diskusikan menganai penyebab perubahan
sensasi

Kerusakan pertukaran gas berhubungan Mempertahankan pertukaran gas dalam paru Airway Management
2. dengan akumulasi cairan dalam alveoli paru secara adekuat untuk meningkatkan oksigenasi • Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
sekunder terhadap status hemodinamik jaringan. atau jaw thrust bila perlu
tidak stabil  Kriteria hasil : • Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Potensial komplikasi: hipoksia berat. • Subjektif: keluhan sesak nafas, nyeri dada, ventilasi
dan batuk hilang • Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
• Objektif: tanda sianosis hilang, bunyi nafas jalan nafas buatan
normal, tanda-tanda kesulitan bernafas Respiratory Monitoring
hilang, nilai ABG dalam batas normal. • Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi
• Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
• Monitor suara nafas, seperti dengkur
3. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi Mencegah terjadinya defisit cairan Fluid management
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan efek diuretik terkontrol. • Timbang popok/pembalut jika
dan hipertensi pulmonal. Kriteria hasil : diperlukan
Objektif: tanda-tanda vital, berat • Pertahankan catatan intake dan
badan, produksi urine per jam atau output yang akurat
per 24 jam dan kadar elektrolit • Pasang urin kateter jika
dalam batas normal, asupan cairan diperlukan
adekuat, dosis diuretik terkontrol Fluid Monitoring
• Tentukan riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminaSi
• Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll )
• Monitor berat badan
Implementasi
Menurut Kozier (2010), Implementasi keperawatan adalah sebuah fase
dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi. Tahap
pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang mencangkup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerja
sama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya
tujuan dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi (Nursalam,
2016).
Evaluasi

Menurut Asmadi (2008), evaluasi adalah tahap akhir dari


proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut Dinarti et
al. (2009), yaitu format SOAP yang terdiri dari :

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien


b. Objective, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada
pasien dengan intoleransi aktivitas. Indikator evaluasi berdasarkan Nursing
Outcome Classification (NOC) (Bulecheck et al., 2016) yaitu :
1) Frekuensi jantung 60-100 x/menit
2) Frekuensi nadi ketika beraktivitas 60-100 x/menit
3) Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas 16-20 x/menit
4) Kemudahan bernapas ketika beraktifitas
5) Tekanan darah ketika beraktivitas sistol 110-130 dan diastole 70-90
6) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
7) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala
bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah
tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan:
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian; yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian
yang berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai)
3) Tujuan tidak tercapai 23

d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisi


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai